Selasa, 01 September 2020

Enam Kunci Menjadi Penulis

 

Oleh Syaifuddin



Waktu studi ekonomi syari’ah, pernah diajar seorang profesor ekonomi yang latarbelakangnya pondok pesantren. Khazanah beliau tentang fiqh dan tradisi pesantren sangat kuat. Karirnya banyak dihabiskan di lingkungan birokrat, keilmuannya ekonomi konvensional, tapi karena cukup dekat dengan turats, maka mudah baginya untuk masuk di kajian ekonomi Islam. Kitab al-Mughni karya Ibnu Kudama menjadi basis analisis pengkajian ekonomi syari’ah beliau.

Setiap bulan pergi ke Makkah untuk mengaji ke Sayyid Maliki salah satunya ngaji kitab al-Mughni tersebut. Memang dibandingkan fiqh al-Islam wa Adilatuhu karya Prof. Wahbah Al-Zuhaili, al-Mughni kurang kontemporer isu isu fiqh yang diangkat. 

Guru saya ini selalu memulai perkuliahan dengan memberi nasehat, salah satunya memberikan motivasi bagaimana membangun kesiapan mental sebagai pencari ilmu. Mengutip dari syi’iran yang banyak diajarkan di pesantren pesantren Jawa yang berbunyi :  

اَلاَ لاَتَنَــــالُ الْعِـــلْمَ اِلاَّ بِســــــِتَّةٍ ۞ سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ

ذُكَاءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِبَارٍوَبُلْغَةٍ ۞ وَاِرْشَادُ اُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Syarat untuk mencari ilmu ada enam: cerdas, semangat, sabar, biaya, petunjuk guru dan waktu yang lama. Syarat syarat ini relevan dengan membangun keterampilan dan kemampuan untuk menulis. Enam hal yang harus dipunyai seorang pencari ilmu.

Pertama, setiap penulis harus mempunyai kecerdasan. Cerdas membaca, mempunyai strategi menyerap dan mengolah pengetahuan, terampil memahami realitas. Setiap manusia mempunyai kecerdasan ini tergantung tingkat pendidikan dan keluasan pengetahuan. Kecerdasarn dapat berkembang melalui proses pembacaan dan perenungan secara intensif dan ekstensif. Kecerdasan diberikan kepada semua manusia. Intelegensia yang dilatih dan distimulus dia akan berkembang, dan akan tetap apa adanya jika dibiarkan. Tingkat kecerdasan manusia ditentukan sebanyak maka di mengusahakan tambahan pengetahuan dan pengalaman.

Sekolah, pelatihan, kurusus, mengaji, mendengarkan ceramah, membaca dan latihan latihan pendidikan lainnya adalah semua jenis usaha untuk meningkatkan dan memperbanyak pengetahuan dan pemahaman. Itulah sebabnya pada usia yang sama mempunyai beragam kecerdasan, karena tergantung usaha usaha yang dilakukan dalam meningkatkan pengetahuan dan pemahamannya. 

Kecerdasan menulis itu tumbuh dan berkembang seiring dengan latihan dan percobaan percobaan dalam menghasilkan karya tulis. Menulis mendorong manusia mencari dan terus mencari hal hal baru, memperbaiki pemahaman, menemukan hal hal baru. Menulis membuat pikiran manusia terus bergerak, menambah informasi, melengkapi informasi, melakukan refleksi, menggabungkan berbagai pengetahuan, memunculkan pertanyaan dan membuka peluang munculnya ide baru.

Syarat kedua, semangat. Menulis adalah mengolah kata menurut Gus Binhad Nurrrohmat. Kata kata disusun membentuk dunia kesadaran dan makna, serta membuka pintu pintu tersembunyi yang tertutup rapat. Menulis tidak sekedar merangkai kata, tetapi juga berbagai kesulitan yang akan ditemukan. Orang mudah saja melemah dan menyerah karena lamanya proses dan beragamnya tantangan. Karena itu diperlukan semangat, motivasi dan spirit.

Dengan motivasi yang kuat, semangat yang tebal dan spirit yang baik, maka daya tahan menyerap, mengolah dan menyajikan pengetahuan dan pemahaman dapat berlangsung jangka panjang. Seperti halnya iman, semangat juga mengalami pasang surut, naik turun. Karenanya diperlukan kemampuan menjaga dan mengelola semangat, bila perlu rajin mengambil dan menabung semangat.

Ketiga, sabar. Sabar bukanlah menerima keadaan, atau mengisyaratkan kepasifan. Sabar adalah energi aktif, tabah menjalani perubahan. Di dalam sabar termuat energi liat menghadapi tantangan. Penulis yang sabar tidak mudah menyerah pada kesulitan. Orang yang sabar mampu menulis ditengah kesibukan, dan tidak cepat puas dengan tuntutan kualitas. Dengan kesabaran seorang penulis mampu menekuni jalan sunyi dengan ketabahan.

Keempat, biaya. Pada saat kertas dan tinta masih merupakan barang mewah, para pecinta ilmu rela mengorbankan uang dalam jumlah besar untuk menuliskan beribu ribu lembar pengetahuan. Pada masa kegemilangan peradaban Islam, pemerintahan dinasti Abasiyah menggelontarkan ribuan dinar untuk membiayai perpustakaan di Baghdad, membayar para penulis dan penyalin karya karya ilmiah. Para khalifah dengan royal membiayai penulisan karya karya agung baik dalam ilmu keagamaan, ilmu sosial dan sains.

Menulis tidak gratis. Memerlukan pengorbanan untuk pengadaan alat tulis baik secara tradisional maupun digital. Membutuhkan media yang memungkinkan dapat dibaca oleh khalayak. Sekecil apapun, seefisien bagaimanapun, tetap diperlukan biaya untuk terwujudnya sebuah karya tulis.

Kelima, petunjuk guru. Menulis merupakan ilmu kompleks yang dengan mudah dipelajari pada era kelimpahan informasi sekarang ini. Latihan latihan menulis, tutorial dan guru guru menulis dengan mudah kita dapatkan. Grup grup menulis adalah salah satu media belajar bersama yang cukup efektif. Para pembaca kritis dengan mudah kita dapatkan, bahkan memberi umpan balik tanpa diminta. Banyak sekali yang dengan sukarela menjadi penyinyir karya kita. 

Dalam hal meningkatkan kualitas tulisan tersedia banyak guru. Melalui grup grup menulis, banyak karya antologi dapat dihasilkan. Para patner menulis ini adalah guru guru yang baik, dengan sabar dan telaten dapat saling berbagi ilmu. Di zaman ini tidak terlalu sulit menemukan mitra untuk berkembang bersama dalam menghasilkan karya tulis bermutu.

Keenam, Waktu yang lama. Menulis adalah pekerjaan jangka panjang. Seluas apa ilmu pengetahuan terbentang, maka seluas itu pula obyek yang bisa dijadikan sumber informasi untuk ditulis. Karena luasnya bidang yang bisa ditulis diperlukan waktu yang panjang. Menghasilkan karya berkualitas memerlukan perjuangan panjang. Untuk sampai ke penerbit dan mencapai reputasi dihadapan pembaca juga tidak gampang. 

Novel Stephen King pertama berjudul Carrie, mengalami 30 kali penolakan dari penerbit. Naskah buku JK Rowling Harry Potter and Philosopher’s Stone ditawarkan ke empat belas penerbit. Semuanya menolak. Namun setelah terbit, buku tersebut langsung best seller. Karya pertama Katharyn Stockett, The Help yang ditulis selama lima tahun mengalami penolakan 60 kali penolakan. Namun setelah terbit, The Help menjadi novel best seller Amerika Serikat.

Enam syarat bagi para penuntut ilmu yang banyak diajarkan di pondok pondok pesantren tradisional selama beberapa abad, akan tetap relevan dengan pendidikan masa kini. Enam hal penting yang dapat dijadikan bekal bagi siapa saja yang ingin menjadi penulis. Penulis adalah bagian dari mata rantai ilmu pengetahuan. Berkat jasa para penulis, ilmuwan dari masa ke masa, sambung menyambung sampai hari ini, sehingga peradaban manusia dan ilmu pengetahuan berkembang seperti yang kita saksikan.

Sangaji Ternate

September 2020

#114


6 komentar: