Minggu, 12 Juli 2020

Sengketa Hagia Sophia


Sultan memandang dengan takjub Hagia Sophia yang megah. Ia turun dari kudanya, bersimpuh di tanah, melepas helm perangnya, lalu bersujud ke arah kiblat. Sultan Muhammad al-Fatih yang agung mengambil segenggam tanah dan menaburkan di kepalanya, simbol kerendahan hati, dia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Dia wujud dari orang yang ditunjuk oleh Rasulullah Saw., 825 tahun sebelumnya :”Pasti akan dibebaskan Konstantinopel oleh kalian, sebaik baik pemimpin adalah dia, dan sebaik sebaik pasukan adalah pasukan itu”. Selasa 29 Mei 1453, saat mentari terbit Konstantinopel dibuka, nubuat terwujud Hagia Sophia tempat bersujud. Selasa sore sebelum mentari tenggelam di waktu asyar seruan azan berkumandang di langit Konstantinopel diiringi gemuruh isak tangis haru. Gereja Hagia Sophia diperindah namanya menjadi Masjid Ayasofya.

Hagia Sophia musium megah yang mengingatkan pada bangunan bangunan megah di kota Cordoba Spanyol. Silih bergantinya fungsi dari gereja ke masjid dan menjadi musium, menyimpan pergolakan yang keras antara Kristen  Islam dalam sejarah Eropa yang cukup panjang, hampir 13 abad lamanya. Ornamen ornamen Hagia Sophia, tumpang tindih, saling menggantikan yang kalah dan yang menang, agama seakan menjadi pemisah bukan titik temu.

Hagia Sophia yang berarti kebijaksanaan suci semula adalah Katedral Kristen Ortodoks Yunani. Dibangun di Konstantinopel, ibukota kekaisaran Romawi timur Bizantium. Dibangun pada abad ke-6 dan berulangkali mengalami renovasi sampai membentuk bangunan berkuba seperti yang kita saksikan sekarang. Setelah namanya berubah menjadi Masjid Ayasofya, bangunan mengalami perombakan interior maupun eksterior. Mozaik mozaik disembunyikan dibelakang lapisan cat kuning kecuali mozaik Theotokos (Perawan Maria dengan anak) di apse. Simbol simbol keislaman, monogram empat khalifah dan dua cucu Nabi (Hasan dan Husain) ditambahkan sebagai interior masjid. Kemal Attaturk merubah fungsi Ayasofya dari masjid menjadi musium pada tahun 1934. 

Pada 10 Juli 2020 Pengadilan tinggi Turki mencabut keputusan parlemen yang memaksa Masjid Ayasofya menjadi musium Hagia Sophia. Setelah 86 tahun berselang presiden Erdogan membuka kembali peluang menjadi masjid. Sebagian besar penduduk Turki dan umat Islam yang merindukan zaman keemasan khilafah menyambutnya dengan gegap gempita. Tiap inci masjid itu merindukan sujud kaum muslim, tiap pilarnya berteriak menanti sholawat pada Rasulullah, dan kubahnya selalu menanti, kapan doa-doa dipanjatkan ke langit Istanbul melewatinya, Ujar Felix Siaw. Akankah Erdogan berhasil menjaga wasiat Fatih Sultan Mehmed dengan menjadikan Ayasofya menjadi masjid? Kita doakan, sampai kita bisa sujud di depan mimbarnya, lanjut Felix.
Sejumlah kaum muslimin menunaikan sholat maghrib di depan Ayasofya, setelah pengadilan mengembalikan fungsinya menjadi masjid, menganulir secara permanen keputusan Mustafa Kemal Attaturk yang mengubahnya menjadi musium tahun 1934.

Tak kurang dari Yunani, Amerika dan beberapa negara lain serta UNESCO menolak keputusan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Masyarakat Turki punya alasan yang kuat, bahwa ini persoalan internal dan Hagia Sophia sudah dibeli oleh Sultan Muhammad Alfatih dengan menggunakan uang pribadinya, kemudian mewakafkan ke dunia Islam Dalam pandangan mereka Masjid Ayasofya adalah wakaf yang harus tetap dipelihara sebagaimana fungsinya.

Tempat ibadah kerapkali menjadi perebutan simbol antar agama yang usianya berabad abad. Hari ini kita saksikan Masjid Al-Aqsa di Palestina mendapat intimidasi dan rongrongan dari Yahudi Zionis, karena diyakini terdapat Haikal Sulaiman. Masjid Babri atau Masjid Babur di Ayodya India yang didirikan Sultan Mughal pertama Babur tahun 1527, juga menjadi sengketa  oleh  umat Islam dan Hindu di India, dan tahun 1992 dirobohkan, karena diyakinin di tempat itu terdapat bangunan suci umat Hindu. Dan yang terahir masjid Ayasofya di Istanbul Turki.

Rumah ibadah sebagai rumah Tuhan, tempat umatNya melakukan ritual penyembahan, tempat beribadah tidak lagi sesederhana fungsi awalnya. Masjid, Katedral, Candi, Sinagog dan rumah ibadah lainnya sudah bergeser menjadi simbol politik dan sosial, yang seringkali menjadi media perebutan yang tak kunjung usai. Konflik agama yang berdarah darah seringkali dipicu oleh perebutan simbol, lihatlah Palestina, Ayodya. Karena pertarungan politik kekuasaan paling gampang menumpang di isu sensitif ini. Masjid dan Katedral dalam kasus Hagia Sophia tidak bisa hanya dilihat sebagai tempat ibadah semata, tapi menjadi ikon merebut dan mempertahankan kuasa. 

Ayasofya sedang menjadi perhatian dunia, nun jauh di sana di pedalaman Pulau Rimau masjid yang dibina Ustadz Lukman Hakim sejak puluhan tahun menjadi tumpuan anak anak kampung mengaji, sholat fardhu dan ibadah ibadah lainnya. Kerap pula menjadi rumah singgah musafir. Penting fungsinya tapi kurang diperhatikan perkembangannya. Dari musholah kayu di tahun 1990 an menjadi bangunan permanen perlu perjuangan. Ribuan masjid masjid seperti ini di kampung dan pelosok menjadi tempat yang dirindu untuk bermunajat. Masjid masjid ini menjadi pemersatu umat. Rumah Tuhan itu tergantung pada konsep yang ditetapkan oleh manusianya. Dia menjadi pemersatu atau pemisah ummat bergantung pada kita yang memaknainya.

#63

3 komentar:

  1. Data e rek berjejalan bikin pusing hhh aku kurang menikmati paparan ceritane

    BalasHapus
  2. Kesrimpet data, ahirnya kurang lincah membangun opini yg clear. Aman Pak Aris, ini nanti dipermak sblm masuk buku. Termasuk artikel perilaku konsumen milennial. Ujungnya masih ada😀👍

    BalasHapus