Minggu, 27 September 2020

Menulis Untuk Sehat

 

oleh Syaifuddin



Menulis mempunyai banyak fungsi salah satunya sebagai obat. Alquran sebagai obat semua penyakit sudah menjadi pemahaman yang jamak bagi penganut Islam. Tidak ada yang meragukan. Namun benarkah menulis itu menyehatkan? Menulis dapat menjadi terapi sehat untuk berbagai penyakit diantaranya pengobatan trauma dan mencegah pikun.


Ah yang benar. Mari kita telusuri.


MENGOBATI TRAUMA


Menulis dapat berfungsi sebaga sarana pengobatan dari trauma psikologis. Menulis menjadi katarsis penyembuhan luka batin. Mengeluarkan emosi emosi negatif, menghilangkan kenangan buruk, mengundang sikap positif dan antusias. Menulis dapat berfungsi sebagai proses self healing.


Kegelisahan, rasa frustasi dan kecewa dapat diekstrak dalam tulisan, proses pengungkapan ini akan menyembuhkan luka luka batin. Seorang ibu yang luka hatinya karena ditinggal oleh putrinya meninggal muda disebabkan oleh kanker bisa memulihkan kesehatan jiwanya dengan menulis. Melalui menulis di dapat berbagi keluh kesah, membagi pengalaman berat, berbagi solusi dengan pembacanya. Seperti menangis sebagai cara menyalurkan beban kesedihan, maka menulis juga dapat meringankan beban batin.


Cahyadi Takariawan atau Pak Cah, seorang guru menulis membagi pengalamannya. Menulis sebagai proses penyembuhan akan dirasakan tidak nyaman bagi penulisnya. Merasa canggung, aneh dengan diksi, karena penulis merasa itu bukan dirinya. Teruslah menulis sarannya sebagaimana pengalaman pribadi Savannah. “Butuh beberapa minggu bagi saya untuk menulis diary sebelum mulai lancar mengalir”.


Tidak masalah jika anda salah menuliskan kata atau kalimat, karena itu bukan intinya. Lebih baik fokus pada emosi yang ingin anda tumpahkan. (Savannah Schaffer:2019).


Karena menulis ini sebagai pengobatan trauma, maka tulisan ini tujuan utamanya sebagai self healing, tidak untuk dipublikasikan. Sebagai cara penyembuhan trauma tujuannya adalah menghapus dari ingatan supaya jiwa menjadi pulih, tidak sakit.


Tulisan pelampiasan, mengandung aib, sistematikanya semrawut, bahasanya mungkin kasar. Simpanlah tulisan ini, tidak perlu diekspose di media sosial, blog, web atau media apapun. Bisa memunculkan masalah baru.


Pak Cah menyarankan menulis ini di laptop atau komputer yang aman. Simpanlah file dengan pasword. Suatu saat nanti, ketika penulis telah merasa sembuh, peristiwa itu tidak lagi berdampak terhadap jiwanya, dia bisa membuka kembali. Lakukanlah editing sehingga menjadi peristiwa yang layak untuk dibagikan sebagaoi bahan pelajaran dan diambil hikmahnya. Tapi kalau tidak pernah akan membuat penulis menjadi nyaman, silahkan dimusnahkan, dihapus permanen. Karena tugas tulisan itu untuk menyembuhkan sudah selesai.


MENGOBATI DIMENSIA


Dimensia atau dimentia adalah penyakit ingatan. Sindrom yang ditandai dengan disorientasi ingatan, memori, proses berpikir yang disertai dengan penurunan aktifitas sehari hari. Penderita dimensia mengeluh lekas lelah dan mudah lupa.  Sebuah penelitian menyebutkan bahwa setiap detik ada 1 orang yang terkena dimensia. Ted Turner, pendiri CNN adalah salah satu penderita dimensia. Dimensia pada tahap akut orang mengenal dengan sebutan penyakit alzhaimer. Ronald Reagen presiden ke 40 Amerika Serikat,  aktor laga Charles Bronson, ratu kerajaan Belanda Queen Juliana, penyanyi legendaris etta janes adalah beberapa pesohor dunia yang mengidap penyakit ini.


Banyak studi neuropsikologi yang menyimpulkan bahwa kebiasaan membaca dan menulis memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan manusia. Orang yang tidak pernah membaca dan menulis mempunyai risiko lebih tinggi terkena dimensia (Nicholas Bakalar: 2019).


Seluruh penderita dimensia adalah usia lanjut, tetapi tidak semua usia lanjut mengalami dimensia. Kebiasaan membaca dan menulis salah satu fungsinya adalah menjaga ingatan, menolak lupa dan memperbaiki kesehatan memori otak manusia.


Menulis dan membaca adalah olahraga otak, perawatan memori yang baik. Memori yang sering digunakan untuk menulis dan membaca membuatnya aktif. Tidak mudah terserang pikun, mudah lupa dan telat mikir. Memori otak yang selalu aktif untuk menulis lebih awet muda, sehingga fungsinya tidak cepat menurun seiring pertambahan usia menuju tua.


Studi Jannifer Manley, kebiasaan membaca dan menulis berpengaruh posiitif terhadap pencegahan dimensia. Menurutnya, kebiasaan membaca dan menulis memberikan eksposur, keterlibatan terus menerus dengan penyehatan memori otak. Orang yang rutin menulis dan membaca otaknya akan terus bekerja, aktifitas yang membuatnya lebih sehat dibandingkan yang pasif.


Ada sekitar 100 milliar sel neuron dalam sistem saraf otak manusia yang berfungsi mengirimkan pesan ke otak, mengklasifikasi, menyimpulkan, menghubungkan antar bagian ingatan. Setiap pelajaran baru akan membentuk jaringan baru di otak, menambah folder baru. Semakin ditambah dan dilatih semakin banyak folder folder baru. Tuhan sudah menciptakan kapasitas otak manusia bisa menampung semua ingatan yang diperlukan manusia sepanjang hidupnya. 


Menulis dan membaca adalah memperbesar dan memperkuat jaringan memori, jaringan otak. Semakin sering menulis dan membaca semakin besar fungsi memori. Membaca dan menulis juga membuat otak semakin sehat, tidak mati, tidak beku. 


Menulis bagi akademisi tidak hanya menghasilkan kum (poin publikasi ilmiah untuk kenaikan pangkat) dan kam (manfaat financial), tetapi juga bermanfaat untuk kesehatan pikiran dan jiwa.



27 September 2020

#141


2 komentar: