Kamis, 10 September 2020

Renik Ragam Kajian Ternate

 

Oleh Syaifuddin



Ternate tidak hanya menarik kunjungan pelancong dan mengundang peminat peniaga rempah dari mancanegara, tetapi  juga menarik minat pengkaji. Masa lalu dan masa depannya penuh dengan saya tarik untuk dieksplorasi menjadi hazanah pengetahuan. Selayaknya tambang permata yang tidak akan kering untuk digali.

Syahril Muhammad, menulis sebuah buku dengan judul Masyarakat Ternate, Pergulatan Tradisi dan Modernitas. Penulis buku ini melihat bahwa masyarakat tradisional sering hanya dimanfaatkan pada momen-momen tertentu, terutama pemilihan legislatif dan pemilihan kepala daerah, bahkan sering dijadikan kekuatan (massa rakyat) untuk mempengaruhi berbagai kebijakan negara, keputusan keputusan politik dan hukum. 

Ini sangat memprihatinkan sebab lembaga atau pranata sosil ini adalah simbol pranata budaya yang mestinya berperan sebagai pelakon demokrasi dan pengusung hak-hak masyarakat; bukan sebaliknya, dapat dimanfaatkan oleh para oknum tertentu dalam lingkaran budaya terdalam. Buku ini menelisik eksistensi adat pada sistem pengelolaan pemerintahan dan politik lokal pasca Orde Baru, yakni dari sentralisasi ke desentralisasi. 

Fokus pembahasannya lebih pada aras penggunaan simbol-simbol tradisi atau adat dalam berbagai segmen kehidupan masyarakat Ternate, terlebih pada soal politik lokal. Untuk menelaah ini lebih jauh, buku ini mengutip konsep traditional rationality dan volue orientid rationali oleh Johson. Tradidional rationality adalah perjuangan nilai yang berasal dari tradisi kehidupan masyarakat. 

Pada setiap kehidupan masyarakat seringkali dikenal adanya aplikasi nilai dalam setiap kegiatan yang selalu berhubungan dengan orientasi nilai kehidupan. Norma hidup bersama tampak lebih kukuh berkembang. Adapun volue oriented rationality adalah suatu kondisi ketika masyarakat melihat nilai sebagai potensi hidup sekalipun tidak aktual dalam kehidupan sehari hari. Kebiasaan ini didukung oleh perilaku kehidupan agama (nilai agama serta budaya masyarakat yang berurat-akar dalam kehidupan (tradisi). 

Kesimpulan yang diperoleh dalam kajian ini adalah bahwa proses pengenalan nilai-nilai modernitas di Ternate pada awalnya ditandai dengan kehadiran bangsa Portugis, Spanyol, Belanda dan pendudukan Jepang yang membuka sekolah-sekolah rakyat di Ternate dan beberapa daerah lainnya di wilayah Maluku Utara pada umumnya, selain itu modernitas dilakukan melalui terbentuknya lembaga-lembaga sosial politik  oleh tokoh tokoh intelektual dan para bangsawan Ternate. Melalui pendidikan (sekolah) dan lembaga lembaga sosial politik ide-ide baru tersalurkan kepada masyarakat Ternate.

Kemudian Syahril Muhammad, juga menulis sebuah buku dengan judul Kesultanan Ternate Sejarah Sosial Ekonomi dan Politik. Tulisan Syahril ini menggambarkan bahwa Maluku Utara memiliki perjalanan sejarah yang cukup panjang dalam khasanah sejarah Indonesia. Dikatakan demikian karena Maluku utara dikenal sebagai pusat penghasil rempah-rempah sejak sekitar abad ke-15 memunculkan interaksi perdagangan yang menghadapkan Maluku Utara dengan berbagai bangsa. 

Pengkaji lainnya adalah M.Adnan Amal dan Irza Arnyta Djafar, dengan karyanya Maluku Utara Perjalanan Sejarah 1800-1950. Buku memaparkan tentang garis-garis besar perjalanan historis daerah ini sejak pembubaran VOC yang diikuti pembentukan pemerintahan Kolonial Belanda, hingga pemulihan kedaulatan Indonesia pada tahun 1950. Dalam kurun waktu tersebut buku ini menggambarkan banyak peristiwa penting dibidang politik, ekonomi, militer, dan sosial budaya, yang dialami di daerah ini. 

M. Adnan Amal juga menulis buku dengan judul: Maluku Utara, Perjalanan Sejarah 1250 -1800 (Jilid I dan II). Buku yang menggambarkan tentang perkembangan sejarah Maluku Utara patut dicerna oleh generasi muda Karen buku ini memberi pelajaran berharga tentang fenomena-fenomena sejarah di masa lampau.

Buku ini memang mengkaji Maluku Utara yang sebenarnya adalah wilayah yang dikuasai empat konvederasi kesultanan Ternate, Tidore, Bacan dan Jailolo. Mengkaji Maluku Utara berarti mengkaji kiprah Ternate dan tiga kerajaan Islam lainnya di jaziratulmuluk. 

Berikutnya adalah Djoko Suryo dengan karyanya Agama dan Perubahan Sosial: Studi Tentang Hubungan Antara Islam, Masyarakat, dan struktur Sosial Politik Indonesia. Buku ini memberikan pemahaman luas dalam membicarakan proses Islamisasi dan perubahan struktur politik dari kerajaan ke struktur kesultanan. 

Djoko Suryo menjelaskan fase awal Islamisasi di Ternate tanpa memberikan landasan yang cukup kuat untuk pembentukan negara Islam. Agama Islam diterima di Ternate ketika pusat kekuasaan lokal (Moloku Kie Raha) sudah terbentuk dan memiliki basis legitimasi geneologis-teritorial yang kuat. 

Konversi agama memang dilakukan, tetapi tidak selalu berarti menyebabkan terjadinya perubahan struktur politik dan pemerintahan yang sudah mapan. Awal kehadiran Islam di Ternate seolah hanya sekedar hanya memberi konformasi atas struktur yang ada. Posisi ini mulai mengalami pergeseran ketika kolonial portugal, lalu kemudian Belanda, datang berkuasa di kawasan ini. 

Lebih lanjut menurut Djoko Suryo, kondisi ini tidak banyak bergeser hingga kemerdekaan indonesia, ketika kedudukan peripherial ternate dari sudut ekonomi dan politik terus merosot akibatnya, kecenderungan mistifikasi Islam semakin meningkat bahkan mencapai wajahnya yang cukup eksterim, seperti terungkap dari keyakinan Mudafar Sjah (Sultan Ternate) bahkan Islam di ternate mendahului keberadaan Islam di Mekah. Oleh sebab itu dilihat dari sejarah politik pemerintahan, penelitian ini merupakan salah satu dasar dalam memahami dan mengkaji sistem pemerintahan tradisional di kesultanan Ternate.

Joko. Suryo, juga menulis Bulan Sabit di Bawah Rerimbunan Cengkeh: Islamisasi Ternate atau Ternateisasi Islam. Tulisan ini menampilkan bentuk-bentuk perubahan struktur politik di kerajaan Ternate. Hal ini Nampak dalam perubahan bentuk dari “kolano’ menjadi kesultanan yang berakibat pada penambahan sejumlah lembaga kedalam struktur pemerintahan kerajaan.

Inilah sekelumit kajian beberapa intelektual . Tentu tulisan hanya cuplikan kecil saja dari banyak kajian raksasa intelektual yang pernah mengkaji Ternate sebagai kesultanan. Kalau dielaborasi lebih jauh akan ditemukan mutiara pengetahuan.

10 September 2020

#124


Tidak ada komentar:

Posting Komentar