Sabtu, 22 Agustus 2020

Optimis Menyambut Krisis

 Oleh Syaifuddin

Agustus dua puluh dua tahun yang lalu ekonomi Indonesia sedang didera krisis, sama seperti yang terjadi saat ini. Namun kondisinya lebih parah banyak bank dilikuidasi, harga sembilan kebutuhan pokok meroket. Masyarakat menyebutnya ganti harga, bukan harganya naik, karena besarnya angka kenaikan harga barang. Nilai Tukar rupiah nyungsep, nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika, naik 7 kali lipat, dari 2.350 rupiah menjadi 16.000 rupiah.Banyak perusahaan kolaps dan bangkrut, pengangguran meningkat pesat. Ekonomi mengalami pertumbuhan negatif 13,7%.

Sekarang ini kita juga mengalami krisis ekonomi dan memasuki resesi seperti negara negara tetangga, Singapura, Malaysia, Thailanda, Pilipina dan Vietnam. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami perlambatan sehingga turun dari rata rata 5% menjadi 1,3%. 

Tanggal 14 Agustus di tahun 1998, Bu Sri Mulyani bertemu Pak Jokowi. Bu Sri ekonom yang diundang dalam sebuah seminar di Solo. Diminta menjelaskan tentang krisis ekonomi yang terjadi saat itu dan bagaimana menyelamatkan ekonomi Indonesia ke depan. Pengundang dan sponsor acaranya pengusaha meubel, yang sedang membuka peluang ekspor furniture ke mancanegara, pak Jokowi. Krisis waktu itu menjadi berkah bagi eksportir, karena penerimaan ekspor naik enam kali lipat.

Siapa yang mengira 22 tahun kemudian, dua orang itu dipertemukan kembali untuk menghadapi krisis ekonomi. Pak Jokowi Presiden Republik Indonesia, Sri Mulyani menjadi menteri keuangan. Dengan posisi yang berbeda, presiden Jokowi sekarang berupaya mengatasi krisis akibat Covid-19. Program ekonomi terus digenjot untuk membantu masyarakat. Anggaran belanja negara tahun 2020 ditata ulang untuk bersiap menanggulangi krisis. Program pemulihan usaha kecil dan menengah ditingkatkan untuk menumbuhkan kembali perekonomian.

Beruntung negara ini krisis datang setelah pemilihan umum, setelah even politik telah terlewati. Disaat sebagian besar suksesi kepemimpinan di banyak wilayah dan daerah sudah selesai. Gonjang ganjing politik sudah berlalu. Pada saat menghadapi krisis pandemi covid-19, fragmentasi dan friksi dalam masyarakat sudah mulai mereda, sehingga tidak memberikan beban terlampau berat kepada krisis kesehatan. 

Meskipun kritik bertubi tubi terkait respon awal terhadap pandemi dan penanganan pandemi yang setangah hati. Lambat karantina terbatas, cepat new normal. Gontok gontokan antara pemerintah pusat dan daerah. Namun pada ahirnya, bangsa ini dapat melewatkan sebagian perjalanan dengan kondisi yang relatif baik. 

Singapura yang lockdown berulang kali, ekonominya tertekan dan dengan cepat memasuki resesi. Malaysia yang menerapkan penguncian wilayah juga mengalami nasib yang sama, ekonominya tertekan, meski tekanannya tidak sekuat yang dialami oleh Singapura. Thailand yang menerapkan strategi sama, juga mengalami tekanan ekonomi kuat, pengangguran meningkat, ekonominya limbung. Pilipina setali tiga uang dengan Malaysia, akibat lockdown yang sangat ketat sampai melibatkan militer, negara itu dapat mengerem laju krisis kesehatan tapi tidak dapat menghindar dari dampak ekonominya. Vietnam dengan strategi yang berbeda, melakukan pencegahan penularan virus dengan sangat ketat, pemeriksaan kesehatan yang tinggi walaupun tidak memperlakukan lockdown. Tingkat penularan yang rendah, tetapi di ahir krisis negara yang lain Vietnam malah mengalami peningkatan penularan dan pelemahan ekonomi secara dahsyat.

Pandemi covid-19 telah memberikan pengaruh krisis ekonomi secara meluas dan merata. Nyaris tidak ada satupun negara di dunia ini yang mengalami krisis ekonomi, termasuk negara negara kuat seperti Tiongkok dan China. Kita seharusnya tetap bersukur dan berbuat lebih untuk segera bersama sama keluar dari krisis. Apa yang terjadi di negeri ini tidak sengeri yang diperkirakan. Penularan dan jumlah korban akibat virus tidak sedikit, tetapi bila dibandingkan dengan besarnya jumlah penduduk Indonesia, angka yang relatif kecil. Aktifitas ekonomi sudah dijalankan secara kreatif, menyesuaikan dengan pandemi yang belum sepenuhnya pergi.

Tanda tanda optimisme sudah mulai terbit. Bandara sudah dibuka. Perjalanan antar daerah meskipun masih terbatas tapi sudah mulai lancar. Belum semuanya pulih, tapi tanda tanda kehidupan sudah mulai berjalan.

Sangaji Ternate 

22 Agustus 2020

#105


Tidak ada komentar:

Posting Komentar