Rabu, 16 September 2020

Belajar Mengamalkan Ilmu

 

Oleh Syaifuddin



Tulisan ini ekspresi kebahagiaan dari kejadian sore ini. Beberapa mahasiswa yang sudah selesai dan akan selesai kuliah menghadap. Mau membeli beberapa buku koperasi syari’ah. Untuk apa beli buku banyak banyak, kuliah sudah selesai dan semuanya sudah lulus. Mata kuliah koperasi syari’ah dan baytul mal wa tamwil (BMT) sudah tidak diajarkan lagi di program studi perbankan syari’ah. Materinya sudah melebur dengan Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS).

Ahirnya mereka bercerita tentang apa dan yang akan dikerjakan oleh para sarjana baru ini. Mereka sudah menjalankan koperasi syari’ah dengan bentuk kelembagaan BMT, salah satunya di pasar Dufa Dufa. Langsung berbunga bunga dalam hati. Cita cita dari penulisan buku koperasi syari’ah dulu adalah harapan supaya para ahli madya perbankan syari’ah, anak anak dari D3 menggerakkan keuangan mikro syari’ah di pulau pulau yang potensi ekonominya sangat besar.

Impian yang ditanam sepuluh tahun lalu mulai berkecambah dalam jiwa mahasiswa perbankan syari’ah, walaupun lebih lambat dari yang saya bayangkan. Pembiayaan sektor mikro dan ultra mikro di Maluku Utara masih menjadi target pasar terbesar dari pelepas uang (rentenir). Pembiayaan dengan modal 500 ribu- 5juta tidak bisa dijangkau oleh bank, dan ini makanan paling empuk dari para pelepas uang, karena bunganya sekitar 20 % dalam sebulan yang diangsur setiap hari.

Kebahagiaan penulis buku adalah ada yang membaca, menjadikan buku sebagai rujukan, bukunya dibeli dan bermanfaat dalam kehidupan nyata. Saya bahagia karena buku saya laku, tetapi yang paling bahagia karena buku tersebut bermanfaat. Buku itu menjadi pedoman operasional, manajemen dan pengembangan koperasi syari’ah. Anak anak didik saya berkontribusi dalam memasyarakatkan ekonomi syari’ah, dan mengekonomi syari’ahkan masyarakat dengan memanfaatkan buku saya.

Koperasi syari’ah memenangkan para pedagang kecil dalam kompetisi melawan para pelepas uang. Jika pedagang kecil dan pelaku usaha informal tidak tergantung lagi kepada para pelepas uang, harapannya dapat mengalihkan dana pinjaman mereka ke sektor riel di Ternate yang belum tergarap. Pedagang kecil selamat, pelepas uang juga dapat berinvestasi di tempat yang tepat.

Setelah menanyakan skema pembiayaan yang mereka jalankan, saya bertanya dari mana modalnya didapatkan, cara mengelola, bagaimana caranya pembiayaan kompetitif. Lembaga keuangan syari’ah tidak hanya harus lebih baik dalam menggunakan model transaksi, tetapi juga harus lebih menguntungkan buat pedagang. Biayanya harus lebih murah dibanding lembaga keuangan konvensional.

Kepada mereka saya bagikan beberapa kiat supaya BMT kompetitif dibandingkan lembaga keuangan konvensional, termasuk dengan bank. Pertama, BMT harus berjejaring baik dalam penyediaan modal bersama maupun berbagi pengalaman dan pengetahuan dengan semua stakeholder, termasuk akademisi kampus. Kedua, bekerjasama dengan Bank Syari’ah atau Lembaga Keuangan Syari’ah untuk mendapatkan biaya dana yang paling kecil biayanya. Ketiga, membangun kemitraan dengan BAZNAS untuk pembiayaan al-qardh hasan untuk bersinergi mentransformasikan mustahik menjadi muzaki.

Dalam hal pengembangan BMT di Ternate secara khusus dan Maluku Utara secara umum inisiatif  para sarjana baru ini sangat menyegarkan ditengah lesunya pengembangan keuangan  mikro syari’ah. Sarjana lulusan IAIN dengan gagasan brilian ini keren. Menepis anggapan publik bahwa sarjana IAIN hanyak unggul di bidang keagamaan tetapi lemah di bidang lain, ekonomi misalnya. Gagasan ini sebaiknya digelorakan dan disupport secara kelembagaan. 

Kampus dapat memfasilitasi pengembangan kelembagaan keuangan mikro syari’ah dalam skema pengabdian masyarakat, penelitian dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Lembaga keuangan mikro syari’ah  memberikan dampak yang lebih lestari dalam menopang perekonomian masyarakat, dibandingkan bantuan charity atau sumbangan sembako atau fasilitas lainnya. 

Sudah ada modal sosial, modal intelektual, modal jaringan dan modal pasar yang sangat potensial. Sudah ratusan sarjana ekonomi yang diluluskan IAIN Ternate. Sebagian besar pejabat, dari tingkat menengah sampai atas di seluruh wilayah Maluku Utara mempunyai hubungan emosional dengan IAIN Ternate sebagai perguruan tinggi tertua di Maluku Utara, modal sosial yang lumayan. Jaringan multisektor dari bidang politik, ekonomi, pendidikan, sosial dan keagamaan di seluruh wilayah Maluku Utara dimiliki oleh IAIN Ternate. Maluku Utara mempunyai potensi ekonomi yang sangat besar dan beragam dari sektor kelautan, maritim, pertambangan, pertanian dan perkebunan, perdagangan, pariwisata. Wilayah daratan dan lautan sangat luas, mau bikin apa saja bisa, bahkan bikin pabrik baterei lithium yang menjadi masa depan energi duniapun bisa. Semuanya bisa dikerjakan, hanya belum dikerjakan saja.

Kalau kampus Islam negeri mau berbuat hal kecil ini saja. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan keuangan mikro syari’ah di seluruh tempat yang potensi ekonominya bagus. Maka akan mampu membuat perbedaan besar. Cara berpromosi yang sederhana, efisien, tetapi berdampak besar. Tindakan yang bisa membawa jargon rahmatan lil alamin,  manfaatnya langsung dirasakan oleh masyarakat.

16 September 2020

#129


Tidak ada komentar:

Posting Komentar