Rabu, 05 Agustus 2020

Bergerilya Dalam Gerakan


Oleh Syaifuddin
Saya teringat nasehat para sesepuh di awal tahun 2000 an. Satu aliran yang akan menguat pada masa masa mendatang, kelompok yang merasa paling benar sendiri dan senang mengkafirkan siapa saja yang tidak sealiran. Waspadalah terhadap kelompok itu.

Meskipun fenomena ini bukan modus baru, tetapi sinyalemen Dr. Solikh Al-Huda tentang Muhmammadiya FPI (Mufi) suatu fenomena yang selalu ada.  Sudah jamak difahami, bahwa organisasi massa besar seperti NU dan Muhammadiyah pendukungnya bermacam macam aliran termasuk kehadiran FPI di tubuh Muhammadiyah. Secara organisastoris menjadi pengurus Muhammadiya, namun pemikirannya dipengaruhi oleh Habib Rizieq Shihab.

Sholikh mengidentifikasi 3 ciri mufi  yaitu imam, model dakwah dan  metode dakwah.

Mufi lebih bangga dengan model kepemimpinan Imam besar FPI daripada ‘Imam’ Muhammadiyah. Lebih mengikuti seruan Imam Habib Rizieq Shihab daripada arahan Prof. Haedar Nashir. Konsekuensinya mereka sering melawan maklumat atau kebijakan pimpinan pusat Muhammadiyah.

Mufi mengkritik model dakwah Muhammadiyah yang keras pada amar makruf tapi lembek dalam nahi munkar. Apatais dan permisif terhadap kemungkaran yang terjadi di masyarakat. Dalam pandangan mereka seharusnya dakwah Muhammadiyah itu seperti FPI, yang tegas dan berani dalam memerangi kemaksiatan di masyarakat.

Mereka lebih menyukai metode dakwah demonstrasi, aksi kekuatan massa dan sweeping. Mufi mengkritik metode dakwah pembinaan spiritualitas, pemberdayaan ekonomi, filantropi sosial, layanan kesehatan, membangun kesadaran melalui pendidikan, jihad konstitusional dan seruan/dakwah yang solutif.

Secara genealogi keyakinan, FPI mempunyai ideologi Islam transnasional. Dalam bahasa Prof. Ayzumardi, gerakan Islam transnasional menjadikan ‘radikalisme’ keagamaan sebagai basis gerakan. Karena itu radikalisme memiliki potensi menyebar dan meremas secara halus dan samar tanpa diketahui secara pasti oleh kelompok lain, ujar Prof. Masdar Hilmi.

Fenomena Mufi menjelaskan betapa mudahnya Muhammadiyah diinfilitrasi oleh ideologi Islam transnasional karena posisinya sebagai organisasi pembaharu (tajdid). Maka ide  ide baru dan transnasional lebih mudah masuk ke organisasi Muhammadiyah.

Gerakan yang membawa bendera pemurniah (tanzih) lebih mudah mendekat, karena mempunyai persamaan dengan yang dilakukan oleh Muhammadiyah.

Ini bukan yang pertama kali dan mungkin tidak yang terakhir kalinya infiltrasi ideologi transnasional di tubuh organisasi massa. Pun tidak hanya di Muhammadiyah di NU pun usaha usaha seperti ini terjadi, sehingga lahir istilah NU garis lurus, sebagai tandingan lucu lucuan ada NU garis miring, NU peci miring dan NU garis lucu.

Infiltrasi ideologi sosio keagamaan merupakan bentuk perebutan pengaruh antara gerakan gerakan baru terhadap pengaruh organisasi massa yang sudah mapan. Juga upaya merebut dominasi kebenaran ajaran keagamaan. Merasa lebih benar dari NU dan Muhammadiyah. Istilah hijrah digaungkan untuk menegaskan perpindahan dari Islam gelap ke Islam yang terang. Tak heran kemudian yang belum sealiran dengan kelompoknya dianggap belum hijrah, masih dalam kegelapan. Lambat laun yang berbeda dianggap kafir atau sebutan yang lebih kontemporer munafiq. Jangan heran kalau suatu ketika anda berbeda dan tidak sepaham dengan gerakan baru ini, dianggap kafir dan munafiq.

Kesan bahwa Muhammadiyah tidak lagi berwajah tawasuth, moderat, tawazun, karena Mufi menarik simpati banyak pengurus Muhammadiyah. Pengaruh ideologi ini kemudian mengubah dari  komitmen rahmatan lil alamin menjadi radikal, seperti yang ditulis oleh Dr. Sholikh.

Tapi tidak semua gerakan transnasional mempunyai agenda radikal. Pada suatu diskusi Prof Amin Abdullah pernah menegur peserta diskusi yang menggeneralisir transnasional selalu membawa ideologi radikal. Yang berjubah, ishbal, bercadar dan berjenggot panjang bukan berarti global salafisme atau radikal. Yang menentukan radikal tidaknya pada ideologi gerakan, bukan simbol atau cara berpakaian. Contohnya ikhwan akhwat jama’ah tabligh, gerakan internasional dengan cara cara yang moderat.

Sangaji Ternate 
5 Agustus 2020
#87

3 komentar: