Senin, 20 Juli 2020

Hobi Membaca (tidak) Bisa Diturunkan

Kegemaran membaca bukan penyakit turunan. Beberapa anak mengikuti kebiasaan membaca yang dilakukan oleh orang tua, tetapi beberapa yang lainnya mempunyai hobi tersendiri. Hobi membaca dan menulis mungkin tidak digandakan dalam copy DNA yang dapat diwariskan tetapi sebagai hayawanun natiq (sapiens), kita mewarisi DNA Nabi Adam AS, mahluk yang selalu ingin tahu.

Seperti kebiasaan yang dimiliki dua anak saya. Sebuah buku bisa dibaca lebih dari lima kali. Pun sama ada yang kalau ke kamar mandi harus menyiapkan bekal buku untuk dibaca. Yang satu sama persis dengan kebiasaan saya, sebelum menyiapkan menu makanan harus siapkan buku bacaan. Ditanggung di rumah tidak ada buku satupun yang tidak dibaca. Nyaris tidak ada buku yang tidak terbaca,  bahkan sampai bundel majalah yang sudah berusia puluhan tahun pun dibaca ulang. Ada beberapa saja buku yang masih bagus karena jarang dibaca atau mungkin tidak pernah dibaca. Satu  set tafsir fi dzilalil Qur’an, Sayyid Quthb. Mungkin karena bahasanya terlalu berat, sama seperti buku Das Kapital Karl Marx. Terjemahannya saja sulit dipahami, apalagi aslinya.

Anak pertama yang tahun lulu lulus dari Gontor, koleksi bukunya lebih banyak yang buku cerita daripada kitab pondoknya, padahal pelajaran pondok ada 33 mata pelajaran. Satu mata pelajaran lebih dari satu buku. Pada saat kelas 6, semua buku mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6 diujikan. Itu mungkin yang membuat budaya membacanya semakin terbentuk. 

Anak ketiga keinginan kuat bisa membaca gara gara abangnya sering protes diminta bacakan adiknya. Karena itu dia berusaha keras secepatnya bisa membaca, supaya tidak tergantung budi baik abangnya. Kasihan Karena di Ternate tidak punya akses ke taman bacaan, akhirnya minta diprintkan kumpulan cerita di kertas kertas bekas. Dan hadiah yang paling dia suka adalah dibebaskan belanja buku di Gramedia atau Toga Mas.

Anak pertama bisa membaca sejak usia 5 tahun. Tidak dipaksa. Beberapa buku bergambar dan majalah anak anak sudah disediakan sejak mulai dia tengkurap. Awalnya dilihat lihat, digigit, disobek. Lebih besar sedikit dibolak balik lihat gambarnya. Setelah itu minta dibacakan. Ahirnya minta ajari cara membaca. Kemudian dia tenggelam dalam dunia buku, tanpa sadar.

Anak keempat adalah anomali. Tidak suka baca. Beli buku cerita, lebih suka yang bergambar. Waktu dihabiskan main game atau lihat youtube. Lingkungan membaca kondusif. Buku banyak, tempat baca ada, teladan membaca banyak. Apa sebabnya? Apakah generasi Z (Gen-Z) cara membacanya berbeda?

Walaupun buku di rumah tidak banyak banyak amat, 70 persen bacaan di rumah adalah majalah mulai dari Ummi sampai Hidayatullah, dari intisari sampai tempo. Membaca lebih bersifat rekreatif. Daripada melihat tayangan hiburan di televisi, hiburan di majalah lebih sesuai. Sebab hiburan di televisi pemirsa yang menyesuaikan, membaca majalah pembaca yang mengendalikan memilih dan memilah sesuai kebutuhan.

Seperti juga yang saya alami. Membaca cerita lebih menyenangkan, dan majalah sebagian besar berisi cerita. Beritapun dituturkan dengan narasi cerita. Cara ini saya lakukan untuk membuat membaca menjadi menyenangkan. 

Narasi cerita sekarang banyak diambil alih youtube, televisi dan tayangan lainnya, sehingga budaya membaca mungkin sudah bergeser menjadi budaya menonton. Menonton lebih banyak proses satu arah, sedang membaca adalah proses dialog pikiran antara author (penulis) dengan reader (pembaca).

Menguatnya komunikasi tutur, budaya lisan dengan semakin banyak produk video digital di banyak media sosial, tidak menurunkan minat sebagian besar manusia mentransformasikan pengetahuan melalui tulisan. Seperti yang sering kita kerap saksikan dalam berbagai perubahan budaya yang terjadi di masyarakat, demikian hanyalah gejala sesaat, budaya instant yang dapat timbul tenggelam. 

Membaca dan menulis dalam kehidupan manusia sepertinya akan berlangsung sepanjang masa, yang diselingi/diinterupsi dengan budaya literasi lainnya yang bersifat tambahan. Kemunculannya menyesuaikan dengan trend teknologi yang berkembang pada masa tertentu.
#71


1 komentar:

  1. Kalaupun tidak bisa diturunkan mudah mudahan tetap bisa dinaikkan pak 😄😄🙏🙏🙏

    BalasHapus