Rabu, 30 September 2020

Nandur Ngunduh| Tlaten Panen


oleh Syaifuddin



Muhammad Ridwan telah 23 tahun bersama Baytul Mal wa Tamwil (BMT) Bina Ihsanul Fikri (BIF) Yogyakarta. Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) yang didirikan pada tahun 1997, sejak dia masih mahasiswa sampai menjadi doktor. Keteguhan dan keyakinan pada prinsip, energi yang tidak akan pernah padam.


BMT, lembaga yang dianggitnya dianggap tidak jelas, tidak punya prospek, seperti main main bagi masyarakat Gedong Kuning, satu blok sebelah timur kebun binatang Gembira Loka. Bank Mu’amalat LKS yang lebih besar dan menasional baru umur lima tahun, tidak dikenal, asing dan semacam utopia, apalagi lembaga ini yang bagaikan setitik noktah dalam selembar koran.


Waktu Mas Ridwan ngantor di BMT nya, sambil sesekali distribusi sembako, kerap dipandang sebelah mata oleh kawan kawan mahasiswa yang kampusnya waktu itu di Muja Muju, samping kebun binatang Gembira Loka. Mahasiswa yang banyak belajar ekonomi syari’ah, perbankan keuangan syariah dan LKS saja menganggap aneh, apalagi masyarakat awam.


Tahun 90 an adalah masa tersulit bagi ekonomi syari’ah mendapatkan pengakuan masyarakat dan dunia akademik. Tiga kota saja yang punya studi perbankan syari’ah, Yogyakarta, Surabaya dan Semarang itupun kampus swasta. Kampus keagamaan Islam negeri (UIN, IAIN dan STAIN) belum bisa menerima kehadiran ekonomi syari’ah dalam rumpun ilmu syari’ah. Perguruan tinggi negeri umum, seperti Universitas Airlangga di Surabaya yang justru lebih awal bisa menerima kehadiran program studi rumpun ekonomi syari’ah, baru disusul kampus Islam pada tahun 2009 an.


Setelah menyelesaikan kuliahnya dan menyandang gelar sarjana ekonomi, mas Ridwan menetap di Yogyakarta, hijrah dari kampung halamannya di Jawa Timur. Dia sudah terlanjur jatuh cinta dengan Jogja dan BMT. Dengan bekal keilmuannya, manajemen konsentrasi manajemen bank syari’ah mas Ridwan tekun membina ekonomi umat berdasarkan prinsip prinsip syari’ah. Mas Ridwan sudah teken kontrak mewakafkan hidupnya untuk membumikan ekonomi syari’ah melalui BMT BIF.


Pengalaman mahasiswa zaman kami dulu, apalagi yang mengambil studi ekonomi, lazimnya sambil kerja, berwirausaha atau kegiatan ekonomi apapun. Mempraktikkan ilmu sekaligus mulai membangun kemandirian. Tidak sedikit yang menikah lebih awal sebelum wisuda, karena secara ekonomi sudah yakin bisa menghidupi rumah tangga. Mahasiswa yang menunggu kiriman orang tua, kesannya tidak keren.


BMT BIF terus berproses berkhidmat untuk umat, dengan sabar dan telaten mas Ridwan terus mentransformasikan lembaga ini. Semula kontrak tempat disebelah pasar, tahun 2010 an sudah mempunyai gedung sendiri. Dari nasabah anggota yang berjumlah puluhan, sekarang menjadi lebih dari 50.000 nasabah. Dari modal kurang 20 juta menjadi puluhan milliar. Dari tabungan anggota yang berkisar puluhan juta saja menjadi puluhan milliar. Dari pembiayaan kepada nasabah 15 juta, di tahun lalu sudah memberikan pembiayaan hampir 100 milliar.


BMT pada awalnya berbadan hukum BMT, lembaga keuangan non formal, didata di pusat inkubasi usaha kecil (PINBUK) yang diinisiasi oleh Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI). Kebetulan menteri koperasi dan UKM nya zaman presiden Habibi adalah pak Adi Sasono, yang juga pengurus ICMI. Setelah tahun 2010 an koperasi syari’ah yang melakukan usaha simpan pinjam bisa menggunakan nama Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS), maka BMT BIF mendaftarkan sebagai KJKS.


Dengan asset milliaran sangat mudah bagi BMT BIF bertransformasi menjadi bank pembiayaan rakyat syari’ah (BPRS) tapi tidak dilakukan. Keuangan sektor mikro yang menjadi sasaran pemberdayaan koperasi syari’ah justru lebih membutuhkan kehadiran LKS mikro dibandingkan sektor ekonomi yang diatasnya. Sama seperti yang dilakukan oleh BMT Sidogiri, salah satu BMT terbesar di tanah air yang lahir dan berkembang dari pondok pesantren dan kultur pedesaan di Pasuruan Jawa Timur, tetap konsisten di jalurnya walaupun assetnya sudah sekitar 1,5 trilliun. Manajernya saja bergaji di atas 30 juta, meskipun karyawan dan pengelola bank bersarung berpeci ala santri.


KJKS BMT BIF sekarang sudah mempunyai 11 cabang yang beroperasi di wilayah kota Yogyakarta dan sekitarnya. 


Pegiat ekonomi syari’ah dan para pelajar yang menekuni rumpun keilmuan ekonomi bisnis Islam seharusnya punya etos seperti mas Ridwan. Yakin menjalani karena mempunyai visi pengembangan ekonomi syari’ah. Mengimani ketentuan Allah dan mewujudkan keyakinan itu dalam kerja yang terstruktur, terencana dan inovatif. 


Ekonomi dan bisnis Islam pada masyarakat muslim adalah kebutuhan yang harus diupayakan bersama. Sebagai wujud kepatuhan secara menyeluruh terhadap Islam tidak hanya diwujudkan dalam aspek ibadah (relasi hamba dengan Tuhan), wajib pula diwujudkan dalam ranah mu’amalah iqtishadi (hubungan manusia dengan sesama dalam bidang ekonomi). Mas Ridwan yakin dengan itu, dan menjalankan ijtihad para ahlinya, dengan penuh kesungguhan mewujudkannya, dengan penuh kreatifitas mencari peluang peluang pengembangan.


Dia tidak takut menjadi miskin karena memperkaya umat, buktinya ekonomi rumah tangganya makin mapan. Antiknya, mas Ridwan berlomba lomba mendahului adzan subuh di masjid, lomba banyak-banyakan memelihara anak yatim, dan lomba menghafal al-Qur’an di usia 40 an. Dia tidak takut bodoh dan ketinggalan ilmu, karena setiap waktu dia mencerdaskan umat. Pendidikannya pun membaik terus, setelah sarjana masih berlanjut ke megister dan ke doktor. Ada berkah dari aktifitasnya sebagai khadimul umat.


Ada  pelajaran paling penting dari apa yang dikerjakan oleh teman kuliah saya ini. Pertama, keyakinan harus diperjuangkan, tidak peduli betapa beratnya. Kalau tangan kanan tak tahan, pindahkan ke tangan kiri. Tangan kiri lelah pindahkan ke tangan lainnya, terus pegang erat, jangan diletakkan, apalagi ditinggalkan. Kedua,  keyakinan yang benar terus dijajakan, dipasarkan, ditawarkan dengan cara cara kreatif. Inovasi tidak boleh berhenti. Dalam aspek apapun, kelembagaan harus terus bergerak mengikuti laju perkembangan zaman. Karena perilaku ekonomi masyarakat juga dinamis. Ketiga, kalau kita menyelesaikan masalah perekonomian umat, Tuhan akan mengurus ekonomi dan kemakmuran kita. Keempat, Ilmu akan terus berkembang bila diamalkan, ekonomi syari’ah akan terus berkembang bila dipraktikkan.



26 September 2020

#145


Selasa, 29 September 2020

Menulis Dari Kursi Roda

 

Oleh Syaifuddin



Menulis adalah cara bersukur terbaik. Tanpa sedikitpun kekurangan dan keterbatasan, mengapa kita terhalang untuk menulis. Meskipun hanya 300 kata perhari. Di mana sulitnya? Perlu waktu paling lama 30 menit untuk menulis, kalaupun tidak ada ide, tidak ada bahan untuk tulis, hanya perlu waktu kurang dari 30 menit tambahan untuk membaca.


Bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh Wesley Wee, pengidap cerebral palsy, 38 tahun. Penyakit yang membuat aktifitasnya sangat terbatas. Hidupnya tergolek di kursi roda, untuk makan dan ganti pakaian musti mendapat pertolongan. Untuk menulis ia hanya bisa menggunakan satu ibu jari kaki. Hanya satu jempol, dan itupun jempol kaki.


Untuk menulis 300 kata, mungkin ia perlu satu hari, bandingkan dengan apa yang dapat kita bisa perbuat dalam menulis. Perlu tekad, dan mental kuat untuk menyelesaikan sebuah buku. Wesley punya tekat bagus dan tau caranya bersyukur. Waktu lima tahun diperlukan untuk menuntaskan buku “Finding Hapinnes Against the Odd”, dipintal hari demi hari, disusun dengan tekun dengan ketukan jempol kaki.


Dengan keterbatasan Wesley mau berbagi. Melalui buku ia berbagi pengalaman, berbagi spirit. Tidak ada yang mustahil, jika bersungguh sungguh mengusahakan. Man jadda wa jada, bunyi makhfudhat anak anak pesantren, siapa yang bersungguh sungguh akan berhasil. Wesley memberi insipirasi kepada halayak, jangan menyerah dengan keterbatasan, apalagi hanya dengan rasa malas atau rasa enggan. “Jangan menyerah, sebab kalau cepat menyerah maka semuanya selesai”, katanya.


Memikirkannnya saja tidak mudah, apalagi menjalankannya. Maka kita yang diberi kelebihan fisik yang tidak bermasalah, kesempatan yang selalu ada, fasilitas yang tersedia, tetapi tidak bisa berkarya lebih baik dari Wesley. Kesempatan dan peluang paling berharga dalam hidup kita telah terbuang percuma. Menulis sebagai ungkapan syukur, sebagai tanda terima kasih, berbahagia dan mau berbagi karena Dia telah memberi semua yang tidak kita minta. Jika kita bersyukur, Tuhan tambahkan anugerah.


Wesley dengan satu jempol kaki bisa menulis setiap hari, kita yang punya sepuluh jari tangan ditambah 2 jempol kaki yang masih lengkap, apakah masih ada alasan lain untuk tidak menulis.


Mari kita bangun kesadaran diri untuk menulis, sebagai ihtiar belajar sepanjang hayat. Dengan menulis, berarti kita terus belajar. Dengan selalu menulis setiap hari kita terus membaca, baik bacaan yang tersurat maupun yang tersirat. Dengan terus menulis pikiran kita selalu hidup, memori otak kita berkembang. Dengan terus menulis pengetahuan kita semakin bertambah, logika kita semakin bagus. 


Kita perlu belajar juga dari anak muda yang luar biasa, Habibie Afsyah. Dari kursi roda Habibie terus berkarya. Baca apa yang ditulis “Bagi orang lain adalah kursi roda biasa. Tapi tidak, bagiku ini adalah panggung. Panggung yang Allah sediakan untuk hidupku. Di atas panggung inilah pula aku bekerja, berkarya dan berbagi manfaat untuk sesama. 



Habibie dilahirkan dengan keterbatasan, pada usia empat tahun dia baru menyadari tidak akan bisa berjalan selamanya. Mamanya yang memompakan semangat, menyediakan kakinya untuk Habibie kecil.


Habibie sadar betul dengan keterbatasan, karenanya tantangang untuk memberikan yang terbaik, menjadi etos. Ia produktif dalam menulis. Beberapa karya buku telah dilahirkannya. Ia juga dikenal hebat dalam marketing online. “Tanpa karya mungkin saya hanya dikenal sebagai Habibie Afsyah yang lumpuh dan sebagainya. Ia menyalurkan bakat menulisnya dalam dunia internet marketing. Pengalamannya yang panjang dalam internet marketing, mengantarkan pada profesinya sekarang sebagai web concultant.


Habibie penyandang difabel. Kaki lumpuh, tangan kiri tidak berfungsi juga tangan kanan yang nyaris tidak berfungsi, kecuali dua jarinya saja yaitu jempol dan ibu jari. Dengan dua jarinya inilah ia menulis dan menghasilkan banyak karya. Diantaranya  menjual dengan website, menjual dengan marketplace, menjual dengan media sosial dan lainnya.


Dua jari, dengan telunjuk dan jempolnya, Habibie tidak berputus asa. Dia mengasah terus kemampuan menulis. Dia berpikir positif, memberikan sumbangsih bagi kehidupan. Melalui tulisan dia melayani apa yang diperlukan oleh konsumen. Dia menggali keterampilan marketing. Atas dedikasi dan ketekunannya, dia mendapatkan penghargaan nasional Best of The Best Wirausaha dan penghargaan Danamon Awards.


Habibie yang kini berusia 32 tahun terlahir sempurna. Sebuah penyakit bawaan menggerogoti fungsi motorik, sehingga di usia 4 tahun, sudah harus tergolek di kursi roda. Mamanya Hj. Endang yang menjadi kakinya, di atas kursi roda Habibie berkarya dan menciptakan panggungnya.


Dengan menulis daya nalar, daya kritis akan terus berkembang. Dengan terus menulis, kita memberi inspirasi, memberi manfaat, memberi pengetahuan, menyalakan suluh, menerangi. Dengan menulis kesehatan kita terjaga, pikiran lebih sehat, obat anti pikun. Dengan selalu menulis kita senantiasa mendatangkan kebahagiaan dan optimisme, serta membagikan kebahgiaan dan optimisme bagi orang lain.


Banyak orang yang dilahirkan dengan keterbatasan seperti Wesley dan Habibie, tapi bersedia berbagi tanpa batas. Shane Burcaw, seorang blogger asal Amerika. Ia menderita spinal muscular athropy, gangguan genetik yang membuat ototnya tidak berkembang. Hidupnya dihabiskan di atas kursi roda. Meskipun geraknya terbatas, Shane produktif berkarya. Melalui blog ia berbagi tulisan. Ia memandang hidupnya dengan positif. 


Ia bagi sikap hidupnya dalam karya tulis. Ada tiga buku yang dihasilkan oleh Shane. Laughing at Nightmare (2014), Not So Different : What You Want to Ask About Having a Disability (2017) dan Strangers Assume My Girlfriend is My Nurse (2019). Ayo kita bandingkan dengan apa yang sudah kita hasilkan dalam hidup ini. Berapa buku yang kita terbitkan, berapa lembar halaman tulisan yang sudah kita hasilkan? Pemikiran dan pengalaman yang berguna bagi orang lain.


Bila mereka bisa menginspirasi di tengah kesulitan. Apa yang sudah kita berikan sebagai rasa syukur atas kesempurnaan yang Tuhan anugerahkan. Kita jadikan cermin, menjadi pelajaran, menjadi daya dorong untuk bisa berbuat lebih. Menulis menjadi manivestasi berterimakasih, bentuk refleksi aktualisasi diri.



26 September 2020

#144


Senin, 28 September 2020

Sekolah Secara Benar !

 

Oleh Syaifuddin



Dalam budaya masyarakat kita titel seakan segalanya. Bungkus lebih diutamakan daripada isi. Kemasan diagungkan ketimbang substansi. Pulang dari Makkah tidak dipanggil pak haji, tidak menjawab. Sudah mencapai guru besar, lupa dipanggil dengan gelar profesor, merajuk. Tidak dipanggil doktor, merasa turun kelas. Kalau sudah jadi pejabat hilang namanya jadi pak Menteri, bu Wali, pak camat, pak lurah.


Akibatnya ada yang tergila gila dengan gelar pangkat, meskipun dengan cara culas dan berbohong. Berapa tahun yang lalu banyak dijual Dr., MBA, Ph.D abal abal yang dikeluarkan oleh perguruan tinggi di Amerika. Perguruan tinggi yang menyaru nama kampus terkenal, padahal lembaga kursus. Untuk menyamarkan diberilah lebel honoris causa. Yudisiumnya di hotel. Hanya demi gelar rela membayar sekian juta, tanpa proses studi selayaknya dengan menghasilkan karya akadmik tesis atau disertasi. Itu karena masyarakat gila gelar.


Belum terlalu lama publik dibuat heboh dengan wawancara di youtube antara Erdian Aji Prihartanto atau Enji dengan Hadi Pranoto, seputar klaim penemuan obat Covid-19. Dua orang ini dilaporkan ke polisi karena dugaan penyebaran berita bohong. Hadi Pranoto mengaku sebagai Dr. dan memanggil dirinya profesor. Belakangan hari dia meralat, bahwa atribut itu hanya panggilan kesayangan.


Main tipu tipu dengan gelar palsu bukan barang baru, di tahun 60 an, ada Djokosutomo yang menambahkan gelar profesor di depan dan gelar M.A dibelakang namanya. Ternyata M.A itu adalah kependekan dari namanya sendiri, Marto Atmodjo. Nipunya lebih berkelas dan gemblung.


Di tanah air, gelar pendidikan jenjang sarjana yang pertama kali ada tiga yaitu : gelar meester in de rechten (Mr.) untuk bidang hukum, dokter (Arts.) untuk kedokteran dan insinyur (Ir.) untuk teknik. Disiplin ilmu yang dianggap penting oleh Belanda di wilayah jajahan yaitu ilmu hukum, kedokteran, teknik dan arsitektur. Penamaan tiga gelar tersebut mengikuti aturan di negeri Belanda. Pada tahun 1930 an jenjang pendidikan diperluas sampai jenjang doktoral dan memperluas disiplin ilmu baru.


Setelah Indonesia merdeka, di tahun 1950 an perguruan tinggi pada zaman Belanda telah berubah menjadi universitas. Gelar akademik di tingkat sarjana pun berkembang dengan hadirnya gelar baru Drs., M.A., dan M.Sc.


Kebingungan penerapan gelar Dr. untuk doktor dan dokter juga pernah memantik polemik di tahun 1960 an. Menimbulkan salah panggil dalam wisuda wisuda. Memicu kerancuan di masyarakat. Dokter bukanlah gelar akademik, tetapi sebutan profesi seseorang yang telah menempuh profesi kedokteran. Singkatan Dr. hanya untuk pemegang gelar doktor, yang diberikan kepada seseorang yang telah menempuh promosi atas karya disertasinya atau penghargaan universitas atas jasa jasa seseorang (doctor honoris causa).


Gila pangkat/titel ini juga sudah berlangsung sejak tahun 1960 an. Orang menampilkan semua gelar berderet deret meskipun keilmuannya linier. Dr. yang sudah menyelesaikan jenjang sarjana dan magisternya dalam bidang yang sama, lazimnya menggunakan gelar tertinggi saja. Boleh memakai gelar yang lain bila disiplin ilmunya berbeda beda.

Kalau zaman dulu gelar ini digunakan untuk menipu dengan berlagak sebagai Mr. Fulan dan Nyonya Ir. Empok. Sekarang tipuan ini naik kelas biasanya digunakan calon anggota legislatif  di semua tingkat atau  calon kepala daerah. Dengan gelar yang berenteng diharapkan dapat menaikkan citra. Penipuannya naik level.


Ada sebagian orang yang fanatik dengan gelar, waktu guru besar minta dipanggil profesor, tapi sebelum itu jabatannya lektor kepala, tidak minta dipanggil bapak lektor kepala doktor bla bla bla, padahal kedua duanya sama jabatan akademik. Profesor atau lektor kepala disematkan kepada seseorang yang masih menjadi dosen, kalau sudah pensiun atau alih bertugas di bidang lain, jabatan akademiknya tidak ada.


Di sisi lain rasio jumlah doktor (yang beneran, bukan doktor palsu) menentukan kualitas pendidikan. Dalam 1 juta penduduk di Indonesia terdapat 143 doktor, dibawah Malaysia dengan  rasio 509 doktor, India dengan 1.410 doktor, Jepang dengan 6.438 doktor, Amerika serikat dengan 9.850 doktor. 


Di Indonesia jumlah doktor mencapai 75.000 akan sampai pada angka 100.000 di tahun 2022 dan 150.000 doktor akan tercapai pada 2026. Ini doktor asli semua, karena negara betul betul menggenjot kualitas pendidikan pada tingkat doktoral dengan berbagai beasiswa seperti LPDP dan program 5000 doktor. Mulai tahun 2016 LPDP dan program 5000 doktor sudah memanen ribuan doktor lulusan dalam dan luar negeri.


Ayo sana cari ilmu yang bener. Gelar itu bonus, bukan tujuan. 

28 September 2020

#142


Minggu, 27 September 2020

Menulis Untuk Sehat

 

oleh Syaifuddin



Menulis mempunyai banyak fungsi salah satunya sebagai obat. Alquran sebagai obat semua penyakit sudah menjadi pemahaman yang jamak bagi penganut Islam. Tidak ada yang meragukan. Namun benarkah menulis itu menyehatkan? Menulis dapat menjadi terapi sehat untuk berbagai penyakit diantaranya pengobatan trauma dan mencegah pikun.


Ah yang benar. Mari kita telusuri.


MENGOBATI TRAUMA


Menulis dapat berfungsi sebaga sarana pengobatan dari trauma psikologis. Menulis menjadi katarsis penyembuhan luka batin. Mengeluarkan emosi emosi negatif, menghilangkan kenangan buruk, mengundang sikap positif dan antusias. Menulis dapat berfungsi sebagai proses self healing.


Kegelisahan, rasa frustasi dan kecewa dapat diekstrak dalam tulisan, proses pengungkapan ini akan menyembuhkan luka luka batin. Seorang ibu yang luka hatinya karena ditinggal oleh putrinya meninggal muda disebabkan oleh kanker bisa memulihkan kesehatan jiwanya dengan menulis. Melalui menulis di dapat berbagi keluh kesah, membagi pengalaman berat, berbagi solusi dengan pembacanya. Seperti menangis sebagai cara menyalurkan beban kesedihan, maka menulis juga dapat meringankan beban batin.


Cahyadi Takariawan atau Pak Cah, seorang guru menulis membagi pengalamannya. Menulis sebagai proses penyembuhan akan dirasakan tidak nyaman bagi penulisnya. Merasa canggung, aneh dengan diksi, karena penulis merasa itu bukan dirinya. Teruslah menulis sarannya sebagaimana pengalaman pribadi Savannah. “Butuh beberapa minggu bagi saya untuk menulis diary sebelum mulai lancar mengalir”.


Tidak masalah jika anda salah menuliskan kata atau kalimat, karena itu bukan intinya. Lebih baik fokus pada emosi yang ingin anda tumpahkan. (Savannah Schaffer:2019).


Karena menulis ini sebagai pengobatan trauma, maka tulisan ini tujuan utamanya sebagai self healing, tidak untuk dipublikasikan. Sebagai cara penyembuhan trauma tujuannya adalah menghapus dari ingatan supaya jiwa menjadi pulih, tidak sakit.


Tulisan pelampiasan, mengandung aib, sistematikanya semrawut, bahasanya mungkin kasar. Simpanlah tulisan ini, tidak perlu diekspose di media sosial, blog, web atau media apapun. Bisa memunculkan masalah baru.


Pak Cah menyarankan menulis ini di laptop atau komputer yang aman. Simpanlah file dengan pasword. Suatu saat nanti, ketika penulis telah merasa sembuh, peristiwa itu tidak lagi berdampak terhadap jiwanya, dia bisa membuka kembali. Lakukanlah editing sehingga menjadi peristiwa yang layak untuk dibagikan sebagaoi bahan pelajaran dan diambil hikmahnya. Tapi kalau tidak pernah akan membuat penulis menjadi nyaman, silahkan dimusnahkan, dihapus permanen. Karena tugas tulisan itu untuk menyembuhkan sudah selesai.


MENGOBATI DIMENSIA


Dimensia atau dimentia adalah penyakit ingatan. Sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan, memori, proses berpikir yang disertai dengan penurunan aktifitas sehari hari. Penderita dimensia mengeluh lekas lelah dan mudah lupa.  Sebuah penelitian menyebutkan bahwa setiap detik ada 1 orang yang terkena dimensia. Ted Turner, pendiri CNN adalah salah satu penderita dimensia. Dimensia pada tahap akut orang mengenal dengan sebutan penyakit alzhaimer. Ronald Reagen presiden ke 40 Amerika Serikat,  aktor laga Charles Bronson, ratu kerajaan Belanda Queen Juliana, penyanyi legendaris etta janes adalah beberapa pesohor dunia yang mengidap penyakit ini.


Banyak studi neuropsikologi yang menyimpulkan bahwa kebiasaan membaca dan menulis memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Orang yang tidak pernah membaca dan menulis mempunyai risiko lebih tinggi terkena dimensia (Nicholas Bakalar: 2019).


Seluruh penderita dimensia adalah usia lanjut, tetapi tidak semua usia lanjut mengalami dimensia. Kebiasaan membaca dan menulis salah satu fungsinya adalah menjaga ingatan, menolak lupa dan memperbaiki kesehatan memori otak manusia.


Menulis dan membaca adalah olahraga otak, perawatan memori yang baik. Memori yang sering digunakan untuk menulis dan membaca membuatnya aktif. Tidak mudah terserang pikun, mudah lupa dan telat mikir. Memori otak yang selalu aktif untuk menulis lebih awet muda, sehingga fungsinya tidak cepat menurun seiring pertambahan usia menuju tua.


Studi Jannifer Manley, kebiasaan membaca dan menulis berpengaruh posiitif terhadap pencegahan dimensia. Menurutnya, kebiasaan membaca dan menulis memberikan eksposur, keterlibatan terus menerus dengan penyehatan memori otak. Orang yang rutin menulis dan membaca otaknya akan terus bekerja, aktifitas yang membuatnya lebih sehat dibandingkan yang pasif.


Ada sekitar 100 milliar sel neuron dalam sistem saraf otak manusia yang berfungsi mengirimkan pesan ke otak, mengklasifikasi, menyimpulkan, menghubungkan antar bagian ingatan. Setiap pelajaran baru akan membentuk jaringan baru di otak, menambah folder baru. Semakin ditambah dan dilatih semakin banyak folder folder baru. Tuhan sudah menciptakan kapasitas otak manusia bisa menampung semua ingatan yang diperlukan manusia sepanjang hidupnya. 


Menulis dan membaca adalah memperbesar dan memperkuat jaringan memori, jaringan otak. Semakin sering menulis dan membaca semakin besar fungsi memori. Membaca dan menulis juga membuat otak semakin sehat, tidak mati, tidak beku. 


Menulis bagi akademisi tidak hanya menghasilkan kum (poin publikasi ilmiah untuk kenaikan pangkat) dan kam (manfaat financial), tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan pikiran dan jiwa.



27 September 2020

#141


Jumat, 25 September 2020

Wakaf dan Inovasinya

 

oleh Syaifuddin



Wakaf merupakan satu satunya kelembagan ekonomi dalam Islam yang punya sejarah penting dari negeri negeri muslim, dinasti dinasti Islam sejak abad pertama hijriyah. Wakaf sebagai lembaga ekonomi yang penting tetap eksis dalam sistem pemerintahan apapun. Di negara negara sekuler keberadaan wakaf diterima sebagai bagian penting yang tidak pernah dihapus, meskipun gagasannya berasal dari syari’ah.


Wakaf berasal dari kata al-waqf (artinya habs, yaitu menahan, diam di tempat atau berdiri) bentuk masdar dari ungkapan wakaftu asy-syai’ (yang berarti menahan sesuatu, menahan harta untuk diwakafkan, tidak dipindahmilikkan). Secara syara’ terjadi banyak pendapat, tetapi sepakat dalam pemaknaan wakaf itu, menjaga zatnya dan menyedekahkan manfaatnya. 


Wakaf mengambil makna secara umum tentang amal kebaikan dari Alquran surat Ali Imran ayat 92 dan al-Baqarah ayat 261. Makna tradisinya menjadi jelas sebagai praktik ekonomi wakaf dapat dilihat pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim. 


Khalifah Umar bin Khatab, mewakafkan tanah di Khaibar. Dari tanah tersebut hasilnya disedekahkan untuk menyantuni fakir miskin, berjihad di jalan Allah, menafkahi para kerabat, memerdekakan budak dan berbagai kemaslahatan umat. Tanah tersebut tidak dijual, tidak boleh diperjual belikan, tidak dihadiahkan dan tidak diwariskan, aset itu selamanya tidak bisa berubah menjadi hak milik pribadi, dan manfaatnya untuk disedekahkan.


Bentuk wakaf dilihat dari sisi waktu ada dua, yaitu wakaf abadi dan wakaf sementara.


Wakaf abadi adalah wakaf yang bersifat permanen sepanjang masa. Pemanfaatannya dalam jangka panjang dan terus menerus. Ini bentuk hakikat dari wakaf yang sesungguhnya. Praktiknya dapat dilihat pada sebagian besar universitas atau lembaga pendidikan kelas dunia seperti Universitas al-Azhar di Mesir, Universitas Zaituniyah di Tunis, Maderis Imam Lisesi di Turki dan Universitas Darussalam di Indonesia.


Wakaf sementara adalah wakaf yang waktu pemanfaatannya terbatas sesuai dengan keinginan wakif/pemberi wakaf sendiri.


Dilihat dari bentuk penggunaan aset wakaf dapat dibedakan menjadi dua yaitu wakaf mubasyir/dzati dan wakaf istismary.


Wakaf mubasyir adalah wakaf berupa pemanfaatan lansung dari objek wakaf untuk layanan masyarakat. Umpamanya masjid, madrasah, rumah sakit, universitas.


Wakaf istismary adalah harta wakaf yang diperuntukkan untuk penanaman modal atau aktifitas ekonomi yang diperbolehkan oleh Islam. Perkebunan, pertanian, industri atau fasilitas ekonomi lainnya yang mempunyai nilai ekonomi dan menghasilkan kekayaan. Pembentukan kelembagaan ekonomi Islam, seperti bank syari’ah, asuransi syari’ah, bisnis keuangan syari’ah adalah bentuk wakaf istimary yang memberikan nilai tambah lebih besar untuk Indonesia yang ekonomi syari’ahnya sedang tumbuh.


Wakaf di dunia Islam bukan hal yang baru. Wakaf menciptakan kestabilan ekonomi dalam sektor tertentu, seperti pendidikan dan layanan keagamaan juga bukan hal baru. Tidak hanya di negara negara yang mempunyai kementerian wakaf seperti Mesir dan Arab Saudi saja yang wakaf berkembang dengan baik. Di Indonesia terdapat 361.954 lokasi tanah wakaf dengan luas sekitar 49.283 hektar.


Wakaf dan inovasi wakaf sangat terbuka lebar, sebab dalam bidang wakaf banyak hal yang bersifat ijtihadi. Karenanya inovasi wakat tunai untuk pendirian lembaga keuangan syari’ah sangat penting. Karena lembaga keuangan syari’ah dapat menghasilkan dampak ekonomi yang lebih luas dibandingkan kelembagaan ekonomi lainnya. Bila dilihat dari dampak ekonominya, wakaf senilai 7,5 milyar yang diwujudkan untuk lahan pertanian hasilnya akan lebih optimal bila diwujudkan dalam bentuk bank syari’ah. Sebagai sesama bentuk wakaf produktif, maka wakaf produktif dalam bentuk bank syari’ah menghasilkan keuntungan lebih besar daripada lahan pertanian.


Wakaf berbentuk lembaga keuangan syari’ah penting untuk memfasilitasi keuangan syari’ah yang perbandingan jumlahnya di Indonesia 1 berbanding 20. Rata rata dalam setiap sektor industri keuangan syari’ah terdapat 12 bank syari’ah dibanding 240 bank konvensional. 100 BPRS berbanding dengan 2.000 BPR, 17 asuransi syari’ah berbanding dengan 340 asuransi konvensional dan seterusnya. Mendirikan lembaga keuangan syari’ah dari wakaf tunai urgensinya adalah memberikan kecukupan layanan untuk konsumen muslim sekaligus mengisi peluang keuntungan ekonomi yang bagus.

26 September 2020

#140



Kemandirian Ditopang Wakaf


Oleh Syaifuddin




Universitas al-Azhar dan Pondok Gontor dapat mempertahankan kualitas pendidikan Islam dalam waktu berbilang abad karena kemandirian. Dua perguruan agama Islam yang tidak terpengaruh oleh siapa saja pemerintah yang berkuasa. Dari dinasti Fathimiyah, dinasti Ayubiyah, dinasti Turki Usmani sampai negara Mesir, Universitas al-Azhar tetap berdiri tegak menyelenggarakan pendidikan Islam. Tidak terhitung sultan, khalifah dan raja yang berkuasa dalam rentang 1.100 tahun tak membuat kampus besar ini terpengaruh. 


Pondok Gontor berdiri pada saat pemerintah Hindia Belanda berkuasa, pada masa akar revolusi kemerdekaan mulai tumbuh. Kemandirian dan menjaga jarak dengan penguasa membuatnya tidak terpengaruh oleh gonjang ganjing pemerintahan penjajah. Pondok yang menjadi basis perlawanan, tetapi tidak terlibat langsung dalam konfrontasi politik praktis. Pondok menjadi ruh perlawanan menuju Indonesia merdeka, kebebasan umat Islam.


Ketika pemerintah berganti dari penjajah ke pangkuan ibu pertiwi, dari orde baru ke orde lama, berlanjut ke reformasi. Gubernur Jenderal Belanda silih berganti, presiden Republik Indonesia dari masa Bung Karno sampai Presiden Joko Widodo, posisi pondok dan aktifitas pendidikan tetap tumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya.


Itu semua bisa terjadi karena dua lembaga pendidikan Islam tersebut mempunyai sikap mandiri. Mandiri secara ekonomi, independen dalam sistem sosial dan ideologi tawasuth yang menjadi sikap lembaga. 


Kilas balik keunggulan yang membuat Universitas al-Azhar dan Pondok Gontor produktif melahirkan ulama’, cendikiawan, ilmuwan kelas dunia antara lain : iklim ilmiah, kurikulum, ketersediaan literatur dan yang terahir kemandirian.


KEEMPAT : KEMANDIRIAN


Al-Azhar menjaga jarak dengan pemerintah, tidak bermaksud untuk menghindari tanggungjawab atau tidak mau tahu dengan pemerintah. Mereka meyakinkan kepada pemerintah Mesir bahwa al-Azhar sanggup berjalan sendiri. Langkah untuk menampik intervensi dengan cara yang bermartabat dan tidak congkak.


Al-Azhar menyadari, campur tangan, intervensi dari penguasa akan mempengaruhi sistem yang dibangun dari belajar selama ratusan tahun riwayat lembaga ini. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh intervensi antara lain politisasi, diskriminasi dan pemaksaan terhadap ideologi tertentu.


Perguruan tinggi ini salah satu lembaga Islam tertua yang ditopang dengan kokoh oleh wakaf pendidikan. Universitas yang bermula dari wakaf masjid di masa khalifah al-Aziz pada tahun 996. Khalifah adalah salah satu muwakif yang mewakafkan hartanya untuk membiayai penginapan 35 pelajar di Universitas al-Azhar. Khalifah khalifah berikutnya memupuk aset wakaf pendidikan bagi kampus ini. Sebanyak 6.154 pegawai dan dosen yang tersebar di 55 fakultas dibayar dan ditanggung kesejahteraannya oleh lembaga wakaf ini.


Tradisi wakaf dalam Islam sudah dicontohkan oleh Nabi Saw., yang mewakafkan tanahnya untuk pendirian masjid. Wakaf menjadi soko guru ekonomi penting peradaban Islam sejak masa Khulafa’ al-Rasyidah, Bani Umayyah, Bani Abasiyah dan dinasti dinasti besar lainnya. Wakaf berperan penting dalam penyelenggaraan pendidikan, sosial ekonomi dan keagamaan yang biasanya terintegrasi. Tradisi inilah yang kemudian dilanjutkan di al-Azhar dan Pondok Gontor. 


Kemampuan al-Azhar mengelola wakaf menaikkan reputasi pengelolaan wakaf, sehingga Mesir menunjuk kementerian tersendiri dalam urusan wakaf. Bila awalnya wakaf sangat menunjang kemandirian al-Azhar, selanjutnya oleh pemerintah Mesir Wakaf menjadi instrumen vital dalam perekonomian Mesir. Kemandirian al-Azhar menginspirasi Universitas Zaituniyah di Tunis, Maderis Imam Lisesi di Turki dan Pondok Gontor di Indonesia. Teladan kemandirian melalui wakaf bahkan menginspirasi negara seperti Singapura melalui Majelis Ugama Islam Singapura (MUIS) yang menghimpun wakaf senilai 3.500 milliar.


Tanpa kemandirian ekonomi, melalui wakaf sulit bagi Universitas al-Azhar melewati tantangan zaman.


Pondok Gontor sebagai pelopor pondok modern, juga merupakan salah satu pondok pesantren yang mempunyai inisiatif mendukung kemandirian pondok dengan mekanisme wakaf. Badan pengelola wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor, mengelola wakaf produktif yang penghasilannya bernilai miliaran rupiah.


Aset wakaf pondok pada mulanya hanya 5 hektar, sekarang berkembang menjadi 750 hektar. Ada koperasi pesantren, perkebunan, penggilingan padi, sawah, pabrik roti, pabrik minuman kemasan , percetakan dan lain sebagainya. Pengelolaan wakaf Gontor diikrarkan sejak tanggal 12 Oktober 1958.


Enam puluh tahun sistem wakaf menopang kemandirian Gontor. Kemandirian financial sangat berdampak pada independensi dan integritas pondok mewujudkan visi keIslaman yang diemban Pondok. Kurikulum dan manajemen pondok pesantren dapat diterapkan secara leluasa, karena tidak terpengaruh oleh intervensi dari manapun termasuk pemerintah. 


Keberadaan lembaga wakaf menjaga keberlangsungan pendidikan secara mandiri dan berkelanjutan. Dengan penghasilan wakaf produktif, secara berdikari Pondok mampu membiayai operasional pondok tanpa bergantung pada sumbangan pendidikan santri. Mengapa pondok Gontor mampu menyelenggarakan pendidikan dengan biaya sangat murah, karena secara tidak langsung penghasilan abadi dari wakaf produktif mensubsidi para pelajar.


25 September 2020

#139


Kamis, 24 September 2020

Kekuatan Literatur : Keunggulan Ilmu

 

Oleh Syaifuddin



Apa yang membuat dua lembaga pendidikan Islam dibawah ini mampu menjaga keunggulan. Yang lebih mahal banyak. Yang lebih wah infrastruktur pendidikannya ada. Mahal dan sekaligus berfasilitas lengkap tidak sedikit. Namun dua lembaga ini tetap yang terbaik. Istimewanya lembaga pendidikan Islam ini dua-duanya ditopang oleh badan pengelola wakaf yang kredibel, sehingga mampu menopang sebagian besar operasional lembaga. Karenanya biaya pendidikan dapat ditekan semurah mungkin, seringan-ringannya. Istiqamah melahirkan ulama’, cendikiawan, intelektual muslim adalah karena faktor ketiga berikut.


KETIGA : TERSEDIANYA LITERATUR


Faktor ketiga yang mendukung perguruan tinggi seperti universitas al-Azhar tetap konsisten mempertahankan keunggulannya adalah cukupnya referensi. Kairo sebagai tempat tumbuh kembang perguruan tinggi Islam, sangat kondusif untuk tersedianya literatur klasi. Dengan mudah akan ditemukan kitab kitab para Imam mazhab, para empu, ilmuwan muslim di generasi salaf. 


Al-Kitab besutan Imam Sibawaih, al-Risalahnya Imam Syafi’i, al-Bayan wa al-Tabyin karya al-Jahiz, Dalail al-Ijaz nya Imam al-Jurjani, atau al-Mustashfa kitab yang dianggit oleh Imam al-Ghazali mudah didapatkan di Mesir. Meskipun karya karya klasik yang sudah berusia lebih dari satu abad, tetapi tetap diproduksi untuk kepentingan kajian pengetahuan. Tak lekang oleh panas, tak lapuk oleh hujan, karena selalu menemukan pengkajinya. Para calon ilmuwan dan literatur saling membutuhkan.


Karena terus dibutuhkan dan senantiasa dicetak, maka kitab kitab itu dijual dengan harga sangat terjangkau. Selain mudah didapatkan, harganya juga cukup murah. Murahnya harga produk keilmuan ini juga ditunjang oleh perhatian pemerintah dan sistem bisnis perbukuan yang tidak semata berorientasi bisnis. Sebuah kitab bernama al-A’mal al-Kamilah, yang memotret sepak terjang dan jejak intelektual Muhammad Abduh sebanyak 5 jilid, karya Dr. M. Imarah dapat dibawa pulang dengan harga kurang dari 150 ribu rupiah.


Pecinta pengetahuan mendapatkan surga kitab ketika berada di Mesir. Saking demikian murahnya, tidak sedikit karya dengan tebal 14 jilid dibandrol dengan harga kurang dari 450 ribu, seperti kitab Tafsir al-Tahrir wa al-Tanwir karya Ibnu ‘Asyur.


Terjangkaunya referensi atau literatur penting dalam sebuah masyarakat ilmiah, baik dari segi jumlah maupun harga memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan Universitas al-Azhar menghasilkan ilmuwan ilmuwan pilih tanding kelas dunia.


Lain Universitas al Azhar, lain pula Pondok Gontor.


Pada aspek ketersediaan sumber bacaan, pondok gontor memang tidak punya keunggulan dari sisi harga yang murah. Referensi santri untuk level SMP dan SMA yang diberi nama kelas Kuliyatul Mualimin al-Islamiyah (KMI) tersedia dengan lengkap, dengan harga standar, tetapi juga tidak mahal. Banyak kitab, buku daras atau buku referensi yang bertahan puluhan tahun dan tetap relevan dengan perkembangan zaman. Inilah faktor yang memudahkan bagi para santri untuk menggunakan secara turun temurun. 


Di sisi lain karena relatif tidak banyak perubahan terutama di materi bahasa dan studi keIslaman, maka para pengajarnya berada di level sangat mahir, karena polanya tidak berubah dalam puluhan tahun. Sistemnya bertahan lama, yang mengalami penyegaran hanya materinya didesain adaptif.


Uniknya, ujian kelas 6, atau kelas ahir di KMI adalah ujian terhadap seluruh buku yang diajarkan mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6. Diujikan semua tanpa ada yang terlewatkan. Pemahaman santri terhadap literatur diuji dari kulit ke kulit, mulai dari sampul depan sampai sampul belakang, dari kelas dasar sampai kelas ahir. 



Di pondok Gontor ujian berlangsung dalam waktu berbulan bulan. Ujian adalah bagian dari mengakrabi kembali literatur dan semua kitab yang diajarkan di ruang ruang kelas. Para santri biasa kemanapun membawa kitab, membaca dan menghafal. Oleh sebab itu tradisi membaca dan bersama referensi menjadi budaya yang dibentuk bertahun tahun. Para santri tidak pernah jauh dari sumber referensi. Satu alasan yang membuat lulusannya terjaga kualitasnya. 


25 September 2020

#137


Wakaf : Sedikit Demi Sedikit Lama Lama Menjadi Bendungan

 

Oleh Syaifuddin



Uang 50 ribu berguna untuk makan dua kali atau tiga kali. Uang satu juta cukup untuk modal usaha jualan pecel atau bubur ayam dengan perlengkapan ala kadarnya. Atau cukup untuk modal jualan nasi boran di sudut perumahan. Dengan 50 ribu bernilai, tapi sekedar untuk keperluan sesaat. Dengan  satu juta cukup untuk modal awal dan berkembang bila dikelola dengan baik dan terencana untuk terus berkembang. 


Usaha dari satu juta yang berkembang bisa akan menjadi jaringan usaha yang luas jika dikelola oleh jiwa kewirausahaan. Seperti halnya jaringan waralaba Mc Donald yang berkembangn menjadi usaha multinasional dengan aset triliunan rupiah. Usaha diwariskan dari generasi ke generasi bisa naik bisa turun. Sebesar apapun usaha, sesukses apapun bisnis, sedikit sekali yang dapat bertahan lewat dari 200 tahun.


Ribuan bisnis mengalami penurunan setelah generasi pertama tiada. Jutaan bisnis merosot setelah sekali berkembang pesat. Lebih banyak lagi bisnis yang bahkan mati sebelum berkembang. 


Lima puluh ribu yang dikumpulkan setiap bulan dari 6.250  kaum muslimin yang meniatkan untuk wakaf akan membuat perbedaan signifikan. Tidak hanya cukup makan untuk tiga kali sehari atau untuk usaha bisnis jualan bakso, gorengan atau nasi kuning untuk sekian ribu orang.


Dalam mengelola wakaf jangan hanya melihat kecilnya nominal yang terkumpul. Yang penting partisipasi dan massifnya dukungan. Gerakan wakaf itu seperti membendung sungai. Dari aliran kecil kecil sumber air di bawah jutaan pohon mengalir menjadi bendungan raksasa dengan dayaguna besar. Gemricik air fungsinya sederhana, tetapi saat menjadi bendungan besar dapat menjadi sumber kehidupan ribuan hektar tanaman, dapat menggerakkan turbin dan menghasilkan pembangkit listrik tenaga air. Gemricik air yang menjelma menjadi bendungan akan meningkatkan manfaatnya lebih besar. 


Demikian pula wakaf umat, sepuluh ribu setiap jum’at bisa menghasilkan milyaran. Seperti yang dilakukan seorang Nadhir dalam wakaf sepuluh ribuan. Awalnya banyak yang menganggap sebagai trik marketing dan tidak serius, gimick saja. Setelah dihitung dengan benar, ternyata  dalam dua tahun bakal terkumpul 10 milliar, insyaAllah dapat mengakuisisi masjid beserta lahan pendukung.


Pada pekan pertama terkumpul 45 juta, kalau tercapai targetnya 10 ribu muwakif, terkumpullah miniman 100 juta setiap pekan. Kalikan dengan 100 pekan dalam dua tahun (itungan tepatnya 108 pekan), dalam waktu dua tahun terkumpul 10 milliar. 


Ada pelajaran penting dari gerakan wakaf 10 ribuan per pekan ini. Berwakaf dapat dilakukan oleh siapa saja, bahkan untuk yang belum kerja sekalipun. Menyisihkan biaya hidup sepuluh ribu setiap pekan, rasanya dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk anak sekolah dasar. Tetapi yang Yang penting adalah dahsyatnya bila yang kecil dan sederhana itu dihimpun menjadi energi dahsyat. Energi wakaf adalah energi partisipasi massal dan tata kelola yang baik.


Wakaf tunai untuk mendirikan bank syari’ah dengan strategi 50 ribu setiap bulan setiap muwakif selama 2 tahun, tidak terlalu sulit untuk memenuhi persyaratan modal awal dalam pendirian bank syari’ah. Manfaatnya bukan hanya munculnya bank syari’ah milik umat, tetapi partisipasi sebagian besar muwakif meningkatkan keberkahan ekonomi dan menciptakan jariyah center. Investasi cerdas dunia akhirat.


Seperti filosofi bendungan, wakaf mengubah energi kecil yang terserak menjadi kekuatan besar dan manfaat yang meningkat berlipat ganda. Bukan hanya manfaat ekonomi yang dapat diraih, tetapi memasyarakatnya kesadaran bersama pemberdayaan ekonomi dari oleh dan untuk umat. Wakaf, mendistribusikan dan mengeakslerasi kemakmuran secara sistemik. Bila ekonomi konvensional bertujuan pencapaian kekayaan individual, maka wakaf adalah bagian dan praktik ekonomi syari’ah yang menciptakan kesejahteraan umum.


Sisi lainnya berbeda dengan bisnis individu yang bisa bangkrut. Bisnis boleh berhasil tetapi sulit melewati umur 200 tahun. Bisnis yang berhasil keuntungannya berputar pada pemilik dan pemilik modal. Wakaf dapat lestari, bahkan ada yang berusia melebihi 1.400 tahun, yaitu wakaf Sahabat Utsman Bin Affan. Tidak ada ceritanya wakaf mengalami kerugian, yang banyak cerita tentang keberhasilan dan berkembangnya aset wakaf, selain tentu saja manfaatnya. Al-Azhar dan Pondok Gontor tambah besar setelah menjadi lembaga wakaf. Karena kepemilikan wakaf menjadi selamanya milik umat, maka manfaatnya ‘abadi’ dan kebaikannya terjaga sepanjang masa.

24 September 2020

#136


Rabu, 23 September 2020

Produktifitas Aset Wakaf

 

Oleh Syaifuddin



Beruntunglah kaum muslimin Aceh mempunyai wakaf di tanah suci Makkah. Baitul Asyi atau Rumah Aceh merupakan wakaf yang disumbangkan Habib Abdurrahman bin Alwi yang lebih dikenal dengan Habib Bugak Asyi. Cerita bermula dari inisiatif Habib Bugak Asyi bersama beberapa saudagar dari Aceh pada tahun 1809 membeli sebidang tanah. Aset itu diniatkan sebagai tanah wakaf untuk jamaah haji asal Aceh. Waktu itu belum ada Republik Indonesia, maka seterusnya, wakaf itu berlaku menjadi hak jamaah haji asal Aceh.


Tanah wakaf itu berada di antara bukit Marwa dan Masjidil Haram. Tatkala dilakukan perluasan masjidil haram, tanah tersebut masuk wilayah terdampak. Tanah tersebut dibeli dan sebagai gantinya mendapat sebidang tanah pada area lain dekat masjidil haram.


Pada tanah wakaf tersebut dibangun sebuah hotel dikelola oleh badan wakaf secara profesional, sehingga mendapatkan keuntungan yang besar. Karena tanah wakaf tersebut dari awal ditujukan untuk kemaslahatan jamaah haji asal Aceh 210 tahun kemudian manfaatnya masih dapat dirasakan. Tahun 2019 dibagikan 23 milyar kepada 4.688 jamaah asal Aceh sehingga sangat membantu meringankan pelaksanaan haji para jama’ah dari Aceh.


Selain manfaat yang dibagi secara rutin kepada jama’ah haji asal Aceh. Badan pengelola wakaf juga mampu mengembangkan, sehingga aset awal telah meningkat pesat. Wakaf baitul Asyi telah memiliki banyak asset diantaranya : Hotel Elaf Masyair (hotel bintang 5 dengan 650 kamar), Hotel Ramada (hotel bintang 5 dengan 1.800 kamar), Hotel Wakaf Habib Bugak Asyi (bisa menampung 750 jama’ah), tanah dan bangunan seluas 900 meter persegi di Aziziah (kantor Wakah Habib Bugak Asyi di Makkah), Gedung di kawasan Syaikiyah (dibeli dengan harga 6 juta real, dijadikan tempat hunian warga Arab Saudi keturunan Aceh, serta para mukimin Aceh)


Tanah wakaf atau aset produktif yang berasal dari dana wakaf dapat dikelola secara lestari, dan manfaatnya dapat dirasakan ‘selamanya’. Aset wakaf yang dikelola secara profesional kemanfaatannya semakin berkembang. Sebidang tanah yang dibeli pada tahun 1809, ditangan Nadhir yang profesional dan menguasai bisnis yang tepat, asetnya naik berkali lipat. Manfaatnya terus dapat dirasakan dari generasi ke generasi.


Wakaf tunai yang diwujudkan dalam bentuk aset produktif berupa bank syari’ah, akan dapat menghasilkan manfaat yang berkelanjutan. Asset akan berkembang produktif melebih jenis aset lainnya, selain tentu saja manfaat ekonomi langsung sebagai lembaga intermediary dan akselerator perekonomian suatu daerah.


Produktifitas bank syariah yang dikelola dengan profesional dapat berkembang asetnya dari 2 milyar menjadi 20 milyar dalam waktu enam tahun, dan mampu menghimpun dana pihak ketiga sampai dengan 100 milyar. Kemampuan para pengelola bank syariahnya yang akan mempercepat akselerasi produktifitas bank syariah. Kinerja bank syariah bisa lebih cepat dari itu, bergantung pada pemilihan lokasi bisnis, strategi bisnis dan kompetensi manajemen bank syari’ah


Wakaf tunai yang dikonversi menjadi lembaga keuangan syari’ah, atau aset wakaf yang berbentuk lembaga keuangan syari’ah mempunyai fungsi ganda. Selain meningkatkan secara produktif aset juga menggerakkan perekonomian dan bisnis syari’ah. 


Profit yang dihasilkan oleh wakaf dengan aset berbentuk Bank Syari’ah lebih cepat menghasilkan aset produktif lainnya. Manfaat langsung dari keuntungan bank syari’ah juga dapat diintensifkan untuk layanan pendidikan Islam, pengembangan kegiatan keagamaan, pemberdayaan para mustahik, pengembangan sosial ekonomi, pelaksanaan dakwah dan penyiaran Islam.


24 September 2020

#135


Wakaf Untuk Pendirian Bank Syari’ah

 

Oleh Syaifuddin



Tahun 2017 pernah digulirkan oleh presiden Republik Indonesia, Joko Widodo wacana bank wakaf. Meskipun namanya bank, tetapi sejatinya yang dimaksudkan bukan bank sebagai lembaga keuangan khusus, tetapi lebih pada menghimpun dana wakaf oleh lembaga perbankan syari’ah.


Tujuan dari gagasan ini adalah memberdayakan ekonomi umat, menggerakkan ekonomi sosial. Target spesifik dari gerakan ini adalah ekonomi sektor mikro, kecil dan menengah. 


Potensi wakaf tunai ini sangat besar. Ilustrasinya bila 50 juta muslim dengan penghasilan di atas upah minimum regional mewakafkan 100 ribu setiap bulan maka dapat dihimpun wakaf sebesar 5 triliun per bulan, atau 60 triliun setahun.


Bank wakaf ini dapat dilaksanakan dengan menganalogikan (qiyas) pada wakaf dalam bentuk uang (cash waqf). Hukum waqf dalam sebagian besar dalam ranah ijtihadi. Bank wakaf dapat didirikan sejauh mana harta itu mempunyai manfaat untuk kepentingan umum.


Aset umat dalam bentuk wakaf terbukti banyak memberikan dampak lestarinya pendidikan dan layanan keagamaan seperti Universitas al-Azhar dan Pondok Modern Gontor. Sebagian besar aset wakaf di Mesir dan Palestina berusia ribuan tahun dan tetap memberikan manfaat bagi layanan umat.


Masjid, madrasah, perguruan tinggi, hotel, perkebunan dan lembaga bisnis lainnya adalah beberapa contoh pelestarian wakaf beserta manfaatnya untuk umat Islam. Menghimpun dana umat dalam bentuk aset produktif adalah kebutuhan yang sangat penting dalam mengembangkan perekonomian masyarakat modern.


Maka membentuk lembaga keuangan syari’ah berbentuk bank akan dapat membentuk aset yang sangat produktif. Bank syari’ah yang didirikan berdasarkan modal yang dihimpun dari wakaf tunai jauh lebih produktif dibandingkan dengan aset lainnya, karena produktifitas bank dapat lebih besar 6-8 kali lipat dibandingkan asset awalnya. Kelebihan regulasi perbankan yang dapat meningkatkan fungsi ekonominya.


Sebagai gambaran, Tim pengelola wakaf menginisiasi pembentukan Manajemen Nadhir dalam pengelolaan wakaf tunai untuk pembentukan asset bank syari’ah. Diperlukan 6.250 muwakif. Setiap muwakif membayar wakaf tunai Rp. 1,2 juta atau membayar Rp. 50.000 setiap bulan. Paling lambat 2 tahun akan terkumpul aset sebesar Rp. 7,5 milliar yang akan digunakan untuk pendirian bank syari’ah dan pembentukan asset produktif dalam bentuk lembaga keuangan syari’ah Bank.


Bank syari’ah milik umat ini akan mempunyai kesempatan penghimpunan dana sampai dengan Rp. 56 milliar, sehingga dana pemberdayaan ekonomi bisa dikembangkan lebih optimal. Karena modal yang dibentuk adalah dana wakaf tunai kontribusi seluruh umat Islam, maka kepemilikan bank ini selamanya menjadi milik umat yang akan dipertanggungjawabkan oleh badan pengelola wakaf (nadhir).


Modal yang dibentuk oleh badan wakaf akan dialokasikan pembiayaan ekonomi berbasis pinjaman kebajikan (qardh al hasan) untuk pembiayaan usaha mikro dan ultra mikro. Tujuannya mengembangkan kewirausahaan UKM, sehingga tidak berorientasi profit, tapi pada pengembangan ekonomi mikro. Untuk keuntungan bisnis dan biaya operasional bank syariah akan melakukan optimalisasi dari pembiayaan dana pihak ketiga. 


Bank Syari’ah melalui skema wakaf tunai  ini diharapkan mampu melahirkan produk keuangan syariah dengan akad yang lebih distingtif dibandingkan bank konvensional. Bank syari’ah membuat praktik praktik keuangan baru yang lebih menekankan akad keuangan syari’ah bagi hasil, musyarakah dan Qardh al Hasan. Harapannya bank mempraktikkan transaksi keuangan syari’ah yang lebih selektif dan sesuai dengan aspirasi masyarakat ekonomi syari’ah.


Selama menunggu 2 tahun terkumpulnya semua modal pembentukan aset Bank Syari’ah, dana yang terkumpul akan didayagunakan untuk pembiayaan qard al hasan bekerjasama dengan BMT yang didirikan oleh mahasiswa, dengan mekanisme pengamanan jaminan surat berharga dan jaminan tanggung renteng. Pembiayaan dengan plafon 500 ribu -1 juta pedagang pasar, sambil mempromosikan skema pembiayaan tanpa margin atau bagi hasil.


23 September 2020

#134


Minggu, 20 September 2020

Kesamaan Al Azhar dan Gontor

 

Oleh Syaifuddin


Al-Azhar dengan usianya yang ribuan tahun tetap konsisten berkontribusi mencetak ulama’ dan cendikiawan bagi dunia Islam. Perguruan tinggi Islm tertua yang didirikan Dinasti Fatimiyah pada tahun 953 berlokasi di Kairo, Mesir. 

Cikal bakal perguruan tinggi ini dari sebuah masjid raya al-Azhar yang dibangun atas perintah Khalifah al-Mu’izz Lidinillah. Universitas al-Azhar semakin masyhur setelah melalui berbagai dinasti diantaranya Fatimiyah, Ayyubiyah, Mamluk, Turki Utsmani, sampai Mesir modern. Tak terhitung penguasa yang menjadi pelindung bagi perkembangan ilmu pengetahuan di universitas ini. Ditopang perpustakaan dengan koleksi 7.700 buku yang berdiri sejak 1872 mendukung sistem lingkar studi (halaqah), diskusi (niqasy) dan dialog (hiwar).

Universitas al-Azhar mempunyai rektor/syekh untuk pertama kalinya pada tahun 1517, saat jawa masih diIslamkan oleh walisanga, Majapahit menjelang kejatuhannya untuk digantikan oleh penguasa penguasa muslim diantaranya Demak. Di wilayah Nusantara lainnya, armada dagang dari Portugis, Spanyol, Belanda dan Inggris mulai menjelajah mencari penopang modal ideologi kapitalismenya.

Satu milenium kemudian, setelah berdirinya Universitas al-Azhar, di wilayah pinggiran dunia Islam, Nusantara,  di wilayah Jawa Timur, tepatnya desa Gontor, kecamatan Mlarak, kabupaten Ponorogo, pada tanggal 19 September 1926 berdirilah Pondok Gontor.

Pesantren ini sebagaimana umumnya lembaga pendidikan Islam di Nusantara yang bermula dari masjid, Kyai, Santri, asrama dan pengajaran kitab klasik, tetapi sejak awal sudah menggunakan pendekatan yang modern. Meskipun telah melampaui tiga zaman, yaitu zaman penjajahan Belanda, zaman pendudukan Jepang dan zaman Indonesia merdeka Pondok Gontor sudah menerapkan manajemen dan pendekatan orientasi modern sejak awal. Dalam hal manajemen pondok pesantren, tradisi pengajaran, cara berpakaian, sistem asrama, penggunaan dua bahasa (Arab dan Inggris) Pondok Gontor berbeda dengan umumnya pondok pesantren di Indonesia.

Yang membuat dua lembaga pendidikan ini produktif menghasilkan ulama’ dan cendikiawan selain faktor atmosfir pengajaran atau situasi pendidikan juga ditentukan oleh kurikulumnya.

KEDUA : KURIKULUM

Kurikulum al-Azhar sangat memadahi. Menurut para pelajar, kurikulum disusun dan didesain secara berurutan atau tadarruj. Tertib ini penting untuk memudahkan para pelajar mencerna secara optimal suatu disiplin ilmu. Misalnya dalam bidang teologi, di sekolah tingkat menengah diajarkan al-Kharidah, di masa kuliah dilanjutkan dengan Jauharah al-Tauhid, dijenjang lanjut atau spesialis diajarkan al-Mawaqif. Metode ini sudah diterapkan puluhan tahun, sehingga pembelajaran suatu disiplin ilmu dapat berlangsung maksimal, tidak maju mundur dan membingungkan.

Kitab kitab yang diajarkan juga dipilih secara cermat, diseleksi secara ketat. Ratusan tahun proses seleksi kitab. Dibahas dan didiskusikan dalam berbagai majelis dan tingkat sehingga layak untuk diajarkan. Kitab kitab yang pada ahirnya menjadi kajian utama tidak tiba-tiba masuk secara sembarangan. Semua aspek dipertimbangkan, karena al-Azhar menjadi kiblat akademik dunia Islam yang bertahan ratusan hingga ribuan tahun.

Konsistensi penerapan kurikulum menjadi poin penting keunggulan al-Azhar. Kurikulum yang diajarkan, diktat perkuliahan dipilih melalui seleksi tim ahli. Dalam rentang puluhan tahun kurikulum dan diktat tidak mengalami perubahan, kecuali sedikit sekali penyesuaian penyesuaian yang diperlukan. 

Meski seleksi kitab rujukan dan diktat yang diatur sedemikian ketat, tetapi kebebasan berfikir tetap diutamakan. Dalam diktat kuliah selalu dimasukkan keragaman pendapat, perbandingan mazhab. Dalam bidang fiqh, mahasiswa biasa mendiskusikan empat mazhab Maliki, Khanafi, Syafi’i dan Hambali dengan sesekali menyinggung mazhab Syi’ah atau Zhahiri.

Dalam bidang kalam, mahasiswa dibiasakan mendiskusikan pendapat Mu’tazilah, Orientalis bahkan atheis. Bukan hanya mengetahui soal perbedaan pendapat dan memahami pemikiran mazhab, mahasiswa juga diajarkan cara bersikap terhadap perbedaan itu. Yang secara ilmiah benar diterima, bila salah akan ditunjukkan letak kesalahannya. 

Boleh berfikir bebas, tetapi tidak boleh berpikir bablas. Boleh berpikir bebas tetapi tidak berpikir ngawur. Kebebasan bertujuan untuk mencari kebenaran, obyektifitas dan keilmiahan menjadi pegangan. Sedang berpikir bablas mencari cari dalih supaya benar, bukan mencari kebenaran.

Kurikulum Pondok Gontor selama puluhan tahun tidak pernah berubah, terutama pada pelajaran pelajaran yang prinsip. Materinya mengalami penyesuaian dan pengayaan sebagaimana perubahan zaman. Konsistensi dan kekokohan kurikulum yang diajarkan membuat keluaran yang dicapai dalam proses pendidikan juga optimal. 

Kurikulum bahasa Arab, bahasa Inggris, dan ilmu ilmu keagamaan nyaris tidak pernah berubah selama puluhan tahun. Pondok Gontor menerapkan prinsip 100% pendidikan agama dan 100% pendidikan umum. Terdapat 36-45 mata pelajaran yang diajarkan mulai kelas 1 sampai dengan kelas 6. Yang diajarkan di Pondok Gontor beberapa kali lipat dibandingkan dengan lembaga pendidikan setara di luar pondok. Karena itu perubahan kurikulum yang terjadi di Kementerian Pendidikan dan Kementerian Agama sudah diterapkan terlebih dahulu di Pondok Gontor.

Pondok dalam menerapkan kurikulum yang unggul juga didukung oleh sistem pengajaran yang efektif, karena dignity, daya juang, kesungguhan para Ustadz. Sistem pengasuhan, pengajaran dan pendidikan yang didukung oleh manajemen Kyai sebagai pengasuh, Ustadz sebagai pengajar, didukung oleh Ustadz muda dan mudhabir membuat sistem pendidikan di Pondok Gontor berjalan dinamis.

Seorang Kyai Pondok Gontor mengilustrasikan hubungan kurikulum dan pengajar seperti orang yang memotong kayu kering dengan golok yang tajam. Perlu waktu yang lama untuk membuat kayu terpotong bila yang digunakan untuk memukul punggung golok, atau dilakukan dengan tidak serius, mungkin malah tidak pernah terpotong kayu tersebut kalau golok itu hanya dibuat main main. Tetapi di tangan pemotong kayu yang terampil, dengan kesungguhan tenaga dan golok yang tajam, sekali tebas kayu akan terpotong dengan sempurna.

Itulah gambaran penerapan kurikulum di Pondok Gontor. Kurikulum yang baik dilaksanakan oleh tenaga pendidik yang alim dan dilakukan dengan kesungguhan hati, diikuti oleh santri yang bersungguh sungguh menuntut ilmu maka hasilnya akan optimal.

Kurikulum yang kuat dan dirancang dengan serius menjadikan Universitas al-Azhar dan Pondok Gontor berhasil melahirkan cendikiawan, ulama’ dan para ahli agama.

20 September 2020

#133


Sabtu, 19 September 2020

Kekuatan Tradisi Pendidikan

Oleh Syaifuddin



Al Azhar usianya sudah ribuan tahun. Didirikan pada masa dinasti Fatimiyah. Imam Ghazali salah satu dosen yang pernah mengajar di al-Azhar, beliau wafat 1111 M bisa dihitung kira kira usianya lebih dari satu milenium. Alhamdulillah saya belum pernah kuliah di sana, mudah-mudahan anak cucu nanti ada yang tergerak studi di sana, sementara ini yang sudah siap malah perginya ke negerinya Sultan Mehmed al-Fatih.

Fasilitas al-Azhar tidak semegah namanya. Sederhana. Kelas kelasnya cenderung kotor dan berdebu. Tempat duduk jarang digunakan, debu menumpuk dan di sana sini banyak sarang laba-laba. Kelas kelas di Al-Azhar tak lebih dari dua kali dibersihkan selama satu tahun, yaitu masa masa ujian. Mesir memang negeri berdebu. Menjelang dan pasca musim dingin berhari hari debu berterbangan, menumpuk tebal, seperti di Jawa setelah abu vulkanik gunung kelud meletus. Arsitek Italia yang didatangkan untuk membangun Al-Azhar tidak bisa menghindarkan bangunan imbas dari debu.

Meskipun penampilan tua, tetapi al-Azhar tidak pernah sepi melahirkan ulama ulama besar berkaliber internasional di berbagai negeri muslim, di semua bidang ilmu keagamaan. Ada Prof Quraish Shihab (Indonesia), Dr. Said Ramadhan al-Bouthi (Syiria), Dr. Yusuf al-Qardhawi (Qatar), Prof. Wahbah Al-Zuhaili (Syiria), Dr. Sya’ban Muhammad Ismail, Dr. Hamdi Subhi Thaha, Dr. Muhammad Abu Musa, Dr. Ibrahim al-Khouli, Syekh Mutawalli al-Sya’rawi, Dr. M. Imarah, Syeikh Hasan Isa al-Ma’sharawi, Dr. Hasan al-Syafi’i, Dr. Sa’duddin Hilali, Dr. Yahya al-Qathani, Dr. Ibrahim al-Hud-Hud dan ribuan lagi.

Demikian juga Pondok Gontor, usianya akan memasuki satu abad, cukup tua untuk ukuran pesantren di Indonesia. Berkhidmat pada pendidikan di tingkat menengah yang dikenal sebagai Kulliyatul Mu’alimin al-Islamiyah (KMI). Meskipun namanya besar, tapi fasilitasnya sederhana. Meskipun semua fasilitas tersedia, tapi jangan bandingkan dengan beberapa pesantren yang memberikan fasilitas bagaikan hotel. Meskipun sederhana, Pondok Gontor tak pernah sepi melahirkan tokoh tokoh berprestasi.

Beberapa nama tokoh nasional sangat familiar dan dikenal dengan baik oleh publik. Ada Prof. Dr. Nurcholis Majid, Prof. Din Syamsuddin, Prof. Amin Abdullah, Kyai Emha Ainun Najib, Kyai Hasyim Muzadi, Lukman Hakim Syaifudin (Mantan Menteri Agama), Maftuh Basuni (Mantan Menteri Agama), Prof. Masdar Hilmi, Prof. Abdul Kadir Riyadi, Ustaz Abu Bakar Ba’asyir, Dr. Hidayat Nur Wahid, serta ribuan lainnya yang belum dapat disebutkan.

Ada beberapa kesamaan yang membuat dua lembaga ini sukses berprestasi. 

PERTAMA : PENCIPTAAN IKLIM ILMIAH

Di Al-Azhar terdapat puluhan majelis ilmu-atau yang biasa disebut talaqqi, tiada henti mulai dari pagi hingga malam. Majelis ini bisa berjalan karena keikhlasan para masyayikh dalam mengajar. Datang ke majelis majelis dari tempat tempat yang jauh. Bahkan ada yang pulang pergi Alexandri-Kairo seminggu sekali sejauh 5 jam perjalanan mobil.

Para masyayikh inilah yang menyerahkan hidupnya untuk ilmu, berkhidmat sepenuh hati untuk mengajar tanpa lelah. Mereka menjaga ilmu dengan cara mengajar. Dengan mengajarkan secara kontinue semua ilmu di majelis, membuat al-Azhar tidak pernah sepi dari atmosfir pendidikan. Ilmu yang diwariskan dari generasi ke generasi di al-Azhar.

Di Pondok Gontor kegiatan pengajaran dilaksanakan mulai jam 07 pagi sampai jam 23 malam, dengan jeda kegiatan ibadah makan dan mandi. Dilakukan setiap hari selama 10 bulan penuh. Hari jum’at libur pembelajaran kelas, tetapi tidak libur dengan pembelajaran lainnya, berorganisasi, olahraga dan aktifitas pendidikan non kelas lainnya.  Setiap hari ada kelas pagi, sore dan malam. Mata pelajaran yang diujikan antara 36-45 pelajaran, bandingkan dengan SMP dan SMA sekitar 15 pelajaran.

Santri Pondok Gontor belajar dua puluh empat jam sehari, karena aktifitasnya tidak pernah berhenti. Denyut nadi kegiatan pembelajaran berdetak terus. Santri tidak hanya belajar ilmu akademik, juga belajar berbagai hal dalam kehidupan. Setiap santri dibekali ilmu agama, ilmu umum, ilmu kemasyarakatan, khutbah, publik speaking, mengajar, bekal yang lengkap untuk menjadi pemimpin keagamaan di komunitasnya. Dokter, tentara, polisi, politisi, guru, pengusaha, menteri, dosen dan beragam pekerjaan lain adalah profesi. Di dalam diri para santri ditanamkan ilmu untuk menjadi pelayan umat, pembimbing umat, apapun profesinya.

Setiap santri menjadi guru, sehingga Pondok Gontor tidak pernah kehabisan pendidik. Meskipun ribuan santri ratusan kelas dengan berbagai ragam mata pelajaran tidak pernah kekurangan guru. Karena pendidik mengabdi dengan sepenuh jiwa, tidak mengharap bayaran. Secara berjenjang kemampuan mengorganisir, mengelola kegiatan pondok, sampai dengan mengajar dirancang sistemnya.

Sistem ini yang membuat pembelajaran di Pondok Gontor tidak pernah berhenti, tidak pernah kehabisan ustadz, tidak pernah kekurangan Kyai. Bahkan sering surplus ustadz, sehingga diperbantukan di pondok pondok pesantren atau lembaga pendidikan Islam lainnya. Setiap tahun ribuan lulusan Pondok Gontor mengabdi satu tahun sebagai guru di ribuan pondok pesantren dan lembaga pendidikan Islam. Produktifitas dalam menghasilkan pendidik dan mencetak pendidik menjadi satu sistem yang berjalan hampir seratus tahun.

19 September 2020

#132

Jumat, 18 September 2020

Belajar Menjadi Benar

 

Oleh Syaifuddin

إن كان أهل العلم يخفي علمهُ

فسيظهر الجهلَ المركبَّ جاهلُ


Jika orang berilmu menyembunyikan ilmunya

Maka orang bodoh akan akan menampakkan kebodohannya

(Asyaibani)

Munculnya kabar burung dalam dunia informasi yang datar, membanjirnya hoaks, dan merebaknya konten negatif, tendensius dan mengadu domba adalah bukti kebenaran ujaran di atas. Masa ketika setiap orang bisa memproduksi konten, asal punya pendapat dan pulsa data. Tidak ada menakanisme cek kroscek, verifikasi, rujukan yang valid. Dengan mudah, berdasarkan pengetahuan yang dangkal konten tersebut disebarluaskan. Dishare tanpa mikir panjang lagi. Asal cocok dengan pandangannya.

Dunia datar, artinya pakar atau tidak pakar dianggap sama. Orang songong asal ngomong dan ada pendukungnya lebih bernilai dibandingkan ahli yang menyampaikan kebenaran berdasarkan pengetahuan. Kebenaran diukur dari jumlah like dan subscribe. Kebohongan yang diproduksi dan diperkuat terus menerus, ahirnya dipahami sebagai kebenaran. Tak heran banyak orang awam, orang jahil su’ul adab membuly seenak udelnya terhadap orang alim, para ahli hanya karena berbeda pandangan. Orang model model ini yang rajin muncul meramaikan dunia informasi, karena orang berilmu, orang yang berpikiran lurus tidak menyempatkan diri menulis atau membuat konten yang sesuai dengan keilmuannya. 

Lebih banyak ilmuwan yang tidak menulis daripada yang menulis. Banyak orang alim menebar ilmu di dunia offline, padahal manusia milennial mainnya di dunia maya. Kekosongan ini diisi oleh beberapa pihak dengan berbagai kepentingan. Tidak peduli baik buruk, siapa yang produktif dan tekun membuat konten dialah yang menguasai arus informasi. Ahirnya yang hadir adalah konten hiburan, konten tidak jelas, bahkan konten pembodohan. Merekalah yang mendidik publik, pengendali arus informasi. Pembodohan yang lebih berkuasa. Nitizen lebih banyak terpapar dengan konten tidak jelas, karena orang alim tidak hadir. Uang jelek menyingkirkan uang baik.

Orang berilmu yang tidak rajin menulis, berbagi ilmu, membuat konten positif di jagat maya, sebenarnya punya andil tanggungjawab terhadap menurunnya kualitas kecerdasan masyarakat. Momentum pandemi, memberikan kesempatan kepada para ahli ilmu untuk turun gunung menghadirkan banyak kebenaran dan pandangan yang benar sebagai konsumsi massa.

Kesempatan yang baik, karena dunia maya pada saat pandemi adalah platform utama, paling banyak digunakan orang mengunduh dan mengunggah ilmu. Hampir semua even keilmuan melintas di dunia maya. Seminar, lokakarya, diskusi ilmiah, rapat rapat penting, perkuliahan dan segala macam majelis ilmu sekarag dilaksanakan di jaringan internet. Maka sekarang adalah saat yang tepat untuk memulai memproduksi konten pengetahuan dan konten positif melalui dunia maya. 

Jaringan internet, dunia maya menjadi medan yang sesungguhnya pendidikan masyarakat. Pertanyaan apa saja dapat dicari jawabannya di google dan youtube. Tidak semua jawaban yang tersedia semuanya benar. Yang viral, yang tranding, yang populer adalah jawaban yang tersedia di bagian atas. Kebenaran tidak berada di atas, karena kurang disediakan, atau malah tidak ada. Kebenaran berada di sudut sudut sulit dunia maya yang tidak semua nitizen memahami cara mencari, memilih, memilah dan memferivikasi. 

Ketua Rabithah Ma’had Islam yang juga guru besar informatika ITS, Prof. Agus Zainal Arifin mensinyalir, orang yang alim sebenarnya ingin berbagi ilmu tetapi tidak punya cukup keberanian untun bikin konten. Sementara yang tidak alim bersemangat, dengan percaya diri bikin konten. Akibatnya jaga maya dipenuhi dengan konten konten tidak bermutu, tidak mendidik, atau malah ngawur. Kalau ahli konten dengan ahli ilmu ini sinergi maka media sosial dan jagat maya akan dipenuhi konten yang kreatif bermanfaat dan mendidik.

Di dunia yang dibanjiri informasi, orang yang menguasai data dan mampu mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna merupakan kemampuan penting. Kecerdasan artifisial telah banyak mempermudah kehidupan manusia, tetapi kalau orang berilmu tidak memanfaatkannya, maka orang jahil yang berkuasa. Kecerdasasan Google membantu netizen menemukan dokumen yang relevan. Kecerdasan Youtube membantu netizen memilih video yang disukan netizen. Kecerdasan Twitter memilih dan meranking topik yang sedang hangat dibicarakan. Kecerdasan Tokopedia memberitahukan kepada netizen barang yang cocok untuk dibeli, baik kualitas maupun harga. Kecerdasan Gofood memberikan pilihan menu makanan yang paling cepat untuk didatangkan dan sesuai selera netizen. Kecerdasan Google Cendikia untuk menelisik publikasi ilmiah para ilmuwan dan seterusnya.

Kedepan kalau orang alim tidak bertindak, maka ia akan tenggelam ditelan sistem kecerdasan kecerdasan yang akan semakin luas bidangnya. Yang artifisial semakin cerdas, yang nyata yang riel mabniyun ala sukun. Jangan sampai.

17 September 2020

#130


Kamis, 17 September 2020

Keberkahan Bersama Gerakan

 

Oleh Syaifuddin



Banyak yang berpikir insan perguruan tinggi tidak bakal bisa mendirikan bank. alasannya sulit mendapatkan modal awal, tidak ada sumberdaya manusia, benturan peraturan dan apa gunanya. Sama seperti pikiran mustahil bahwa pemerintah daerah bisa mendirikan bank syari’ah. Hambatan dan rintangannya jauh lebih besar dan sulit, karena pemerintahan daerah tempat bertemunya berbagai kepentingan dan aspirasi politik. Tapi nyatanya banyak pemerintah daerah yang mempunyai BPRS dan Jawa Timur propinsi besar yang akan mempunyai bank syari’ah pertama, spinoffnya ditargetkan 2021.

Perguruan tinggi dengan minimal ASN 150 pegawai dan 3.000 mahasiswa tidak terlalu sulit untuk mendapatkan. Modal awal dapat ditutupi segera dengan cara melakukan takeover dari 10-15 milliar pembiayaan pegawai di berbagai bank. Dengan skema ini, bank syari’ah milik ASN  bisa mendistribusikan profit ke para pemegang saham. Prinsip demokrasi ekonomi dari, oleh dan untuk ASN bisa terbentuk, seperti prinsip kerja Grameen Bank ide Muhamad Yunus di Bangladesh.

Penyediaan sumberdaya manusia, tidak terlalu sulit. Perlu waktu dua tahun untuk mengapgrade sumberdaya insani yang dikombinasikan antara profesional, freshgraduate dan dosen. Beberapa BPRS milik pemerintah daerah mengkombinasikan ASN dengan karyawan non ASN bisa. Kampus punya sumberdaya insani yang melimpah baik lulusannya maupun civitas akademika. 

Badan hukumnya perseroan terbatas, yang statusnya dipisahkan dari kampus sebagai BHMN atau satuan kerja pemerintah. Bank didirikan oleh ASN sebagai pemegang saham. Jadi bukan kampus yang mempunyai PT. Bank syari’ah masalah hukumnya tak terjangkau oleh pengetahuan saya.

Lembaga keuangan syariah berbentuk bank ini diperlukan untuk menjawab masalah penguatan ekonomi dan edukasi keuangan syari’ah. Regulasi bank memberikan keleluasaan untuk menghimpun dana pihak ke-3 maksimal 8 kali lipat dari modal. Lebih dari cukup untuk mengcover pembiayaan ASN di kampus. Bank syari’ah dengan skema bisnis dapat memfasilitasi pendirian dan kegiatan pembiayaan mikro keuangan syari’ah melalui Baytul mal wa tamwil (BMT) atau koperasi syari’ah yang dimotori oleh sarjana sarjana lulusan program studi ekonomi syari’ah, akuntansi syari’ah, manajemen keuangan syari’ah, perbankan syari’ah dan hukum ekonomi syari’ah. Sumberdaya insani yang banyak dan mumpuni. Dari mulai Dewan Pengawas Syari’ah (DPS), manajer, akunting, ahli keuangan syari’ah dapat dipenuhi dari lulusan lulusan tersebut.

Dengan modal 5-10 miliar, bank syari’ah dapat menghimpun dana pihak ke-tiga melalui tabungan, deposito dan kemitraan lainya sebesar 40-80 miliar. Bisa memfasilitasi pendirian dan menggerakkan ratusan BMT atau koperasi syari’ah, menyerap ratusan lulusan jurusan ekonomi syari’ah dan menyediakan pembiayaan keuangan mikro yang diperlukan usaha mikro, ultra mikro dan kecil di wilayah kepulauan.

Tanpa perlu menunggu dana pembinaan dari dinas koperasi dan pembinaan UKM, atau uluran tangan dari pemerintah dengan skema yang bermacam macam, seperti KUR atau kredit ultra mikro, bank syari’ah dapat menggerakkan keuangan sektor mikro. Beberap riset internasional menyimpulkan bahwa BPRS lebih sesuai dan lebih berhasil melakukan pembiayaan usaha mikro dan usaha kecil. BPRS dan BPRS ini salah satu keunikan lembaga keuangan di Indonesia yang dianggap berhasil memberikan kredit/pembiayaan di usaha kecil. Negara lain belum ada yang punya, negara negara lain menggunakan kelembagaan bank umum atau bank umum syari’ah saja.

Banyak perguruan tinggi, terutama yang mempunyai program studi atau jurusan ekonomi syari’ah memerlukan tempat praktikum. Solusinya adalah dengan laboratorium mini bank, paling jauh mendirikan koperasi syari’ah atau lembaga pengelola zakat. Beberapa UIN mampu menghimpun dana zakat berjumlah milliaran setiap tahun. Dikelola untuk penyaluran konsumtif maupun produktif dalam bentuk refolving fund. 

Di satu sisi mempunyai sumber modal yang cukup, di sisi lain ada kebutuhan untuk tempat mahasiswa melakukan praktik perbankan syari’ah atau praktik di lembaga keuangan syari’ah. Kalau kampus bisa bikin hotel, minimarket dan profit center lainnya, mengapa tidak berani bikin bank syari’ah? Ini masalah keberanian mengambil inisiatif, seperti pemerintah daerah yang berani mengambil inisiatif mendirikan bank.

Keberadaan bank syari’ah bermanfaat langsung untuk mempraktikkan teori teori ekonomi yang dipelajari oleh mahasiswa dan diajarkan oleh dosen. Civitas langsung dapat merasakan denyut perbankan syari’ah dan masyarakat ekonomi. Kalau di laboratorium semuanya simulasi dan artifisial, maka di bank syari’ah riel, laboratorium sosial ekonomi di masyarakat. Praktik praktik perbankan syari’ah yang menyimpang dari teori fiqh muamalah kontemporer dapat langsung dikaji. Teori dan praktik keuangan syari’ah langsung ditangani oleh ahlinya. Selama masih ada dikotomi ilmuwan praktisi dengan ilmuwan teoritisi, maka masalah kesenjangan keuangan syari’ah antara teori dan praktik akan terus terjadi.

Mendirikan bank syari’ah berbentuk BPRS tidak sulit sulit amat. Kalau tidak mampu mengerjakan sendiri, bisa menggunakan jasa konsultan yang akan menyelesaikan mulai dari perijinanan, pengadaan fasilitas perbankan dengan standar tertentu sampai perekrutan sumberdaya insani perbankan. Tinggal tunggu jadi. Tentu konsultan akan melibatkan tim pendiri untuk menyesuaikan selera. Biayanya akan diperhitungkan dalam perhitungan break even point. Biaya biaya yang muncul dalam proses pendirian sampai dengan bank beroperasional akan tercapai dalam perhitungan tersebut, sebagai perhitungan dalam bahasa awam balik modal. Perlu waktu rata rata 18 bulan bank balik modal, dan mulai membukukan keuntungan.

Pengalaman mendirikan bank syari’ah di Ternate, memakai jasa konsultan perlu waktu sekitar 6 bula dari mulai nol sampai lounching, padahal berangan angannya ada 7 tahunan menurut pak walikota. Ada BPRS yang perlu waktu lebih dari 4 tahun diurus sendiri, ada juga yang perlu waktu 3 tahun. Ini masalah strategi saja, masing masing cara punya kelebihan dan kekurangan. Biaya juga kurang lebih sama.

Penjelasan di atas berdasarkan pengalaman pernah terlibat dalam pendirian bank syari’ah, tidak ngarang. Beberapa asumsi perlu penyesuaian sesuai dengan perkembangan dan regulasi perbankan syari’ah yang memang berkembang dinamis. Dulu waktu didirikan bank syariah dengan modal awal dibawah 3 miliar,  tidak menduga jika setelah 7 tahun  mampu menghimpun dana hampir 100 miliar. Keberkahan muncul dari pergerakan.

Tulisan ini perlu saya sampaikan karena potensi keuangan syari’ah dan perbankan syari’ah masih terbuka sangat lebar. Sekarang market share dan aset bank syari’ah masih sekitar 5%, kalau asumsinya penduduk muslim semestinya mendapatkan pilihan bank syari’ah yang proporsional, maka selisihnya masih jauh. Jangan nunggu diserbu bank syari’ah dari Thailand, Malaysia, Singapura dan Brunai.

17 September 2020

#130


Rabu, 16 September 2020

Belajar Mengamalkan Ilmu

 

Oleh Syaifuddin



Tulisan ini ekspresi kebahagiaan dari kejadian sore ini. Beberapa mahasiswa yang sudah selesai dan akan selesai kuliah menghadap. Mau membeli beberapa buku koperasi syari’ah. Untuk apa beli buku banyak banyak, kuliah sudah selesai dan semuanya sudah lulus. Mata kuliah koperasi syari’ah dan baytul mal wa tamwil (BMT) sudah tidak diajarkan lagi di program studi perbankan syari’ah. Materinya sudah melebur dengan Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS).

Ahirnya mereka bercerita tentang apa dan yang akan dikerjakan oleh para sarjana baru ini. Mereka sudah menjalankan koperasi syari’ah dengan bentuk kelembagaan BMT, salah satunya di pasar Dufa Dufa. Langsung berbunga bunga dalam hati. Cita cita dari penulisan buku koperasi syari’ah dulu adalah harapan supaya para ahli madya perbankan syari’ah, anak anak dari D3 menggerakkan keuangan mikro syari’ah di pulau pulau yang potensi ekonominya sangat besar.

Impian yang ditanam sepuluh tahun lalu mulai berkecambah dalam jiwa mahasiswa perbankan syari’ah, walaupun lebih lambat dari yang saya bayangkan. Pembiayaan sektor mikro dan ultra mikro di Maluku Utara masih menjadi target pasar terbesar dari pelepas uang (rentenir). Pembiayaan dengan modal 500 ribu- 5juta tidak bisa dijangkau oleh bank, dan ini makanan paling empuk dari para pelepas uang, karena bunganya sekitar 20 % dalam sebulan yang diangsur setiap hari.

Kebahagiaan penulis buku adalah ada yang membaca, menjadikan buku sebagai rujukan, bukunya dibeli dan bermanfaat dalam kehidupan nyata. Saya bahagia karena buku saya laku, tetapi yang paling bahagia karena buku tersebut bermanfaat. Buku itu menjadi pedoman operasional, manajemen dan pengembangan koperasi syari’ah. Anak anak didik saya berkontribusi dalam memasyarakatkan ekonomi syari’ah, dan mengekonomi syari’ahkan masyarakat dengan memanfaatkan buku saya.

Koperasi syari’ah memenangkan para pedagang kecil dalam kompetisi melawan para pelepas uang. Jika pedagang kecil dan pelaku usaha informal tidak tergantung lagi kepada para pelepas uang, harapannya dapat mengalihkan dana pinjaman mereka ke sektor riel di Ternate yang belum tergarap. Pedagang kecil selamat, pelepas uang juga dapat berinvestasi di tempat yang tepat.

Setelah menanyakan skema pembiayaan yang mereka jalankan, saya bertanya dari mana modalnya didapatkan, cara mengelola, bagaimana caranya pembiayaan kompetitif. Lembaga keuangan syari’ah tidak hanya harus lebih baik dalam menggunakan model transaksi, tetapi juga harus lebih menguntungkan buat pedagang. Biayanya harus lebih murah dibanding lembaga keuangan konvensional.

Kepada mereka saya bagikan beberapa kiat supaya BMT kompetitif dibandingkan lembaga keuangan konvensional, termasuk dengan bank. Pertama, BMT harus berjejaring baik dalam penyediaan modal bersama maupun berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan semua stakeholder, termasuk akademisi kampus. Kedua, bekerjasama dengan Bank Syari’ah atau Lembaga Keuangan Syari’ah untuk mendapatkan biaya dana yang paling kecil biayanya. Ketiga, membangun kemitraan dengan BAZNAS untuk pembiayaan al-qardh hasan untuk bersinergi mentransformasikan mustahik menjadi muzaki.

Dalam hal pengembangan BMT di Ternate secara khusus dan Maluku Utara secara umum inisiatif  para sarjana baru ini sangat menyegarkan ditengah lesunya pengembangan keuangan  mikro syari’ah. Sarjana lulusan IAIN dengan gagasan brilian ini keren. Menepis anggapan publik bahwa sarjana IAIN hanyak unggul di bidang keagamaan tetapi lemah di bidang lain, ekonomi misalnya. Gagasan ini sebaiknya digelorakan dan disupport secara kelembagaan. 

Kampus dapat memfasilitasi pengembangan kelembagaan keuangan mikro syari’ah dalam skema pengabdian masyarakat, penelitian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Lembaga keuangan mikro syari’ah  memberikan dampak yang lebih lestari dalam menopang perekonomian masyarakat, dibandingkan bantuan charity atau sumbangan sembako atau fasilitas lainnya. 

Sudah ada modal sosial, modal intelektual, modal jaringan dan modal pasar yang sangat potensial. Sudah ratusan sarjana ekonomi yang diluluskan IAIN Ternate. Sebagian besar pejabat, dari tingkat menengah sampai atas di seluruh wilayah Maluku Utara mempunyai hubungan emosional dengan IAIN Ternate sebagai perguruan tinggi tertua di Maluku Utara, modal sosial yang lumayan. Jaringan multisektor dari bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan keagamaan di seluruh wilayah Maluku Utara dimiliki oleh IAIN Ternate. Maluku Utara mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam dari sektor kelautan, maritim, pertambangan, pertanian dan perkebunan, perdagangan, pariwisata. Wilayah daratan dan lautan sangat luas, mau bikin apa saja bisa, bahkan bikin pabrik baterei lithium yang menjadi masa depan energi duniapun bisa. Semuanya bisa dikerjakan, hanya belum dikerjakan saja.

Kalau kampus Islam negeri mau berbuat hal kecil ini saja. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan keuangan mikro syari’ah di seluruh tempat yang potensi ekonominya bagus. Maka akan mampu membuat perbedaan besar. Cara berpromosi yang sederhana, efisien, tetapi berdampak besar. Tindakan yang bisa membawa jargon rahmatan lil alamin,  manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.

16 September 2020

#129