Kamis, 16 Juli 2020

IBM Bau Menyan




Waktu pertama kali kerja di kantor, cie, walaupun tugasnya tukang ketik, ngepel dan jaga kantor, ada komputer yang buruk rupanya tapi besar jasanya. Komputer IBM warisan dari proyek Ford Foundation program Perhuatanan Sosial (Social Forestry).

Komputer ini asset paling berharga. Bandel, kuat dan tahan banting, casingnya baja tebal, warnanya cenderung kuning gading karena terpapar asap rokok dan kesenggol kopi. Komputer ini tidak pernah mati dari pagi sampai tengah malam. Pemakainya bergantian. Semua pekerja di kantor punya kesempatan yang sama untuk memakainya. Komputer ini baru mati kalau penghuni kantor sudah masuk ke peraduan, tidur di atas meja atau pulang ke kos.

Setelah cukup lama melayani tugas kantor, tugas IBM agak berkurang dengan kedatangan teman temannya yang lebih canggih, lebih cantik dan lebih berwarna. Kantor tiap tahun dapat program kerjasama dengan funding PLAN Internasional, The Terre Des Homes dan Dinas Sosial. Tahun kedua bisa beli 2 komputer baru yang sudah bisa windows ms office.  Sebelumnya pakai program word perfect dan wordstar. Sebelum mengetik wordstar harus diaktifkan dengan DOS (Disket Operating System).

Sejak ada komputer baru, PC IBM jarang dipakai lagi, akibatnya sering rusuh, tiba tiba ngadat. Saking seringnya diserviskan suatu saat abang tukang servis menyerah. Dia bilang : pak ini ada teknologi yang cocok dengan PC ini. Alhamdulillah, bisa memperpanjang fungsinya, dalam hatiku, menanggapi serius. Caranya? Dia bilang: dimasukkan di ruang ber AC dibakarkan dupa dan ditaburi bunga. Asem.

Kantor kami bukan kantor asli, rumah tinggal yang disulap jadi kantor. Baru sekali itu tinggal di Surabaya, semuanya dari desa. Rumah itu biasa saja untuk ukuran orang kota, tapi bagi kami itu sudah terbaik dibandingkan rumah kami di desa, yang lebih layak disebut gubuk, rumah bambu dengan dinding anyaman (sesek). Walau kantor kami sederhana di pojok Ketintang gang buntu bernama Nirwana. Tapi semangat kerja kami yang terbaik. Idealisme orang desa yang berkesempatan membangun masyarakat urban, masyarakat miskin perkotaan.

Sebagai anggota paling yunior diantara 5 teman laki laki yang kerja sekantor, banyak enaknya. Setiap abang abang beli makan pasti saya kebagian. Kalau ada masalah semuanya bantu. Karena satu satunya yang masih kuliah, sering dapat permakluman. Dua puluh empat jam di kantor memberi kesempatan banyak belajar. Otak atik komputer sendiri. Walaupun masih kuliah, sudah diajari kakak kakak senior bikin proposal, membuat materi pelatihan pemberdayaan masyarakat, diajari administrasi keuangan kelompok swadaya masyarakat, membuat modul, silabus pelatihan. Belajar sambil bekerja sama banyaknya dengan yang didapatkan di bangku kuliah. Belajar siang malam.

Pendampingan masyarakat kota surabaya di masa menjelang reformasi lebih banyak dilakukan di malam hari. Para relawan di kampung kampung yang berperan sebagai pekerja sosial, biasanya pekerja kantoran pada siang harinya. Masyarakat kota lebih mudah hadir dalam kegiatan pertemuan dan pembinaan di malam hari. Ini memudahkan saya kuliah di pagi hari. Kalau nasib lagi baik, dimudahkan saja jalannya. Alhamdulillah.

Komputer IBM ini pula yang membantu saya membuat kolom kolom jurnal akuntansi keuangan, sangat efektif dan membantu belajar akuntansi saat kuliah di program profesi perbankan syari’ah. Sebagai generasi X yang hidup di zaman mesin ketik, sangat bersyukur berkenalan dengan komputer disket DOS, program Wordstar dan Lotus 123. Pada saat teknologi IT masuk ke dunia generasi saya, generasi petromaks, sandal lily, tidak terlalu sulit menyesuaikan.

Sangaji-Ternate, 16 Juli 2020

#67

5 komentar:

  1. Jaman itu aku baru bisa menikmati radio Cawang, menemani mancing keting malam malam saat air pasang.

    BalasHapus
  2. Batereine dipepeh sering sering pak ben awet hehehe

    BalasHapus
  3. Bagi saya, PC IBM dan DoS, sangat berarti dan berkesan bagi saya. Bahkan mesin Tik manual yg ribut, turut berjasa menyelesaikan tugas2 saat S2. Untuk IBM apalagi, dialah yg berjasa bagi naskah tesis saya di tahun 1995-1997.

    BalasHapus
  4. Berarti pengalaman kita sama pak Doktor Hamzah. Kita generasi mesin ketik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oh iya pak doktor. Saya cukup mahir mengetik menggunakan mesin tik, bahkan membongkarnya, jika macat atau ada yg rusak, saking terbiasanyavdgnnbarang itu.😄

      Hapus