Pembaca, menyelesaikan S3 itu susah susah nikmat. Di mana susahnya? Dimana nikmatnya? Tergantung cara kita meletakkan. Semuanya nikmat jika kita mempersiapkannya dengan baik. Semuanya susah bila kita tak punya rencana, apalagi kalau niatnya mencari faedah dari beasiswa atau fasilitas lainnya.
Saya studi tanpa ‘beasiswa’, tapi Allah memudahkan dengan beasiswa sehat, beasiswa lancar, beasiswa dukungan keluarga, beasiswa rizki dari jalan jalan yang tidak disangka sangka. Beasiswa model demikian membuat kita makin dekat dengan Dia, sebab hanya beasiswa Nya, satu satunya kesempatan yang dapat saya akses.
Saya mengambil studi doktoral, ketika semua beasiswa kementerian agama dihentikan dan beasiswa kementerian pendidikan dan kebudayaan juga tidak ada.
Di tahun kedua sudah mulai ada kesempatan beasiswa on going, beasiswa penyelesaian studi, LPDP dan program 5000 doktor, tapi karena nasib lagi mujur, tak satupun diperbolehkan untuk saya. Karena status tugas belajar dan ijin belajar kementerian agama belum ada regulasinya.
Ya sudah dinikmati saja.
Dengan biaya sendiri, maka semuanya harus direncanakan dengan detail dan rinci, taat schedul. Kelancaran studi S3 bagi saya kuncinya di penyelesaian disertasi. Sejak awal saya sudah menetapkan tema ekonomi kerakyatan dalam ekonomi Islam. Waktu berlalu, seiring dengan pengetahuan dan bacaan yang makin bertambah, saya cepat mengubah tema menjadi lebih spesifik, yaitu perilaku konsumen bank syari’ah. Mengapa tema ini penting? Sebab potensi nasabah bank syariah besar, sedangkan yang tergarap baru 5%. Perilaku konsumen adalah kunci pemasaran. Bila perilaku konsumen bank syari’ah dapat dipetakan dengan baik, maka secara keilmuan saya berada di medan basah.
Promotor mengarahkan agar saya lebih mempertajam, baik lokus/tempus (lokasi) maupun fokus (area kajian). Akhirnya saya memilih konsumen nahdhiyin dengan dua alasan. Alasan pertama, muslim tradisional adalah jumlah mayoritas, ada yang menyebut angka 70% pemeluk Islam (setara 90 juta jiwa). Kedua, warga nahdhiyin adalah kelompok masyarakat muslim pada di lapisan menengah ke bawah, sehingga intervensi keuangan syari’ah dapat mengangkat masyarakat lapisan terbawah.
Berikutnya menentukan promotor. Memilih promotor seperti memilih jodoh, kimianya harus cepat nyambung, pengasuh intelektual yang menjadi patner diskusi selama 24 bulan. Yang kedua kombinasi kedua promotor juga harus pas. Menguasai bidang yang akan kita kaji. Keduanya bisa bekerjasama. Sebab ada beberapa kejadian dua promotor yang sama sama Profesor dengan ego keilmuan dan ego senioritas, pendapatnya tidak pernah sama dan bahkan saling kontra, pasti mahasiswa yang jadi korbannya.
Pilihan pertama jatuh pada Prof. H. Sonhaji Soleh, M.Si, ahli sosiologi sekaligus pengurus wilayah Nahdhatul Ulama’. Sangat menguasai keilmuan sekaligus sesuai fokus penelitian, dalam bahasa penelitian belia sudah menggenggam objek materialnya yaitu warga nahdhiyin. Kelebihan lainnya juga menguasai sosiologi, sebagai objek formal penelitian.
Promotor kedua, Dr. Hj. Fatmah, MM, keahliannya di bidang pemasaran bank syari’ah. Sebagai mantan dekan Ekonomi di Universitas Muhammadiyah Surabaya, maka pemahamannya tentang ekonomi, ekonomi syari’ah dan perbankan syari’ah. Sangat mumpuni untuk objek formal penelitian saya. Kelebihan dari tandem promotor saya, tua-muda, senior yunior, NU-Muhammadiyah, Sosiolog-Ekonom, sehingga tidak pernah ada masalah hubungan keduanya. Justru saling melengkapi. Kombinasi yang sangat mendukung kelancaran penyelesaian disertasi.
Bidang yang saya teliti juga dunia yang saya nikmati. Permasalahan yang sangat saya kuasai. Dunia tempat saya belajar dan mencari hidup, yaitu perbankan syari’ah. Pemilihan bidang kajian ini yang sering membuat banyak mahasiswa doktoral tersendat sendat dalam menyelesaikan disertasi. Berpikir sangat ideal, tema yang mentereng, methodologi yang canggih, data yang luas dan sulit dijangkau. Belum melangkah saja merasa berat, karena itu bukan dunianya. Tak kunjung selesai, bahkan kadang gagal. Disertasi yang baik adalah disertasi yang selesai, bisa dipertanggungjawabkan dan dipromosikan di hadapan 7 orang penguji.
Dengan perencanaan yang cermat, pemilihan judul yang tepat, dukungan promotor yang smart, menulis disertasi menjadi proses dan perjalanan akademik yang nikmat. Kalau ada yang trauma dengan kuliah S3, alhamdulillah saya menikmatinya. Mudah mudahan menjadi modal saya untuk terus berkarya, menikmati berkarya secara akademis. Disertasi bukan akhir karya, tetapi pijakan awal memasuki belantara maha karya.
Alhamdulillah perjuangan yg Luar biasa, Semoga saya juga bs segera mengikuti jejak Pak Dr
BalasHapusAmin Ya Rabbal Alamin.
BalasHapusMantap... Insya Allah akan menyusul. Amin.
BalasHapusSaya doakan yang semangat menulisnya kuat, semangat belajarnya giat, dimudahkan berangkat jihad, kuliah doktoral.
Hapus