Selasa, 30 Juni 2020

Cendikia


Menulis adalah tugas kecendikiaan. Dalam tradisi agama agama, juga dalam tradisi dan khazanah Islam,  menulis buku, mempertahankan tradisi intelektual, dan idealisme ilmu adalah perjuangan yang melelahkan. 

Imam Bukhari berkelana dari kota ke kota, antar negara meninggalkan kampungnya Bukhara, untuk mengumpulkan dan menyusun kitab hadith. Para imam mazhab fiqh dalam Islam adalah pejuang pejuang pengetahuan, ahli ilmu yang tidak lelah sepanjang hidupnya mengajar dan menulis. Melalui perjuangan sepanjang hidup Imam Malik, Imam Abu Hanifah, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad Ibnu Hanbal, maka umat Islam di penjuru dunia dapat membaca Kitab al-Muwatha’, al-Umm, al-Zuhd, Fadhailul Sakhabah, al Mabsuth, al Jamius Saghir dan lain lain.

Semua penulis hebat melalui proses panjang, berliku dan penuh tantangan. Menulis memerlukan ketekunan dan motivasi kuat. Hampir semua penulis melalu jalan terjal dan mendaki. Seakan ada anggapan bahwa yang wajib menguasai keterampilan menulis hanya jurnalis. Para akademis menjadikan menulis sebagai keterampilan minimalis, sekedar untuk syarat memenuhi kewajiban. Sebuah cara pandang yang salah, sebab keterampilan menulis juga tugas akademis, tugas cendikia.

Khalid Abou Fadhl dalam bukunya The Search for Beauty in Islam: A Conference of the Book  menunjukkan bagaimana cara memahami Islam. Menurutnya untuk melihat keindahan Islam, lihatlah tradisi intelektual dan kecendikiawanan yang begitu kuat. Tradisi kecedikiawanan dan menulis kitab, yang sambung menyambung dari generasi ke generasi. Rangkaian sanat keilmuan tidak pernah terputus dari masa ke masa mulai sejak zaman Rasulullah Saw., sampai para ulama’ di zaman sekarang. Buku atau kitab adalah penanda hidup dan lahirnya tradisi keilmuan. Ketiadaan tradisi menulis buku dan mewariskan ilmu adalah tanda matinya kecendikiawanan.

Menulis apa saja bahkan menulis yang lebih serius adalah tugas ilmuwan, tugas yang tidak bisa dielakkan oleh akaedimisi, oleh cendikia. Mengajar adalah salah satu dari bagian tugas akademisi, dan ada tugas yang jauh lebih penting yaitu menyerap pengetahuan semesta, menjaga tradisi intelektual dengan cara riset dan publikasi. Maka menulis adalah kewajiban mutlak ilmuwan. Alat ukur kecendikiaan diantaranya : budaya literasi, tradisi meneliti, mereview, memperluas dan memperdalam keilmuan, kegunaan atau manfaat ilmunya. Pada semua ukuran kecedikiaan itu dihubungkan dengan kemampuan menulis yang baik.

Menulis yang baik dan berbobot pasti disertai bacaan yang luas. Kedalaman pengetahuan diperoleh dari proses dialektika pengetahuan dan realitas. Manfaat sebuah ilmu atau tulisan tidak bisa dilepaskan dari bobot referensi baik secara kuantitas ataupun kualitas. Jumlah rujukan juga penanda apakah tulisan itu berkualitas atau tidak. Hal yang penting dan prinsip.

Literasi di era digital dan media sosial dihadapkan dengan persoalan kedangkalan pembahasan sehingga melemahkan reproduksi pengetahuan.Tom Nichols dalam The Death of Ekspertise  sebagaimana disampaikan oleh Prof. Zakiuddin Baidhowi,  Kecenderungan pada literasi instan yang menggejala secara massif sehingga kepakaran dan kecendikiaan terancam mati. Dangkalnya tulisan, sehingga seakan tidak punya bobot keilmuan, sehingga siapa saja yang tidak pakar pun dapat membuat pernyataan. Akhirnya expertise, keahlian dalam bidang intelektual seolah olah tidak dibutuhkan lagi oleh masyarakat.

Masyarakat merasa tidak menganggap penting kehadiran akademisi, kaum intelektual, karena internet sudah menjawab semuanya, mbah Google dan syaikh Youtube sudah menjawab semua pertanyaan. Akibatnya buku dirasakan tidak penting, menulis tidak diperlukan lagi. Prof. Zakiuddin menyebutnya sebagai kecendikiaan di era “Virtual Crowd”. Media sosial menyerupai kerumunan, individu dan individuasi tenggelam di tengah kolektivitas literasi instan yang banal dan dungu. Masyarakat dengan mudah like dan share tanpa melakukan filter dan pendalaman informasi. Dengan mudahnya buzzer memperdungu kerumunan citizen di media sosial.

Kita berada di era kebingungan antara kecendikiaan buku dan kecendikiaan internet. Internet telah melakukan dimassifikasi informasi. Informasi sangat banyak dan beragam. Saking banyaknya tidak semua masyarakat mampu memilah informasi yang benar dan yang seakan akan benar. Lahirlah hoaks yang beranak pinak. Di era internet tersedia sumber belajar yang variatif dan bebas belajar. Akibatnya lahir otoritas otoritas baru diantara otoritas otoritas yang sudah mapan. Keterampilan menulis yang baik semakin dibutuhkan. Tulisan yang berotoritas, berkualitas sekarang mempunyai identitas, bila penduduk Indonesia punya NIK, nomor induk kependudukan, maka setiap tulisan mantab punya DOI (Digital Objek Identifier). Identitas sebagai penanda bebas similirity, independent, punya hak intelektual dan keistimewaan lainnya.

Menjadi penulis yang baik diperlukan lingkungan yang kondusif, subur dalam budaya intelektual dan pembimbing yang otoritatif. Selalu ada peran mentor yang membentuk pribadi seorang penulis. Kepribadian kita dalam dunia kerja atau apapun dibentuk oleh orang orang hebat. Pak Haji Umar Said Tjokroaminoto adalah mentor yang hebat untuk Soekarno, Maridjan dan Simaoen. Dari Bang Mimar saya dapat pelajaran banyak tentang kecakapan, keterampilan, keahlian, idealisme dan integritas. Bang Miang mengajarkan untuk mencintai proses menulis. Dia juga mengajarkan, kemampuan menulis adalah anugerah yang harus dimanfaatkan untuk membawa kebaikan bagi orang banyak. Demikian yang diceritakan pak Ade Armando.

Imam Syafi’i merupakan murid Imam Abu Hanifah dan Imam Malik, Imam Ahmad ibnu Hanbal adalah murid Imam Syafi’i. Meskipun keempat imam ini mempunyai mazhab yang berbeda beda, tetapi mereka mempunyai rangkaian sanat keilmuan yang bersambung satu sama lain. Dan itulah pentingnya mentor, pembimbing, guru dalam tradisi keilmuan.

Menulis adalah bagian dari peran kecendikiaan, peran akademis yang tidak bisa dielakkan.

Senin, 29 Juni 2020

Prihatin Pendidikan


Damanhuri atau pak Daman adalah guru dari pulau Raas (baca Ra’as), kabupaten Sumenep, Madura Jawa Timur. Ia bertugas mengajar di pulau Kolorai, satu jam dari Morotai, atau tiga belas jam dari Ternate. Tinggal bersama istrinya seorang tenaga medis. Pulau Kolorai berdekatan dengan pulau Dodola yang populer sampai mancanegara. Selain guru, pekerjaannya adalah mengail, dan kepulauan Morotai surganya ikan ikan mahal seperti ikan kerapu.  

Pria bersahaja ini, bahasanya santun halus logatnya seperti pria Jawa, sulit dipercaya kalau dia Madura, tidak ada miripnya dengan logat Prof. Makhfud MD. Pulau Raas itu jauh sekali dari Surabaya, hijrah ke Maluku Utara memilih di tempat yang jauh dari Ternate. Melihat pergaulannya dengan para guru dia sangat disayangi oleh koleganya di Morotai.

Meski halus dan pelan dia berbicara, saya langsung mengenali, bukan mahasiswa magister dari Morotai. Pak saya ini Madura, tinggalnya di pulau yang jauh dari Sumenep, di sini dapat jauh lagi. Wah sepertinya sampean bakat jadi Wali. Saya kelakar : Pak Daman tidak berenang mengejar ikan Raas yang berenang sampai Kolorai to? Dia tersenyum jenaka campur lugu. Sampean saget mawon. Lo pintar ngomong Jawa rupanya.

Daman tidak sendirian di Morotai. Banyak pendatang dari Jawa, Madura, Bugis, Makassar dan Manado. Penerbangan setiap hari dari Manado-Ternate-Daruba pulang pergi, membawa turis mancanegara dan pelancong lokal dari Jakarta dan Manado. Kabupaten Morotai sedang bersolek menarik turis, terutama sejak even sail Morotai dan promosi gencar pulau Dodola.

Pendidikan di Morotai sama sama memprihatinkannya dengan wilayah lain di Maluku Utara yang pernah saya datangi, Sanana, Bacan, Makean, Shofifi . Terlebih lagi desa desa di sepanjang pantai selat Patalili dan pulau pulau kecil yang tidak mudah di jangkau. Memprihatinkan bukan pada kualitas siswa, tapi sarana pendukung dan sumber daya manusia yang sangat kekurangan. Beruntung ada sarjana sarjana pendidikan dari Jawa dan Sulawesi yang bersedia mengajar di pulau pulau terluar tersebut.

Bupati Sula, pernah punya program mendatangkan sarjana sarjana pendidikan yang masih segar, fresh graduate, untuk mengajar SMA/SMK di pulau Mangoli, Sula dan Taliabu. Sayangnya program keren ini, tidak berkelanjutan dan tidak dengan perencanaan yang baik. Putra putri Maluku Utara yang yang studi di Jawa terbukti mempunyai kemampuanya menonjol. Maka dapat diduga ada persoalan pendidikan yang tidak mendapat sentuhan semestinya. 

Pemilik sebuah hotel di Daruba Morotai bercerita, bahwa selesai SD, 3 anaknya sekolah di Malang, 1 kuliah kedokteran di Tiongkok. Dia sekeluarga sudah tinggal di Morotai lebih dari 15 tahun. Dan ada tren para perantau dari luar Maluku Utara mengirimkan anak anaknya sejak sekolah menengah di luar Maluku Utara. Sebenarnya lebih mudah dan lebih murah mendatangkan guru guru berkualitas untuk mencetak generasi emas, ketimbang mengirimkan anak anak usia sekolah dasar dan menengah. Setelah generasi emas ini jadi, merekalah yang akan membawa kualitas pendidikan Maluku Utara ke level yang lebih baik, tanpa bergantung pada  SDM dari luar Maluku Utara.

SDIT Al Bina di Ternate dan Pondok Pesantren Alkhairat Ome pulau Tidore pernah menerapkan strategi seperti itu. Mendatangkan guru guru, ustadz ustadz dari luar. Terbukti kualitas murid dan santri setara dengan sekolah dan pesantren di Jawa Timur. Ihtiar ini berhenti di tengah jalan, tidak berkelanjutan. Saya masih percaya kualitas pendidikan kuncinya di manajemen dan guru yang berkualitas. Pondok Modern Gontor, MAN Insan Cendikia Serpong dan Gorontalo, MAN Malang dan banyak lembaga berpendidikan berkualitas lain yang saya tahu kuncinya di guru yang berkualitas. 

Maluku Utara dari masa ke masa dianugerahi sumber daya alam yang melimpah. Meskipun era keemasan rempah rempah sudah berlalu, sekarang era keemasan tambang Nikel. Maluku Utara mempunyai cadangan Nikel 35% dari cadangan nasional. Nikel bahan baku baterei lithium adalah masa depan energi dunia. Kampiun ekonomi dunia, Tiongkok berinvestasi US$ 10 milliar (150 triliun rupiah) di Halmahera Utara untuk membangun pabrik baterei lithium. Tiongkok berpikir maju ke depan bahwa baterei penyimpanan yang efisien, ringan dan murah akan menggantikan bahan bakar fosil. Maluku Utara punya kesempatan paling strategis untuk mengubah dunianya, jika tidak mampu mengubah dunia, untuk peningkatan pendidikan. Apakah pemerintah Maluku Utara bisa memanfaatkan peluang berinvestasi besar besaran di pembangunan SDM melalui pendidikan yang hasilnya akan dirasakan generasi anak cucu kita.

Dengan anggaran 3 triliun per tahun, untuk penduduk sekitar satu juta jiwa ditambah kelimpahan sumberdaya alam (investasi 150 triliun) , kuncinya sekarang berada di tangan pemerintah. Apakah ada niat baik pemerintah daerah, dan membangun visi pendidikan yang berorientasi jauh kedepan? Jika tidak dilakukan maka anugerah sumber daya alam akan terus menjadi beban. Jangan bagaikan pepatah “ayam mati di lumbung padi”.

Minggu, 28 Juni 2020

Tugas Pertama


Pesawat Batavia Air mendarat dengan mulus di bandara Baabullah, saat mentari sinarnya masih hangat. Perjalanan 7 jam transit di bandara Hasanuddin, dimulai dari Surabaya setelah isya’. Penerbangan terjauh yang pernah di tempuh, di tempat asing yang namanya dikenal dari buku sejarah kelas 4 SD. Ternate dan Tidore. Dua nama kesultanan yang urutan pengucapan seperti satu nama, apalagi bagi orang yang baru terbang ribuan kilometer dari rumahnya.

Hari itu Senin, 22 Juli 2010. Surat Tugas mengantarkan ke tempat yang asing, tak satupun dikenal, hanya berbekal telpon dari Jakarta, anda sudah bisa bertugas di STAIN Ternate, datang saja semua urusan akan diselesaikan di sana. Yang memerintahkan pun tak pernah dikenal, hanya tau nama dan ingat suaranya. Tujuannyapun di tempat yang tidak dikenal sama sekali. Tahu kalau ada perguruan tinggi Islam negeri juga setelah berselancar di Yahoo.

Dengan terkagum kagum menikmati kombinasi laut dan gunung yang batas pantainyapun berlekuk indah. Siapapun yang baru datang mendarat di Bandara Babullah akan terpesona dengan pemandangan 30 menit menjelang mendarat. Melintasi atas pulau Moti, Maitara sampai dengan Tidore. Tak henti henti tustel mengabadikan momen momen langka dari udara. Oh inikah jazirah negeri para raja, jaziratul Mulk, Maluku Kieraha. 

Kesan mendalam semakin terasa khidmat, sebab sejak selesai shalat subuh di pesawat, senantiasa terdengar alunan murotal Syekh Misyari Rashid, surat al Mursalah sampai surat al Qiyamah diputar berulang ulang melalui earphone MP3. 

Sepanjang pengalaman hidup, kita sering menemukan momen kebetulan. Sebenarnya tidak ada sesuatu yang kebetulan, Tuhan adalah perencana terbaik. Kebetulan perspektif manusia yang pengetahuannya terbatas, sering tidak dapat mengenali saling keterhubungan satu peristiwa dengan peristiwa yang lain. Membaca tarikh kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di masa kecil memberikan kesan yang mendalam, tidak menduga bahwa tempat itu menjadi rumahnya dalam waktu yang lama. Seperjalanan dari Surabaya juga ternyata ada teman, yang akhirnya menjadi karib paling dekat untuk selamanya. Sebelum dibacakan nama lokasi tugas, di dalam pikiran sudah keluar nama Ternate, diantara nama nama penugasan lain, Palembang, Bandung, Serang, Gorontalo dan Jayapura. Manusia yang lemah memahami semua itu sebagai kebetulan.

Hari hari pertama dipenuhi dengan perasaan takjub pada aneka pemandangan, logat bahasa yang berbeda dan beragam. Allah maha baik, dalam tempo satu jam sudah bertemu saudara yang mengurus semua hal, menyediakan tempat tinggal, membesarkan hati. Langsung perasaan seperti di rumah sendiri. Di lingkungan yang asing dan terasing kita dipersaudarakan lebih cepat dan lebih dekat dibandingkan kerabat famili sedarah.

Selalu terngiang nasihatnya, hijrahlah, merantaulah niscaya kau akan bermanfaat bagi manusia lainnya. Dalam penugasan pilihlah di pusat atau paling jauh dan pinggir, jangan memilih yang tanggung, karena kontribusimu tidak akan jelas. Tidak ada alasan untuk meninggalkan derma bakti pada bumi pertiwi, karena yang memerlukan justru berada di tempat tempat yang orang tidak mau datang. Karena engkau telah memuliakan mereka, yakinlah Tuhan akan memuliakanmu. 

Para pendakwah dari Hadramaut, para sayyid telah datang ke pulau pulau yang dimuliakan Allah dengan mengajarkan Islam dengan sepenuh hati. Menikahi putri putri setempat, melahirkan keturunan yang salih salihah di wilayah kesultanan yang gemahripah lohjinawi. Dilimpahkan kemakmuran melalui rempah rempah, cengkih, kayu manis dan pala. Maka penugasan yang dirasakan sebagai petaka pada awalnya, akhirnya menjadi berkah yang tak terkira.

Gunung Gamalama merupakan kekaguman pertama bagi yang pertama kali datang. Keluar dari gerbang bandara Babullah gunung terlihat agung karena kakinya menjuntai sampai di pagar landas pacu bandar udara. Siapapun tidak bisa tidak langsung takjub, karena menjulang dan tebing dasar kaki gunung sudah mengintimidasi di depan mata.

Tertulis pada catatan hari kedua, rasa kagum pada bangunan kedaton di lereng atas Gamalama. Istana berwarna kuning gading, kokoh menjulang diapit pepohonan. Sejarah lampau yang tertahan di ketinggian dalam kesepian. Ada dua makam di lantai dasar teras kedaton. Istana yang fungsinya seperti vila tempat kerabat istana beristirahat atau menjelejah hutan hutan yang lebih tinggi lagi ke arah puncak. Istana yang jarang digunakan, tanpa penjagaan, terpelihara bersih, meskipun penampilannya tidak bisa menyembunyikan dari usianya.

Penugasan pertama yang istimewa. Mengampu bidang studi kajian yang sedang tumbuh, menyimpan kegelisahan sekaligus primadona baru dalam kajian keislaman, yaitu perbankan syari’ah dan ekonomi syari’ah. Masa ketika dukungan negara dan perundang undangan masih lemah terhadap eksistensi ilmu ekonomi syari’ah dan lembaga keuangan syari’ah. Dengan idealisme yang tinggi bertemu realitas yang tidak sepenuhnya berpihak pada ekonomi syari’ah, tidak jarang meninggalkan frustasi.

Rencana Allah Swt., sering lebih indah dari imaginasi hambaNya. Satu tahun kemudian gairah industri keuangan syari’ah sedang mekar mekarnya. Even even keuangan syari’ah marak. Lembaga lembaga keuangan syari’ah yang berpusat di Jakarta sedang gencar survai studi kelayakan pendirian lembaga keuangan syari’ah. Pemerintah kota Ternate pun dengan optimisme tinggi membuka bank syari’ah. Keputusan yang sangat tepat, karena di tahun tahun berikutnya pengembangan dan pendayagunaan asset pemerintah kota dapat berkembang berkah dari kehadiran bank syari’ah. Bisnis apotik, percetakan, rumpun laut, pasar retail, dhuafa center dan 8 usaha lainnya berkembang karena hadirnya Bank Syari’ah Ternate. 

Lembaga lembaga keuangan syari’ah lainnya pun bertumbuhan bagai cendawan di musim hujan. Studi studi ekonomi syari’ah pun bermunculan baik di perguruan tinggi Islam maupun di perguruan tinggi umum. Semula mahasiswa ekonomi syari’ah berjumlah puluhan, sekarang sudah ribuan. Dari satu program studi sudah menjadi puluhan program studi, termasuk yang menggunakan istilah konsentrasi ekonomi syari’ah. Dan pertumbuhan pun sedang berlangsung, ekonomi syari’ah sedang melebarkan sayapnya ke sektor non keuangan, ke sektor riel, pasar syari’ah, industri halal, wisata syari’ah dan bisnis syari’ah lainnya. 

Tuhan punya rencana bagus, indah dan brilian, penugasan pertama di tempat yang potensial tumbuh berkembangnya cita cita dan visi ekonomi syari’ah. Dia sudah merencanakan kesempatan pada hambaNya berkontribusi dalam kepengurusan propinsi di Majelis Ulama’ Indonesia, Lajnah Falakiyah, Jam’iyah Nahdhatul Ulama’, Ikatan Ahli Ekonomi Islam, Masyarakat Ekonomi Syari’ah dan Dewan Masjid Indonesia. Memberi kesempatan berharga menjadi Dewan Pengawas Syari’ah Bank Syari’ah Ternate. Masih banyak misteri misteri kehidupan yang memberi kesempatan pada kita untuk memberikan kontribusi terbaik kita buat masyarakat. Tugas yang diterima dengan ikhlas dan niat yang lurus, insyaAllah membahagiakan dunia akhirat.

Sabtu, 27 Juni 2020

Menjual Salam



Apa jual beli salam? Kedengaraan ganjil di telinga ya?  Salam adalah jenis jual beli, terjemahan dari bahasa arab Bay’ al-Salam. Dalam jual beli salam, bukan salamnya yang diperjual belikan, apalagi jual beli salam tempel.

Syariat Islam bertujuan mempermudah hidup manusia. Syariat Islam melindungi agama/iman, jiwa, akal, keturunan dan harta manusia. Syari'at yang mengatur interaksi hubungan manusia dengan mahluk lainnya disebut mu’amalah. Aturannya jelas, semuanya boleh dilakukan kecuali yang dilarang. Sebagai bukti bahwa syari’at itu memudahkan hidup manusia ialah, aktifitas yang dilarang atau yang haram dalam mu’amalah , jumlahnya sedikit. Tuhan bermaksud memudahkanmu, tidak mempersulit kamu.

Bank konvensional hanya punya satu solusi untuk semua jenis transaksi yaitu kredit dan bunga alat mengambil atau memberi keuntungan. Bank Syari’ah punya banyak alternatif kontrak untuk berbagai jenis transaksi. Karenanya mu’amalah punya segudang solusi kontrak bisnis di perbankan syari’ah dan keuangan syari’ah.

Sebagai lembaga perantara keuangan,  bank syari’ah punya dua sisi,  yaitu sisi penghimpunan dana dan sisi penyaluran dana. Di bagian penyaluran dana, biasanya bank mengelompokkan akad/kontrak ke dalam empat jenis yaitu akad jual beli, akad sewa, akad kerjasama dan akad jasa perbankan lainnya.

Pada tulisan tulisan sebelumnya saya sudah menjelaskan jual beli murabahah dan jual beli istishna’. Jual beli yang akan kita bahas berikutnya adalah jual beli Salam. Beli mobil enaknya pakai akad murabahah, beli rumah baiknya pakai akad istishna’, bagaimana dengan membeli barang yang harus dipesan terlebih dahulu, maka jual beli salam adalah solusinya.

Sebuah perguruan tinggi akan membangun laboratorium praktikum komputer perbankan. Berbagai peralatan dan perlengkapannya harus dicustome sesuai kebutuhan. Semua yang diperlukan oleh laboratorium belum sepenuhnya tersedia di pasar. Maka bagian pengadaan barang membuat rincian barang yang diperlukan. Pesanan ini kemudian dikirimkan ke penyedia laboratorium komputer. Spesifikasi, volume dan harga sudah ditetapkan berdasarkan harga pasar. Bank Syari’ah membayar di muka seluruh pemesanan dengan harga pokok ditambah keuntungan (margin). Setelah barang diterima, pemesan dapat melunasi pembayaran di bank syari’ah, baik secara tunasi atau dengan cara angsuran sesuai kesepakatan. 

Skema ini lebih mudah dan praktis untuk pemenuhan pengadaan barang dan jasa dalam jangka pendek. Lho kok ada jasa yang bisa diperjualbelikan? Inilah perkembangan modern masyarakat ekonomi. Produk dalam masyarakat bukan hanya barang saja tetapi juga jasa. Gadget tidak bisa langsung dipakai sebelum diinstal dulu, maka gadget siap pakai adalah gabungan barang dan jasa, barangnya adalah smartphone dan jasanya adalah instal. Pemasangan AC atau lift terdiri diri dari AC dan jasa instalasinya. Maka barang yang diperjualbelikan dalam salam adalah barang saja atau barang dan jasa. 

Apakah ada persamaan jual beli salam dengan praktik jual beli Ijon? Kesamaannya adalah pada cara pemesanan, perbedaannya jual beli salam sudah menjelaskan spesifikasi objek jual beli. Jual beli salam sudah memastikan, kualitas, kuantitas dan waktu pemesanan sesuai dengan harga yang disepakati. Jual beli Ijon penuh spekulasi, karena kualitas, kuantitas dan waktu panen tidak ditentukan. Ada untung untungan. Penjual dan pembeli mengadu nasib. 

Ijon bisa dikonversikan menjadi salam dengan menghilangkan unsur spekulasi. Misalnya tengkulak mau memesan beras kualitas premium padi IR 64 ke petani sebanyak 10 ton di sawah yang yang padinya sedang mekatak (padi hamil dalam bahasa Jawa). Harga per kilonya disepakati 10 ribu tiap kilo, harga yang wajar di musim panen, dibayar tunai ke petani 100 juta. Tiga bulan setelahnya panen padi 24 ton menjadi beras kualitas premium 12 ton. Maka yang diserahkan ke tengkulak 10 ton sesuai dengan kesepakatan di awal.

Jual beli salam merupakan praktik yang biasa dilakukan di masyarakat. Mungkin ada yang menggunakan jual beli pemesanan dengan cara ijon, ada pula yang tidak dengan cara ijon. Jual beli salam mengoreksi jual beli ijon dan melanjutkan tradisi jual beli dengan cara pemesanan yang menjadi adat masyarakat. Makanya berlaku kaidah filosofi hukum Islam, “al adah almuhakamah”, adat bisa menjadi hukum.

Selama pandemi tidak bersalam salaman. 
Jual beli salam memang paling nyaman.



Jumat, 26 Juni 2020

Memasarkan Gagasan


Ada banyak alasan orang untuk menulis. Bisa puluhan bahkan ratusan tujuan orang untuk menulis. Dari tujuan yang bersifat umum sampai tujuan yang bersifat spesifik. Dari tujuan yang sangat pragmatis sampai tujuan yang idealis. 

Menulis adalah cara efektif memasarkan gagasan, memasarkan diri. Tulisan akan membentuk citra kita, menulislah maka kau ada. 

Menulis dengan tujuan marketing, adalah menulis dari tujuan pragmatis menuju idealis. Melalui tulisan yang konsisten, akan membentuk citra di benak pembacanya. Melalui tulisan yang konsisten, orang mengenal Prof. Rhenald Kasali sebagai ahli ekonomi yang menawarkan gagasan baru yang mampu mentransformasikan masyarakat menuju kondisi yang lebih baik, sehingga dia dikenal sebagai ahli ekonomi yang mentransformasi, ahli perubahan. 

Dahlan Iskan pada saat menjabat direktur PLN melihat persoalan yang berat dalam membangun budaya perusahaan yang baik, corporate good governance. Sebagai perusahaan plat merah, citra PLN sangat buruk. Keluhan :  listrik byar pet, pelayanan lambat, antrian pelanggan sampai berjuta juta panjangnya, ada  pungli,  tarif mahal, banyak kebocoran tegangan dan seterusnya. 

Untuk mengurai benang kusut PLN, Dahlan Iskan setiap hari menulis di websitenya “CEO Notes”. Tulisan Dahlan adalah caranya memberdayakan karyawan PLN melalui visi dan harapan yang disampaikan dalam bentuk artikel, essai. Apa yang menjadi arah dan tujuan kepemimpinannya dapat terkomunikasikan dengan kepada seluruh karyawan, masyarakat dan pemerintah melalui CEO Notes. Dahlan memperbaiki manajemen PLN dengan tulisan. Melalui CEO Notes, masyarakat mengenal Dahlan tidak hanya wartawan dan pemilik Jawa Pos, tapi juga citra ahli manajemen perusahaan yang handal.

Cara yang sama dia lakukan saat menjabat menteri  BUMN. Dahlan ingin memproduksi harapan, menumbuhkan harapan melalui tulisan berseri di "Manufacturing Hope". Melalui tulisan tulisan yang konsisten maka image orang terhadap Dahlan terbentuk. Wartawan tanpa koran, tapi tulisannya banyak ditunggu dan dikutip. Melalui Manufacturing Hope, Dahlan mampu memasarkan dirinya bukan hanya ahli manajemen perusahaan. Dahlan dikenal sebagai orang yang ahli menyelesaikan masalah masalah besar di perusahaan milik negara. Orang orang yang dipromosikan secara tidak sengaja, kemudian menjadi orang orang hebat dan dipakai di pemerintahan, salah satunya Ignasius Jonan, salah satu menteri dalam kabinet presiden Jokowi di periode pertama. 

Emha Ainun Najib, Cak Nun atau mbah Nun dikenal sebagai budayawan sejak tahun 70 an karena tulisan tulisannya yang produktif. Nilai nilai agama yang disuarakan dalam kemasan kebudayaan. Kritis, menggelitik dengan bahasa yang meliuk liuk namun mengena di hati masyarakat dari lapisan bawah sampai atas. Bahasanya yang kadang nakal, menusuk, apa adanya, sehingga sempat disebut Kyai Mbeling. Citra mbah Nun menguat terus sesuai dengan kedalaman dan ketajaman  tulisan tulisannya. Kalau saja Mbah Nun tidak menulis, mungkin citra budayawannya sudah luntur, mungkin lebih tepatnya sebagai seniman atau Kyai Mbeling. Tulisan tulisannya mentahbiskan diri sebagai budayawan yang eksis pada era tujuh presiden. Tulisan tulisan Mbah Nun yang dengan lincah memasarkan penulisnya. Tulisan yang masih segar dibaca sampai puluhan tahun kemudian.

Melalui tulisan kita akan dikenal dan dikenang sebagai apa. Siapakah diri kita tidak bisa diwariskan, maka tulisan bisa memerankannya. Orang tidak tahu apa kendaraanmu, orang lupa apa jabatanmu. Orang tidak tahu seberapa luas sawah ladangmu, sebagus apa rumahmu. Semiskin apa hidupmu, seberapa parah penderitaanmu. Pembaca sekarang atau pembaca nanti akan mengenal siapa kamu dan pikiran pikiranmu dari tulisanmu.

Seorang sahabat telah berpulang ke pangkuan Nya, meninggalkan banya karya non tulisan. Sayangnya  satu buku saja yang diterbitkan, selebihnya tidak banyak tulisan baik di koran, majalah jurnal atau website. Di  perpustakaannya ratusan atau ribuan buku tertata rapi, sebagai bukti almarhum hobi membaca. Dari kitab kitab besar di bagian atas, mata saya tertarik dengan 3 jilid di bagian bawah, masing masing setebal 15 cm. Judulnya : makalah S2, S3 dan Posdoctor. Sayang kalau tulisan tulisan ini berhenti di rak buku, tak pernah dipublish, tidak diketahui banyak orang. Kemudian perlahan waktu akan menghisapnya dalam kehampaan, gagasannya, ide ide monumentalnya mengikuti pemiliknya, pergi untuk selamanya.

Senyampang, masih banyak kesempatan. . Eksposelah gagasanmu. 

Kamis, 25 Juni 2020

Pembiayaan Syari’ah Kampus Islam


Institut Agama Islam Negeri atau  IAIN sampai dengan tahun 2000 an mungkin tidak terlalu di kenal sebagai lembaga pendidikan. Di Gresik atau Jombang yang dikenal sebagai kota santri, di tahun 1990 an mengenal IAIN,  sebatas tempat kuliahnya calon guru ngaji, guru agama atau modin. Lulusan pondok pesantren, pilihan melanjutkan studi yang paling mungkin ke IAIN. Citra dan pengetahuan kita tentang IAIN selama 40 tahun seperti tidak pernah berubah.

Sampai tahun 2000 an IAIN atau STAIN kurang diperhitungkan. Perubahan mulai terasa, setelah IAIN Syarif Hidyatullah menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah pada tahun 2002. Sampai tahun 2020 jumlah Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) sudah mencapai 58 kampus dengan rincian,  17 UIN, 34 IAIN dan 7 STAIN. Pesatnya perkembangan pembangunan di PTKIN tidak terlepas dari peningkatan status perguruan tinggi dan pembangunan infrastruktur pendidikan yang massif. Peningkatan status menjadi UIN mencapai percepatan dalam 10 tahun terakhir. Jumlah ini masih terus meningkat sebagaimana pernyataan Menteri PAN RB, pada 25 Juni yang mengisyaratkan penambahan 13 UIN baru.

Berkah tak disengaja yang diterima oleh PTKIN bermula dari berkembangnya ekonomi syari’ah di Indonesia awal 1990. Sebagai imbas dari menjamurnya lembaga keuangan syari’ah dan bank syari’ah, Islamic Developmant Bank (IDB) melihat peluang berinvestasi di beberapa UIN yang baru berdiri di Jakarta, Jogjakarta, Malang, Makassar dan Surabaya. Tidak bisa dibayangkan bila ekonomi syari’ah belum berkembang di Indonesia, mungkin potensi PTKIN tak pernah tersentuh.

Pembangunan infrastruktur perguruan tinggi Islam negeri dapat dilaksanakan berkat pembiayaan keuangan syari’ah dengan akad jual beli istishna (bay’ al istishna’). Pembiayaan istishna’ pertama kali digunakan untuk pembangunan kampus UIN Jakarta dan UIN Jogjakarta. Pembiayaan berasal dari Islamic Developmant Bank (IDB). Rekonstruksi UIN Jogjakarta pasca gempa Jogja 2006 dan pembangunan kampus 1 dan kampus 2 UIN Maliki Malang berasal dari pembiayaan istishna’ IDB. UIN Sunan Ampel Surabaya sampai dengan tahun 2016 melakukan perombakan besar besaran kampusnya dengan pembiayaan istishna’ IDB.

Istishna’ adalah jual beli property dengan cara pemesanan, pembayarannya dilakukan secara angsuran dalam waktu yang ditentukan. Sebagai ilustrasi, UIN Surabaya berencana membangun gedung twin tower senilai 500 milyar. Seluruh biaya mulai dari rencana konstruksi, pengawasan konstruksi, konstruksi, seluruh sarana pendukung fungsinya kantor, pengembangan SDM dihitung sebagai satu kesatuan fungsi gedung. Satu paket. Harga beli  disepakati 600 milyar, Maka IDB mendapat margin atau keuntungan sebesar 100 milyar. Karena bank syari’ah hanya menyediakan pendanaan, maka untuk pembangunan property bank menggandeng rekanan yang ditunjuk melalui mekanisme tender.   

Kebutuhan untuk meningkatkan infrastruktur dan sarana prasarana di lingkungan kementerian agama juga meningkat pesat. Pembangunan gedung gedung perguruan tinggi, asrama haji, kantor kantor kementerian agama sampai kantor kantor urusan agama yang jumlahnya ribuan. Pembiayaan Istishna’ tidak lagi dapat dipenuhi oleh IDB. Maka pemerintah Republik Indonesia menerbitkan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) untuk membiayai kebutuhan pembangunan infrastruktur tersebut. SBSN merupakan mekanisme pendanaan berbentuk sukuk (obligasi syari’ah). Melalui mekanisme keuangan syari’ah ini dapat membiayai pengadaan gedung gedung kampus dengan cara istishna’. 

SBSN telah menjadi instrumen pendanaan strategis dalam membiayai infrastruktur beberapa kementerian. SBSN telah meningkat pesat dari 800 miliar di tahun 2013, menjadi 28,45 triliun di tahun 2019. Kementerian Agama mendapat alokasi anggaran infrastruktur sebesar 2,45 triliun di tahun 2019. Anggaran tersebut digunakan untuk pembangunan proyek embarkasi haji, pusat pelayanan haji terpadu, gedung PTKIN, gedung madrasah, rehabilitasi gedung balai nikah dan gedung manasik haji. Keuangan syari’ah tersebut juga digunakan untuk pembiayaan pembangunan infrastruktur perkeretaapian,  jalan dan jembatan, bendungan, drainase kota sebesar 26 triliun di tahun 2019.

Dalam waktu 30 tahun perkembangan keuangan syari’ah, ternyata istishna’ dan sukuk mampu menciptakan peluang berharga pada bidang paling strategis yaitu pendidikan Islam. Sukuk atau obligasi syari’ah mulai tahun 2013 memberikan kontribusi utama pengembangan pendidikan tinggi dan sedang bergerak memperkuat pendidikan Islam di tingkat dasar dan menengah. Pada awalnya Ekonomi syari’ah tidak punya rencana segera masuk ke sektor pendidikan, tapi dengan berkembangnya asset keuangan syari’ah dengan sendirinya mengisi kebutuhan penting ini.

Beruntung dengan hadirnya bank syari’ah, keuangan syari’ah, pasar modal syari’ah, obligasi syari’ah dapat membantu lembaga pendidikan Islam yang termarginalkan dibandingkan lembaga pendidikan sekuler di tanah air. Semakin banyaknya instrumen keuangan syari’ah maka fokus pengembangan dapat diarahkan ke sektor sektor yang tidak terjangkau oleh kebijakan keuangan pemerintah. Inilah awal manfaat ekonomi syari’ah dan keuangan syari’ah pada pengembangan pendidikan Islam. Upaya ini harus terus ditingkatkan ke aspek yang lebih substantif dari pendidikan Islam yaitu pengembangan sumber daya insani yang berkualitas. 

Rabu, 24 Juni 2020

Menulis Setiap Hari


Inilah pengalaman mulai menulis setiap hari satu essai. Menulis bebas, bila ada salah tak disesali, kalaupun jadi tulisan serius, tidak direncanakan. Niatnya dapat menulis lancar, menemukan manfaat menulis dengan mempraktikkan, menuliskan pengalaman pengalaman yang nyaris hilang dari ingatan, menuangkan konsep konsep penting dalam tulisan, apakah sama yang dipikirkan dengan yang dituliskan, dan menguji seberapa lama bisa bertahan. Selanjutnya langsung menulis dan menulis. Sampai kapan? Sesuai kemampuan.

Sudah 10 menit di depan laptop tapi tidak juga tangan tergerak untuk menekan tombol keyboard. Tak satu hurufpun muncul. Tidak ada ide. Malah yang muncul kekuatiran satu demi satu berdatangan. Hasil tulisan jelek malu. Pikiran mengembara. Tidak jadi menulis. Laptop ditutup.

Masak bodoh. Diawal tulisan berisi permohonan maaf saja ah. Menulis untuk belajar. Mengapa saya tidak menulis yang paling saya tahu saja, yang paling saya suka.  Karena saya menekuni ekonomi syariah saya mulai dari bidang itu. Pertama kalau ada yang salah, yang tahu hanya yang mengerti bidang itu, lumayan bisa menyembunyikan perasaan takut salah. Kedua, karena itu bidang yang saya pelajari, pikirkan dan ajarkan setiap waktu, kesalahan saya lebih sedikit kalaupun ada, karena takut diketahui kesalahan yang menghalangi saya menulis. Ketiga sudah hafal mati, jadi tidak perlu cari bahan tinggal fokus menggunakan kalimat yang enak dicerna. Pendek pendek saja, supaya tidak berputar putar dan kehabisan nafas.

Tiga tulisan sudah jadi setiap hari sudah mulai menulis. Nanti pembaca bosan, temanya satu saja. Mengapa saya tidak menjadikan kehidupan saya sebagai sumber informasi. Maka mulailah saya menuliskan pengalaman pengalaman dalam kehidupan yang mempunyai nilai pelajaran bagi orang lain. Karena kalau saya hanya ekspose diri saja,  tidak sesuatu  yang mengandung pelajaran yang bernilai universal, apalagi hanya umbar kelebihan. Narsis, memang elu siapa?

Tulisan mulai ada selingan. Masukkan budaya yang membentuk hidup saya. Maka tulisan menyentuh latar budaya Jawa, lebih spesifik kultur Lamongan yang membentuk masa kecil hingga remaja. Memang bahan tulisan ini belum terlalu mewarnai tulisan saya sebagai latihan, dan yang penting saya mulai merasakan bahwa ide bisa datang dari mana saja. Yang paling mudah yang bersentuhan dengan kehidupan saya secara langsung, jadi bahannya sudah melimpah.

Ternyata bila sudah berjalan ide atau gagasan yang akan ditulis akan muncul terus. Pendidikan agama, mulai madrasah ibtidaiyah, madrasah diniyah, pesantren, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah sampai dengan perguruan tinggi Islam adalah dunia pendidikan yang selalu berhubungan dengan kehidupan saya sejak kecil. Mengapa saya tidak menjadikannya sebagai bahan tulisan. Subkultur masyarakat yang kaya dengan pelajaran. Bahan tulisan yang bisa saya uraikan, ulas, bahas dalam latihan latihan menulis saya. Karena anak anak saya juga produk pesantren, maka persentuhan saya dengan dunia pendidikan Islam makin banyak, bahan baku tulisan yang tidak akan habis untuk digali dan dikaji. Hai mengapa selama ini saya melewatkan tema yang penting ini.

Maka dalam file “mendadak ide” dan “catatan kecil”, judul judul tulisan sudah antri. Sebagai pendukung, maka bergabung dengan grup literasi juga cara yang sehat untuk memperkaya ide. Saya menjual gagasan saya melalui tulisan, juga sering belanja bacaan untuk mendapat inspirasi dari tulisan orang lain. Inilah pentingnya menelusuri tulisan orang lain sebagai batu pijakan menuju gagasan saya. Saat saya mau menulis tema jurnal tertentu, saya akan memetakan pemikiran (jurnal)  orang lain, apakah saya membantah, menyetujui atau melanjutkan dari pemikiran yang sudah saya petakan. Waktu saya menulis potensi industri halal di Asia Tenggara, maka saya mengumpulkan semua riset/ tulisan yang mengambil  tema industri halal di negara negara Asia Tenggara dan segala macam hal yang terkait dengan itu. Dengan membaca tulisan orang lain saya bisa mengembangkan ide lebih lanjut.

Cukup lama dalam dunia pemberdayaan masyarakat dan organisasi non pemerintah, organisasi masyarakat sipil, atau di masa lalu sering disebut Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Organisasi swasta yang berkontribusi memperbaiki kondisi masyarakat di berbagai bidang bertumpu pada kekuatan masyarakat sendiri. Dunia yang sudah agak lama saya tidak berinteraksi, tapi terus mengalami perkembangan dalam berbagai bentuk organisasi yang tidak pernah diduga sebelumnya. Bahkan pemerintah pernah mengadopsi model pemberdayaan yang biasanya dikelola LSM, dalam Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM). Ini juga wilayah yang belum saya eksplorasi dalam latihan menulis saya.

Ide manarik lainnya untuk ditulis adalah fenomena yang terjadi di masyarakat. Kejadian yang menjadi viral dan  trending topik, hampir setiap hari selalu ada perkembangan baru. Di seputar masa pandemi ini saja ada ratusan tema. Sebutlah beberapa tema : kematian Covid-19 dilihat secara statistik, Lockdown versus PSBB, Indonesia terserah, Reformasi dikorupsi, Omnibuslaw diam diam tetap jalan, komunis dan pancasila. Kendalanya tidak semua tema kita kuasai. Tapi kan tidak harus ideal dengan data data yang menarik. Namanya menulis bebas. Opini kita yang terstruktur dengan argumen yang jelas sudah cukup untuk menjadi tulisan. Tidak harus yang melip melip. Daripada beropini di ruang hampa, share informasi yang tidak jelas asal usulnya lebih bermartabat jika dituliskan dalam bentuk opini kita. Silahkan dipublish/dipampang di mana saja, media sosial, media komersial atau media amal.

Setiap kita pasti punya keahlian, keunikan pengalaman, hobi dan berbagai hal yang menjadi kelebihan kita, kekayaan unik yang bersifat pribadi, pengalaman yang layak dibagikan kepada sesama bukankan itu ide tulisan. Andaikan anda ahli hukum keluarga maka banyak masalah masalah yang telah anda pecahkan dalam dinamika keluarga masyarakat Islam modern. Bagaimana fenomena nikah di bawah tangan, pernikahan yang tidak tercatat, kawin lari, nikah adat, ritual upacara pernikahan dalam berbagai budaya, dan mungkin ribuan kasus yang bisa diangkat menjadi tulisan yang mencerahkan. Itu belum termasuk persoalan hukum keluarga lainnya seperti perceraian, adopsi, waris. Belum lagi bila persoalan persoalan tersebut ditinjau dari hukum positif, sosiologi, antropologi dan seterusnya maka cukup banyak yang dapat anda tulis.

Misalnya anda pengajar ilmu waris, suatu studi yang sudah tidak banyak dikuasai lagi oleh akademisi. Maka anda dapat menulis apa saja tentang waris yang tidak diketahui orang, studi studi kasus praktik waris yang bersinggungan dengan adat. Bagaimana waris, konsep keadilan gender dan seterusnya, adalah topik topik yang ditunggun pencerahannya oleh masyarakat. Jangan merasa karena topik itu sangat anda kenal, maka dengan sendirinya banyak yang sudah tahu. Inilah yang kadang menghalangi kita untuk menulis, menganggap tulisan kita tidak ada artinya, tidak penting, tidak bermanfaat. Untuk membuka kemampuan anda yang lebih tinggi dan lebih spesifik, anda harus memulai dari yang umum dulu.

Jadi saya, anda, dan kita dapat memulai latihan menulis dengan cara menulis bebas, tidak peduli seberapa tinggi tingkat pendidikan kita. Karena kita perlu memperbanyak jam terbang, jam latihan. Penulis penulis handal dengan ribuan karya itu sepanjang hidupnya menulis. Latihannya dimulai sejak menulis harian di awal awal. Anggaplah itu sebagai episode menulis tokoh. Tidak ada kualitas tulisan yang langsung enak bersantan bergizi, mungkin di periode awal kepenulisannya garing, menjemukan dan berputar putar, wajar saja. Manusia dalam menguasai keterampilan apapun dimulai dengan program latihan yang panjang.

Goenawan Muhammad menulis catatan pinggir majalah tempo sejak tahun 1976, sudah lebih dari 2 ribu essai dan mungkin ribuan artikel sebaga wartawan sudah ia tulis. Para imam mazhab mempunyai karya karya agung, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad Ibn Hanbal. Profesor Wahbah Al Zuhaili ulama’ dari Syriah setiap hari menulis satu buku. Ribuan karyanya. Dahlan Iskan, Prof Qurish Shihab, Prof Nurkholis Majid, Gus Dur, Mbah Emha Ainun Najib, Romo Mangun Wijaya, Romo Magnis Suseno dan banyak tokoh besar dan mereka semua menulis karya dalam jumlah banyak. Karena hari harinya diisi dengan menulis. Lalu siapa kita ingin berarti tapi enggan menulis, bercita cita menjadi tokoh tapi tidak berkarya. Pemilik toko saja musti berkarya.

Selasa, 23 Juni 2020

"Kredit" di Bank Syari’ah


Bagaimana caranya bank syari’ah memberikan kredit kepada nasabah tanpa memberikan pinjaman? Kredit artinya pinjaman. Sudah mafhum dalam masyarakat bahwa pinjaman pasti berbunga. Bunga yang rendah bunga bank, bunga yang tinggi bank harian (bank plencing, bank titil), yang tanpa bunga dianggapnya hanya bunga tidur, alias mimpi. Bila tanpa bunga, kerja bakti. Bagaimana bank membayar pegawai, membayar daya dan air, membiayai operasional kantor, membayar bunga ke nasabah penabung atau nasabah deposan. Yang terpikir akhirnya, bank syari’ah itu seperti lembaga amal, lembaga sosial.

Bank syari’ah bukan lembaga amal atau yayasan sosial berbentuk lembaga keuangan. Bank syari’ah adalah lembaga keuangan tanpa bunga. Bank syari’ah adalah lembaga penghubung antara penyandang dana (Nasabah penabung dan deposan) dan pengelola dana (nasabah pemanfaat/pemakai pembiayaan). Bank syariah adalah institusi bisnis, perusahaan komersial yang beroperasi berdasarkan prinsip prinsip syari’ah. Prinsip prinsip syari’ah ada banyak sekali jenisnya. Transaksi bisnis yang tidak melanggar aturan Tuhan itulah yang dimaksud prinsip prinsip syari’ah. Dari sekian banyak jenis transaksi, akad atau kontrak yang paling populer digunakan oleh nasabah bank syari’ah adalah murabahah.

Murabahah di bank syari’ah adalah skema pembiayaan kepada nasabah untuk membeli barang yang dibutuhkan dengan harga pokok dan keuntungan bank. Misalnya nasabah memerlukan dumptruck untuk pengangkutan sawit. Mobil dibeli oleh bank dari dealer dengan harga 400 juta, dijual kepada nasabah dengan harga 450 juta, keuntungan bank 50 juta. Setiap bulan diangsur 7,5 juta, sampai 60 bulan lunas. Nasabah menyewakan dumptruck ke perusahaan sawit setiap bulan 15 juta. Nasabah untung, bank syari’ah juga untung dan tidak ada bunga. Basisnya usaha riel. Karena yang dibiayai oleh bank syari’ah adalah aktifitas ekonomi riel, maka tidak ada pinjaman ke bank syari’ah untuk aktifitas bisnis spekulasi atau judi. 

Ko Chen, Ko Hartono, Ko Jianheeng, Cik Mei Yin, Cik Li Wei di Pasar Glodok senang menjadi nasabah bank syari’ah, simpel bisa mendapatkan pembiayaan dari bank syari’ah. Peralatan elektronik yang dibeli dari pabrik dibayarkan oleh Bank syari’ah dengan harga pokok dan keuntungan. Pemilik toko elektronik menjual kepada konsumen dengan harga dari Bank Syari’ah ditambah keuntungan. Sederhana, Ko Hartono dapat untung, bank dapat untung, tidak perlu ada bunga. Itulah praktik jual beli murabahah. 

Pola pembiayaan bank syari’ah dengan kontrak jual beli tersebut sangat familiar dengan keseharian penjual alat elektronik, hitung hituangannya juga mudah dan jelas. Transparan harga barang, transparan keuntungan, transparan akad, dilaksanakan secara fair. Nasabah dan bank syariah akan bersikap fair dan adil karena jual beli murabahah secara natural memang bersih. Praktik jual beli yang dipraktikkan dalam banyak perdagangan di berbagai kebudayaan, sebelum ide ide riba merusaknya. Hanya saja selama ini bank konvensional sudah terlanjur nyaman dengan perhitungan bunga dan kepastian keuntungan sehingga tidak melihat jual beli sebagai solusi dalam pemberian pembiayaan oleh bank. Bank konvensional tidak mau repot repot, apapun jenis kreditnya bunga solusinya. 

Cik Nuwa, Cik Lien Hua dan Ko Anming di jalan Pahlawan Ternate terbiasa bertransaksi dengan bank syari’ah untuk membeli komoditas cengkeh dan fuli bunga pala. Bank Syari’ah membiayai pembelian cengkeh dari pemilik kebun di Pulau Halmahera dan Bacan dengan harga pokok ditambah keuntungan bank. Ko Anming mengirim cengkehnya ke pabrik rokok dan obat obatan dengan harga yang lebih tinggi dari harga yang diperoleh dari penjualan bank. Cik Lien Hua mendapat keuntungan dari harga selisih antara harga jual dari bank dan harga jual ke pabrik farmasi dan obat.

Ko Jun, Ko Minghao dan Cik Yimin di pasar kapasan, grosir terbesar di Surabaya. Para agen pakaian mendapat pembiayaan untuk membeli pakaian jadi dari konveksi dan pabrik Garmen yang tersebar di Surabaya, Sidoarjo dan Gresik. Dengan akad jual beli Cik Yimin dapat menjual produk garmennya untuk dikirim kawasan Indonesia Timur. Bank membayar pembelian seluruh produk yang dibeli Ko Jun dan dapat membayar secara angsuran atau sekali bayar lunas setelah periode waktu tertentu. Ko Minghao mendapat keuntungan selisih dari harga jual dari bank dan harga jual ke konsumen. Dalam transaksi murabahah ini bank syari’ah dan nasabah berbagi keuntungan dari proses jual beli.

Bank syari’ah tidak eksklusif hanya untuk umat Islam. Nasabah muslim atau non muslim mendapat perlakuan yang sama. Aktifitas mu’amalah dalam Islam berlaku setara bagi siapa saja. Dari para pedagang di atas, yang berasal dari kalangan muslim mungkin hanya tiga orang yaitu Ko Syafi’i Antonio, Ko Yusuf Hamka dan Cik Tan Mei Hwa.

Senin, 22 Juni 2020

Covid-19 dan kebingungan Ilmu Pengetahuan


Sebelum ada artikel ini saya mengadopsi gambaran masyarakat yang terpolarisasi ke dalam empat mazhab, yaitu mazhab ekonomi, mazhab kesehatan, mazhab dan mazhab halusinasi. Setelah membaca artikel ini, mazhab halusinasi lebih tepatnya disebut mazhab skeptis. Yaitu kelompok masyarakat yang mempertanyakan kebenaran Covid-19 dan data data yang direlease oleh ilmuwan tentang Covid-19. Artikel ditulis oleh Ratna Megawangi, pendiri Indonesia Haritage Foundation dengan judul Korona dan statistik kepanikan, yang ditulis di Kompas edisi 20 Juni 2020.

Artikel ini menjelaskan bagaimana pandangan dunia tersesat oleh prediksi Dr. Neil Ferguson, epidemiologis Imperial College. “Profesor Lockdown” memprediksi dengan model matematika bahwa bila tidak dilakukan lockdown korban meninggal di Inggris bisa mencapai 510.000 dan korban meninggal di Amerika mencapai 2,2 juta. Karuan saja prediksi ini membuat masyarakat Inggris panik, tak kurang dari presiden Amerika segera melakukan lockdown berdasarkan ketakutan dengan prediksi ini. Mengapa orang langsung percaya? Karena Ferguson seorang saintis dan Kepala Departemen of Infectious Disease Epidemiology School of Public Health.

Pendapat ini semakin dalam masuk ke ingatan bawah sadar publik, karena berita berita dari segala penjuru dunia menampilkan betapa ganas dan masifnya dampak negatif yang ditimbulkan oleh Covid-19. Pandangan Ferguson semakin mencengkeram pemahaman publik, karena didukung fakta fakta yang seakan akan realitas,sehingga tidak ada yang mempermasalahkan prediksi matematika yang dibuat Ferguson.

Prof. Michael Levit pemegang nobel kimia tahun 2013, ahli matematika biofisika yang berpendapat bahwa model matematika Ferguson mempunyai kesalahan fatal. Kebenaran model matematika tergantung pada pada asumsi dan parameter yang digunakan sebagai dasar pengembangan permodelan. Ferguson ternyata menggunakan asumsi bahwa 81% populasi akan terinveksi Covid-19. Padahal pandemi flu Spanyol 1918-1919 yang dahsyat dan mematikan tingkat infeksinya di bawah 28 persen di Amerika. Kenaikan asumsi yang dipakai Ferguson 300 persen lebih besar dibandingkan flu Spanyol.

Bagi orang orang yang menekuni ekonometrika paham betul bagaimana asumsi yang dipermainkan sangat mempengaruhi hasil permodelan. Sehingga ada istilah garbage in and garbage out ( masuk sampah keluar sampah). Asumsi penelitian statistik yang ngawur menghasilkan kesimpulan yang ngawur pula.

Di artikel yang sama juga menjelaskan bagaimana common sense, akal sehat dapat digunakan untuk menangani Covid-19. Swedia adalah salah satu negara yang menangani Covid-19 dengan common sense tanpa menimbulkan kepanikan. Penasehat perdana menteri Swedia Stevan Lofven, Dr. Anders Tegnell seorang epidemiologis memberikan masukan agar tidak menerapkan lockdown. Semua sekolah dari TK-SMP berjalan seperti biasa, kantor buka normal, kafe dan restoran ramai pengunjung dengan pembatasan sosial maksimal kerumunan 50 orang. Prediksi Ferguson Swedia tanpa lockdown yang meninggal bisa mencapai 40 ribu pada Juni, ternyata sampai dengan ahir Mei yang meninggal 4 ribu, 0,04 persen dari model prediksi Ferguson.

Covid 19 menimbulkan silang pendapat dan polemik yang bermacam macam. Jika para ilmuwan sendiri yang diharapkan lebih mampu untuk menjelaskan fenomena yang tidak dipahami awam, berada dalam kebingungan, apalagi tokoh agama dan bidang ilmu lain yang tidak terkait dengan epidemiologi, virus dan kesehatan.

Wajar bila di awal pandemi respon pemimpin dunia, tokoh tokoh politik kelihatan aneh aneh. Ada yang menganggap hanya flu biasa tidak berbahaya, korbannya lebih banyak yang sakit flu bengek yang ada di lingkungan kita. Ada menteri yang melarang pakai masker, menganjurkan makan nasi kucing, minum jamu. Orang Indonesia tidak bakal kena Covid-19 karena rempah rempah.  Korona tentara Allah yang diturunkan untuk orang Wuhan karena perlakuan China terhadap muslim Uighur. Di India, tokoh masyarakat mengajak minum kencing sapi sebagai obat anti Corona dan seterusnya.

Sikap sikap itu anggaplah sebagai bentuk kepanikan massa. Ketidaktahuan dan kebingungan yang melanda semua orang sehingga melahirkan kesimpulan, saran dan pendapat yang terkesan tak masuk akal dan kadang kadang terdengar konyol. Wajar pula bila ada yang berpendapat bahwa virus ini konspirasi negara negara kaya dan maju. Virus ini bentuk perang baru, virus war, senjata biologi dan seterusnya. Semuanya adalah ekspresi kebingungan. Perlahan masyarakat menyadari apa yang sesungguhnya terjadi, walaupun setelah 4 bulan berlalu, masih banyak misteri yang belum terpecahkan oleh umat manusia.

Yang disesalkan adalah bila para ilmuwan tidak bersungguh sungguh menemukan jawaban yang sebenarnya. Atau bahkan ada yang memanfaatkan situasi dengan menumpang agenda politik atau agenda ekonomi pesanan dari penguasa. Lockdown sebagai suatu solusi akibat kepanikan dari prediksi matematika dengan asumsi yang menyimpang, ahirnya tidak menjadi jalan keluar yang baik. 

Sebagian masyarakat yang masih berdiam diri di rumah, membatasi bepergian, di luar rumah menggunakan masker, hand sanitizer. Ada yang sudah mengikuti standar hidup new normal dengan mematuhi protokol kesehatan. Bekerja di luar rumah untuk menggerakkan roda ekonomi, membuat dapur tetap mengepul. Ada yang berpendapat tidak perlu takut berlebihan, bekerja sewajarnya, berinteraksi seperlunya tidak perlu panik takut berlebihan, ihtiar seperlunya, berserah diri pada Tuhan. Sebagian lagi cuek bebek dari awal. Covid-19 seperti tidak pernah ada. Bila hari ini kita masih menyaksikan beragam respon masyarakat, itu karena beragamnya cara berpikir orang. Semuanya menebak nebak dalam kebingungan. Ilmuwan yang seharusnya menjadi penerang, tidak dapat semua diharapkan sesuai peran. Bukan menunjukkan tapi menyesatkan.

Minggu, 21 Juni 2020

Profesor Anti Covid-19


Sabtu siang waktu Ternate berkesempatan satu panel dengan Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, sebagai pemateri dalam webinar nasional. Sosok yang sangat menasional karena kiprahnya dalam memajukan pendidikan tinggi. Orang yang sangat berjasa dalam mengubah STAIN Malang menjadi The Best. Satu satunya perguruan tinggi negeri yang naik tiga level sekaligus dari STAIN Malang menuju UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. 

Pendobrak yang bukan hanya kuat di bidang akademik, tetapi juga bidang manajemen pendidikan, sufisme dan bidang lain, sosok yang multi talenta. STAIN Malang, perguruan tinggi yang semula tidak dikenal, berada di perkampungan padat dan sempit di daerah Gajayana Malang, dalam waktu 16 tahun telah ditransformasikan menjadi UIN nomor satu di Indonesia, pelopor perguruan tinggi keagamaan Islam Negeri sebagai tujuan studi mahasiswa asing. Saat ini telah menerima studi mahasiswa dari 34 negara. Pencapaian yang tidak biasa. 

Pengembangan pendidikan tinggi tidak ada batasnya, semua yang baik baik boleh dilakukan oleh perguruan tinggi, apalagi hanya alih status atau lompat status menjadi Universitas Islam Negeri, sangat boleh. Yang tidak boleh hanya menjual atau membakarnya. Nasehat yang selalu disampaikan kepada perguruan tinggi di daerah daerah supaya berkiprah lebih. Tidak ada yang mustahil, jika mau mengerjakan. Prof Imam tidak berbicara hanya di level teori, tapi sudah membuktikan sendiri.

Setelah hampir sepuluh tahun tidak lagi menjadi rektor, terlihat energinya masih cukup kuat.  Berbicaranya lantang, materinya padat berisi, disiplin waktu, dan tidak terlihat penurunan performa kecerdasannya. Meskipun paling senior sebagai pembicara, tapi respek dan penghargaan kepada para yuniornya sangat terlihat. Ingatannya masih sangat kuat, memperhatikan dengan serius siapapun yang bicara dan tiga jam di depan kamera.

Prof. Imam adalah pribadi yang disiplin dan berdedikasi, termasuk dalam litarasi. Beliau pernah menulis terus menerus tiap pagi selama empat tahun tanpa jeda. Setiap hari setelah subuh beliau menulis 1 artikel atau essai bebas. Semua itu dilakukan pada saat sibuk sebagai rektor dan puluhan jabatan yang melekat karena kepakarannya.

Seperti Gus Mus, Kyai Musthofa Bisri, Prof. Imam adalah generasi senior yang cepat sekali menyesuaikan teknologi informasi. Bila Gus Mus menyimpan banyak karya muslim klasik, kitab kitab gundul di gadget, Prof Imam juga memanfaatkan menulis di manapun berada dan ada kesempatan di gawai. Menurut orang orang terdekat, Prof Imam paling cepat memiliki dan belajar menggunakan gawai terbaru. Semua dalam rangka menunjang kerja profesional dan disiplinnya menghasilkan karya tulis. Bila orang sealim dan sesibuk Prof Wahbah Al Zuhaili setiap hari menghasilkan satu buku, menurut cerita Kyai Hasyim Muzadi, maka Prof Imam berusaha setiap hari ide dan pemikirannya tertulis minimal dalam satu karya.

Setiap hari masih menulis membuat kekuatan ingatan terpelihara, lancar berbicara, dan setiap yang disampaikan padat informasi dan penuh hikmah. Semua yang dituliskan terekam rapi dalam ingatan, setelah terkespose dalam tulisan. 

Selama 3 bulan pandemi Prof. Imam salah satu akademisi dan ulama’ yang tetap menyelenggarakan ibadah normal seperti sebelum pandemi. Sholat fardhu lima waktu, sholat tarawih, sholat jum’at dan Idul Fitri. Bukan berarti beliau tidak tahu hukum dan melawan hukum. Tindakannya sangat terukur dengan patuh pada pemerintah maupun fatwa Majelis Ulama’ Indonesia, karena beliau salah satu penasehat MUI. Rahasia yang dibagikan kepada peserta seminar supaya tetap selamat dari Covid 19 adalah dengan meletakkan batin kita di rumah Allah.

Ada 3 rumah yang dimiliki oleh manusia, rumah pribadi, rumah komunitas dan rumah Allah. Rumah pribadi adalah rumah yang kita tinggali. Rumah cepat rusak bila tidak ditinggali karena rumah pribadi tempat tinggalnya jiwa. Orang yang pergi dari rumah dalam falsafah Jawa sebutannya jelek, minggat (pergi dari rumah), mbambung (tuna wisma). Rumah komunitas adalah masjid, tempat ibadah bersama yang menggabungkan kesalehan individual dan kesalehan sosial. Rumah Allah (Ka’bah) adalah tempat yang aman bagi batin manusia pasti terlindung dari Covid-19, terlindung dari godaan syetan dan terlindung dari api neraka.

Cara untuk menghubungkan batin orang orang beriman adalah dengan meletakkan ingatan kita di bayt Allah. Setiap memulai sholat ingatan musholin diletakkan di rumah Allah maka jiwa orang orang yang meletakkan ingatannya terlindungi dari segala mara bahaya. Jama’ah 200 keluarga yang beribadah selama 3 bulan pandemi di masjid komunitas yang dibina oleh Prof. Imam tidak pernah mengalam masa new normal. Jama’ah dalam satu lingkungan masjid beribadah normal sepanjang masa pandemi dan pasca pandemi dengan menerapkan wejangan yang diajarkan Prof. Imam. Tentang Bayt Allah sebagai tempat perlindungan batin, bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Saw.

Banyak hal yang bisa ditulis dari pribadi maupun keilmuannya, keteladanan dan ketekunannya, pemikiran dan gagasannya, karya dan capaiannya. Yang paling penting, tidak ada kamus senja usia dalam hidupnya, semangat berbuat, belajar dan mencari masih menyala nyala mengalahkan yang muda.

Sabtu, 20 Juni 2020

Gagal Paham Bank Syari’ah

Tahun 1990 Bank Syari’ah berdiri, ketika syari’ah diidentikkaan dengan ekstrim kanan, pendirian negara Islam, peristiwa tanjung priok dan Talangsari Lampung. Untuk menghindari stigma negatif, islam phobia maka bank Islam itu bernama Bank Muamalat Indonesia. Setelah 30 tahun kehadiran bank syari’ah,  stigma Islamisasi dan kesalahpahaman lain masih belum luntur dari pandangan masyarakat.

Pertanyaan yang paling sering muncul dari konsumen dan nasabah bank syariah adalah, apakah biaya di bank syari’ah lebih mahal dibandingkan dengan bank konvensional? Beberapa nasabah bank juga mengeluh mengapa saat dia mengambil pembiayaan di bank angsurannya lebih tinggi dibandingkan ketika dia mengambil kredit di bank konvensional?

Misalnya, mengapa Bank Syari’ah Mandiri lebih mahal dari pada bank Mandiri? Sama sama bank Mandiri, sama sama milik pemerintah, sama sama bank plat merah. Kesimpulan, bank syari’ah lebih mahal dibandingkan yang bukan bank syari’ah. 

Bank syari’ah Mandiri assetnya dibawa sepersepuluh bank Mandiri, sehingga kemampuan memberikan layanan keuangan pun jauh. Seperti membandingkan harga toko eceran dengan agen. Harga di toko eceran lebih mahal karena kemampuan belanjanya lebih kecil dibandingkan toko agen, yang dapat harga lebih murah dari distributor langsung dari pabrik.

Berbagai penelitian di belahan bumi manapun di dunia ini, telah menunjukkan bahwa bank syari’ah lebih menguntungkan nasabahnya dibandingkan bank konvensional. Sebagai bukti bahwa bank syari’ah lebih diminati oleh nasabah, pembiayaan atau ’kredit’ di bank syari’ah selalu habis. Alasannya bukan karena bank Islamnya, tetapi karena dinggap harganya lebih fair bagi nasabah. Di negara yang mayoritas non muslim, yang masyarakatnya rasional seperti Inggris, bank syari’ah diminati oleh nasabah karena lebih ‘murah’ dibandingkan yang bukan syari’ah.

Apakah semua perilaku bank syari’ah baik, tidak ada penyimpangan, tidak ada kesalahan? Sebagai produk ijtihad, bank syari’ah adalah hasil pemikiran di ranah mu’amalah, karenanya Islam memberikan ruang bebas berinovasi untuk terus melakukan perbaikan terhadap ketidaksempurnaan. 

Sistem bank syari’ah didesain sesuai dengan prinsip keadilan, sehingga penyimpangan ketidakadilan bisa segera auto koreksi. Walaupun sama sama sebagai lembaga intermediasi (jembatan) keuangan antara nasabah yang ‘kelebihan’ uang dan nasabah yang ‘kekurangan’ uang, tapi di bank syari’ah keuntungan terdistribusi secara proporsional kepada setiap orang yang berkontribusi dalam pengelolaan uang. Keuntungan yang didapatkan bank syari’ah besar atau kecil, pasti akan didistribusikan kembali ke nasabah pemilik dana di bank, dalam bentuk bagi hasil (mudharabah). Desain ini secara tidak langsung menempatkan nasabah adalah pemilik bank sesuai dengan penempatan uang/assetnya di bank syari’ah.

Praktik ini tidak akan ditemukan di bank konvensional karena hubungan yang dibangun bank konvensional dengan nasabah adalah hubungan debitur kreditur, peminjam dan pemberi pinjaman. Nasabah memberi pinjaman kepada bank dalam bentuk simpanan, bank membayar bunganya. Bank untung besar atau untung kecil, tidak berpengaruh ke pemilik dana. Ada gambling, untung untungan. Di dalam peran lain, bank memberikan kredit kepada nasabah dengan bunga tertentu. Bank pasti untung sesuai dengan target yang ditetapkan bank, meskipun nasabah usahanya untung kecil. Ada untung untungan nasib nasabah, sementara bank mendapat kepastian profit. Desain dasar bank konvensional sudah tidak fair dari sistemnya.

Bila bank syari’ah lebih baik dari bank konvensional, harusnya pertumbuhannya cepat? Di Indonesia pertumbuhan bank syari’ah tidak secepat Malaysia. Berdiri sejak tahun 1990, bank syari’ah di Indonesia baru mencapai 5% sedangkan Malaysia sudah 40%. Ada beberapa alasan yang bisa menjelaskan angka market share itu. 

Pertama, Bank syari’ah di Malaysia mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah sejak awal. Bank bank milik pemerintah langsung diubah menjadi bank syari’ah. Di Indonesia bank syari’ah adalah inisiatif rakyat, inisiatif swasta, berkembang secara alamiah sesuai dengan aspirasi masyarakatnya. Pemerintah tertarik mendirikan bank syari’ah setelah 10 tahun bank swasta syari’ah berdiri. Pemerintah Indonesia juga ragu ragu mendirikan bank syari’ah sehingga bank bank pemerintah hanya buka office channeling, membuka kantor layanan keuangan syari’ah. Paling jauh menyisihkan sedikit modalnya untuk membuat bank syari’ah.

Kedua, Bank Syari’ah di Malaysia langsung mendapat dukungan regulasi secara penuh sejak awal. Pemerintahannya punya niat kuat menjadi terdepan dalam industri keuangan syari’ah, meskipun penduduk muslimnya 19,5 juta (61,3%). Dukungan perundang undangan langsung di gas. Negara hadir dan memobilisir sumberdaya yang dipunyai untuk membesarkan keuangan syari’ah. Malaysia cepat menangkap peluang keuangan syari’ah global, sehingga lembaga lembaga keuangan syari’ah internasional cepat berpaling ke Malaysia sebagai kiblat keuangan syari’ah. Di Indonesia perlu waktu 18 tahun untuk merestui keberadaan bank syari’ah melalui UU No. 21 tahun 2008 walaupun penduduk muslimnya 207 juta (87,2%).

Ketiga, Indonesia perlu waktu 30 tahun untuk menyadari bahwa pengelolaan dana haji, seharusnya dikelola secara syari’ah oleh lembaga keuangan syari’ah. Dana haji yang dibayar jama’ah untuk tujuan ibadah dikelola secara konvensional. Diinvestasikan di sektor abu abu yang penggunaanya pun abu abu. Makanya kita kerap disuguhi fakta fakta penyimpangan penggunaan dana haji di dana abadi ummat. Dana haji yang sekarang jumlahnya mencapai 100 triliun, adalah dana segar yang dibunga bungakan. Baru mulai tahun 2019 dana haji didekatkan pengelolaanya secara syari’ah, itupun masih diperebutkan pemain pemain lama, tidak sepenuhnya memperkuat arsitektur perbankan syari’ah. Malaysia langsung dari awal mendukung bank syari’ah melalui lembaga Tabungan Haji Malaysia yang sekarang assetnya sudah 180 triliun. Bandingkan jamaah haji dengan dana haji di Indonesia dan Malaysia, maka akan tahu perbedaan cara mengelolanya.

Asset bank syari’ah di Malaysia 2,789 triliun dari penduduk muslim 19,5 juta. Asset Bank syariah di Indonesia 494 triliun dari penduduk muslim 207 juta. Perih rasanya melihat angka angka itu. Berprasangka baik saja, mungkin mesin besar lambat panas. Mesin Indonesia terlampau besar sehingga lambat berjalan. Yang lebih penting dari substansi angka angka itu adalah kesungguhan menciptakan sistem yang adil, pemerataan pembangunan ekonomi. Bank syari’ah punya sistem yang mendukung tujuan itu.

Kamis, 18 Juni 2020

Jika Hidupmu Antik, Teruskan !


Menjadi unik dan berbeda itu tidak ada masalah. Jadi anda aneh dan berbeda tidak usah berubah, pertahankan. Berbeda yang unik boleh boleh saja. Buat apa sama saja seperti yang lainnya tapi biasa biasa saja. Tidak mbois. Juga jangan asal beda, tapi tidak ada kelebihannya. Dua potret manusia di bawah ini, unik, antik berbeda tapi keren.

Manusia antik masa kini

Warren Buffet orang paling kaya di muka bumi. Hidupnya aneh bagi pandangan sebagian besar orang. Dengan kekayaannya dia bisa hidup model apa saja. Tapi dia memilih hidup sederhana. Sederhana bukan pelit, karena dia menikmatinya. Sehat dan berumur panjang, usianya lewat 80 tahun.

Dia dapat hidup dan bergaul dengan sosialita jetset kalangan atas, tapi dia memilih punya waktu luang banyak, menonton TV sambil makan popcorn. Ia bepergian dengan pesawat sebagai penumpang biasa, walaupun ia punya perusaat pembuat jet terbesar di dunia. 

Dia tidak punya sopir pribadi atau penjaga keamanan, dia suka mengendarai mobil sendirian. Prinsipnya jangan membeli apa yang tidak dibutuhkan, meskipun rumahnya tanpa pagar tapi apa yang dibutuhkan tersedia di rumahnya. 

Dia mensyukuri apa adanya, walaupun dapat membeli rumah berapapun besar dan banyaknya. Nyatanya dia hanya tinggal di satu rumah dengan tiga kamar yang dibeli setelah menikah 50 tahun lalu. 

Ia manusia unik sejak kanak kanak, mulai umur 11 tahun sudah investasi di saham, umur 14 tahun membeli kebun kecil. Manusia dengan kemampuan investasi paling tajam gabungan dari tiga jenis kecerdasan manusia,  kecerdasan Einstein, nyentrik ala Picasso, bermental raja kaya raya ala Croesus.

Manusia unik dari dunia masa lalu bernama Imanuel Kant.

Meskipun pemikir yang sangat produktif, peofesor yang tersohor, Kant jago kandang. Delapan puluh Tahun dia hanya muter muter di kotanya. Pergi paling jauh 20 km dari kotanya.

Meskipun tidak pernah bepergian tapi mampu mendiskripsikan dengan baik kota dan daerah yang tidak pernah didatanginya. Informasi yang diceritakan dalam tulisan atau ceramahnya adalah dari bacaan dan kemampuan berimajinasi.

Kant tidak kawin, dia normal dan menyukai lawan jenis, karena menurutnya perkawinan akan mengganggu rutinitasnya dan mempengaruhi dunia berpikirnya.

Kant orang yang disiplin waktu, bahkan lebih tepat waktu dari jam. Jadwal keseharianya mulai dari bangun sampai tidur lagi sama sepanjang hidupnya. Supaya selalu bangun jam 5.05 tepat, dia mempekerjakan satpam yang membantu membangunkan. Dan satpam itu tidak pernah sempat membangunkan tidur Kant, karena dia lebih tepat waktu dari jam.

Setiap hari Kant hanya makan satu kali yaitu pada saat jam makan siang. Jam makan siangnya 3 jam dan menjadi forum ilmiah. Pada saat makan siang, Kan mendatangkan kawan diskusi baik koleganya sesama Profesor atau mahasiswanya untuk mendiskusikan berbagai topik ilmiah.

Kant juga sehat dan panjang umur. Dia hidup sampai umur 80 tahun. Tiga ratusan buku yang ditulis oleh orang orang setelahnya, padahal hidup Kant tidak menarik dan membosankan bagi orang yang melihatnya.

Anda unik? pertahankan!

Menumbuhkan Budaya Literasi Di Lingkungan Akademik


Mengapa mahasiswa kesulitan mengerjakan tugas makalah tugas kelas? Acap kali, makalah dibuat untuk sekedar menggugurkan kewajiban, tak sedikit yang sekedar melakukan copy paste atau mengumpulkan potongan makalah di internet, disambung sambung sehingga menjadi makalah struktur penuh. Gagah, seperti karyanya sendiri.

Budaya membaca yang rendah dan kemudahan mencari materi di internet, seakan mematikan kreatifitas, sehingga tugas makalah untuk mahasiswa seringkali tidak efektif untuk mendorong mahasiswa membaca dan mencerna materi yang disampaikan dalam perkuliahan.

Mengapa banyak dosen yang kurang menghasilkan naskah jurnal penelitian, proposal penelitian dan karya akademik lainnya? Mengapa perpustakaan kampus sangat kurang diminati baik oleh mahasiswa atau dosen? Mengapa perpustakaan hanya ramai ramai pada saat saat tertentu, selebihnya sepi pengunjung?

Kampus sebagai lingkungan akademik, mestinya riuh dengan aktifitas membaca dan menulis oleh civitas akademik, mahasiswa, dosen dan pegawai. Berbagai pertanyaan di atas yang seharusnya mengandung kondisi kontradiksi, paradoks mengusik saya untuk mengulasnya dalam essai singkat ini.

Sekilas Pengamatan

Kampus dengan 4000 mahasiswa, pengunjung perpustakaan tidak lebih dari 50 orang setiap hari. Dari 150 dosen setiap tahunnya kurang dari 29 usulan proposal penelitian, hanya 8 publikasi ilmiah setiap semesternya, 7 buku setiap tahunnya. Maka rata rata produktifitas dosen sangat rendah, nyaris di bawah 5 persen. 

Kelompok literasi yang digagas untuk menaikkan semangat menulispun, dengan anggota 32 orang, yang betul betu menulis secara konsisten tidak lebih dari 10 Kasus dari contoh angka angka ini hanya satu dari potret 4 ribuan perguruan tinggi di tanah air. Meski tidak 100 persen seperti gambaran itu, tapi mayoritas rendah dalam budaya literasi dan akademik. Bahkan menurut riset CSIS tahun 2018 kalangan milennial, yaitu generasi yang lahir dari tahun1981-1998, budaya menulisnya sangat rendah. Padahal jumlah mereka cukup besar, yaitu 35 % dari penduduk Indonesia, atau sekitar 85 juta. kondisi yang cukup menghawatirkan.

Koleksi perpustakaan mendukung, fasilitas jaringan internet juga sangat bagus, tempat untuk membaca dan menulis juga sangat memadai. Buku buku berkualitas setiap tahun juga bertambah, koleksi perpustakaan makin lengkap. Tersedia pula maktabah syamilah dan koleksi buku digital lainnya yang bisa dibaca dan dicopy. Jaringan internet juga selalu diperbaiki. 

Fasilitas perpustakaan daerah jumlah gedung dan koleksinya melimpah. Akses masuk ke perpustakaan perpustakaan di seluruh kota tersedia dengan gampang. Dengan fasilitas jaringan internet yang prima, akses terhadap sumber bacaan dan referensi digital, ebook di perpustakaan nasional sangat mudah.  Koleksi buku buku digital open akses dalam berbagai bahasa, dengan mudahnya didapatkan oleh dosen dan mahasiswa. Pendeknya semua referensi bisa hadir di depan mata tanpa berdiri.

Dengan fasilitas yang demikian lengkap dan mudah dibaca seharusnya tidak sulit bagi dosen maupun mahasiswa menghasilkan makalah kelas, jurnal jurnal berkelas, proposal dan laporan penelitian berkualitas, publikasi ilmiah yang dikirim ke pengelola jurnal dan penerbit nasional maupun internasional. Syarat referensi untuk jurnal terakreditasi Shinta 6-1 sedemikian mudahnya tersedia secara online, sebab semua jurnal terakreditasi di Indonesia sudah menggunakan Online Jurnal System (OJS). Apa yang menjadi syarat referensi jurnal internasional terakreditasi dan terindeks secara kredibel sebagian besar bisa diakses gratis. Bahkan negara juga memberikan fasilitas gratis ke jurnal berbayar dengan harga langganan puluhan milyar.

Rendahnya budaya literasi dan menulis di tingkat perguruan tinggi ini juga lebih riskan ditemukan pada sekolah sekolah menengah dan sekolah dasar. Bila birokrasi kampus saja tidak bisa mengisi publish website secara kontinue dan bermutu, maka birokrasi pemerintahan di luar kampus kondisinya sama menyedihkan. Di beberapa tempat pemerintah harus menggunakan jasa jurnalis untuk sekedar membuat laporan dinas atau mengisi opini dan advertorial. Bila kampus pun misalnya melakukan hal yang sama, alangkah mengerikan masa depan dunia pendidikan kita.

Spirit Literasi Civitas Akademik

Perguruan tinggi dengan civitas akademik, adalah habitat terbaik pabrik ilmu pengetahuan dan inovasi. Membaca, menulis, perkuliahan dan forum ilmiah adalah aktifitas utamanya. Karena itu seharusnya karya civitas akademika adalah tulisan. Bila demikian rendah produktifitas menulis dosen dan mahasiswa demikian rendah, maka harus ada yang dicurigai, apakah proses akademiknya sudah betul.

Bila menulis tumpul, besar kemungkinan membaca juga sedikit, atau bacaan yang tidak relevan. Jika iklim membaca dan diskusi akademik tidak berkembang, maka pengetahuan yang diserap juga sangat terbatas, tak pernah bertambah lagi. Pengetahuan yang diajarkan tidak pernah beranjak, berputar dari situ ke situ.

Menulis bagi dosen hakekatnya memberi pengayaan terhadap pengetahuan dan materi sebelumnya. Produk pengetahuan yang selalu diperbarui oleh dosen adalah respon terhadap realitas masyarakat yang berkembang. Dosen tidak bisa mendasarkan perkembangan pengetahuan hanya dengan ucapan dan ceramah. Karenanya menulis/berkarya adalah tuntutan kewajiban pendidik mewariskan pengetahuan. Dosen yang tidak menulis berarti tidak puny kepercayaan diri terhadap kepakarannya, dan dia hanya mengajarkan pengetahuan orang lain. Selama dia tidak menulis buku ajar misalnya, maka dia hanya sebagai pembaca pikiran orang lain, dosen lain, pakar lain, ahli lain.

Sebagai pemegang jabatan fungsional dosen asisten ahli, lektor, lektor kepala dan guru besar, setiap kenaikan pangkat selalu diminta karya ilmiah sebagai produk wajib yang harus dipunyai dosen. Asisten ahli ke lektor syarat utamanya jurnal nasional, lektor ke lektor kepala menggunakan syarat jurnal nasional terakreditasi atau jurnal internasional, dari lektor kepala ke guru besar mempersaratkan jurnal internasional bereputasi. Itu yang syarat wajib, ada pula syarat sunnah buku referensi, buku ajar, monograf, modul mengajar, makalah nasional dan internasional. 

Banyaknya syarat karya ilmiah yang harus dihasilkan oleh dosen memberikan petunjuk bahwa kemampuan menulis bagi dosen itu fardhu ain. Karenanya rugi besar apabila dosen tidak mempunyai keterampilan menulis.

Budaya literasi di dunia akademik

Menurut David D. Dill budaya akademik tidak berbeda dengan budaya organisasi sebagaimana yang diuraikan dalam makalahnya yang berjudul The Management of Academic Culture Revisited: Integrating Universities in Iterpreneural. Budaya akademik di perguruan tinggi menentukan dalam membangun budaya masyarakat (civilized Sociaty). Tulisan Badri Munir Sukoco dalam salah satu essainya di koran Jawa Pos menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara kualitas perguruan tinggi dengan kemajuan kota. Di Jakarta ada UI, di Jogjakarta ada UGM, di Surabaya ada UNAIR, di Otawa ada Mc Gill University, di Moulbern Australia ada Moulbern University, di California ada UCLA.

David mencatat hal penting dalam budaya akademik adalah budaya disiplin dan budaya profesi akademik. Negara negara yang mendapat manfaat dari budaya ini misalnya dapat kita lihat Jepang, Singapura dan sebagian besar negara Eropa. China dan Korea Selatan dua negara yang sudah mulai memasuki budaya itu dan menikmati kemajuan peradabannya.

Budaya akademik dan budaya profesi dicirikan dengan produktifitas karya ilmiah, komitmen yang kuat dan komitmen terhadap bidang ilmu yang digeluti oleh para akademisi. Literasi para akademisi dan mahasiswa adalah kunci untuk mencapai budaya akademik. Disiplin dan komitmen adalah jalan yang paling pasti untuk menciptakan budaya litersi dan budaya akademik

Organisasi Bisnis Sebagai Benchmark Perguruan Tinggi

Pengalaman Pieter Kemps selama mengamati cara kerja Amazon patut untuk dijadikan rujukan. Menurutnya ada budaya perusahaan yang tumbuh di Amazon yaitu budaya kepemimpinan, rekrutmen pegawai yang tepat dan ekosistem internal yang dinamis dan progresif.

Di Amazon proses kerja organisasi dikendalikan oleh kepemimpinan yang baik di setiap level secara disiplin, dan mengesampingkan proses yang dianggap bertele tele.

Di perusahaan facebook, budaya perusahaan dibangun dengan menempatkan Mark Zuckerberg sebagai role model (uswah al- hasanah) dalam menumbuhkan budaya akademik di perusahaan.

Mark menjadikan membaca sebagai kebiasaan (make reading a habit). Sebagai pengusaha yang sudah sukses, Mark tidak pernah berhenti untuk terus belajar. Prinsip hidupnya yang dia transformasikan menjadi budaya hidup seluruh pegawai facebook.

Sejak tahun 2015 Mark mendisiplinkan diri membaca buku baru setiap minggu untuk berbagai topik, tidak hanya teknologi informasi atau dunia digital. Dan dia menggali hal hal baru melalui buku buku tersebut, bukan bacaan media lain.

Budaya lain yang dikembangkan Mark di Facebook adalah belajar keterampilan baru. Mark dapat berbicara dalam bahasa Mandarin dengan lancar, adalah salah satu pengejawantahan prinsip learn a new skill.

Prinsip prinsip yang dikembangkan dalam kultur perusahaan kelas dunia, bisa menjadi inspirasi bagi upaya membangun budaya akademik di perguruan tinggi, terutama bermula dari budaya literasi menuju budaya akademik unggul. 

Tertarik mencoba?