Kuman di seberang nampak jelas, surga di depan mata tidak kelihatan. Ungkapan yang tepat untuk menggambarkan keterlambatan mengenal taman bawa laut di Falajawa. Memang tidak sebagus Bunaken, saya juga belum pernah diving di Bunaken, tidak kuat ongkos berkunjung, tapi pantai Falajawa ini nyata di depan mata.
Untuk sampai di Falajawa tidak perlu biaya puluhan juta, menginap di cotage atau hotel bintang seperti di Bunaken. Tidak perlu peralatan diving dan pelatihan husus untuk menyelam. Cukup dengan snorkeling, pun rasanya tidak wajib bisa berenang. Bagi kami yang tinggal di Ternate, berkunjung ke spot ini gratis, bahkan parkir motor atau mobilpun tidak berbayar, kurang apa surganya. Hanya 5 menit berkendara dari tinggal saya di dekat benteng Toloko, pun bisa jalan kaki menyusuri sisi timur pantai Ternate 15 menit.
Sulit dipercaya bahwa taman bawah laut ini tetap tumbuh, padahal lalu lintas di atasnya sangat ramai. Hanya 500 meter dari pelabuhan Ahmad Yani, pelabuhan laut utama di propinsi Maluku Utara. Berada 400 meter dari landmark Ternate. Untuk turun melihat keindahan bawah laut di Falajawa disediakan tangga turun ke air yang dibuat melayang dari daratan, karena laut cukup dalam untuk meletakkan kaki cor tangga. Agak ke tengah disediakan dua papan rakit untuk istirahat setelah melihat lihat taman bawah laut.
Di beberapa bagian pantai rumput laut di kedalaman dua meter. Inilah pertama kalinya melihat rumput subur tumbuh di pasir putih, daunnya yang pipih panjang seperti daun jahe atau serai. Ikan biru, hijau merah dan lorek warna warni asik bermain di sela rumput nan hijau. Meskipun ombak menghempas agak keras tapi air tetap jernih seperti nampak dalam akuarium.
Dua rakit papan yang dipasang permanen dengan jangkar sangat membantu untuk tempat istirahat sebentar, setelah menjelajah gugusan karang bawah laut. Tidak semua menggunakan pelampung dan tidak semua bisa terapung di air dalam waktu lama. Bagi kawan kawan yang lahir di kepulauan, berenang dan terapung di atas air laut lebih dari delapan jam itu sudah biasa. Sejak kecil tidak pernah diajar renang, tapi cukup di taruh di laut, ditinggal orang tuanya mencari ikan. Dengan segala daya mencari cara menggunakan tubuhnya supaya tetap bertahan di atas air.
Awal mengenal pantai Falajawa, mungkin orang lebih lebih suka menikmati taman taman dan semilir angin laut. Pemandangan dari sudut Falajawa eksotis banyak kontras. Ada gunung Kie Air dan gunung Gamala yang asimetris. Ada pelabuhan Ahmad Yani dan Dermaga Speed. Lengkungan pantainya juga membentuk pesona indah. Tak heran bila pemerintah kota Ternate membangun lendmark Ternate tepat di tengah tengah, dintara dua kontras tersebut. Antara taman Falajawa dengan taman Nukila.
Landmark Ternate terlihat lebih indah dari Disneyland bila diambil gambar dari udara. Maka taman bawah laut Falajawa sampai Nukila jauh lebih indah tertutup gemulai ombaknya. Pemandangan bawah air lebih taman taman surgawi ini hanya bisa dinikmati dengan dua cara yaitu snorkeling dan diving. Bagi saya snorkeling lebih sesuai. Dengan biaya murah dan keterampilan sederhana sudah bisa menikmati dan mengagumi maha karya yang agung.
Kelurahan Sangaji Ternate, 23 Juli 202
#74
#74
Liat dp ikan pengen langsung Bakar tu🤗🤗 mantap Lancar Jaya Pak Dr
BalasHapusUst. Irfan : Sesekali ikan indah melintas di depan mata, lebih menghibur dilihat drpd ditelan😀👍
BalasHapus