Kamis, 07 Mei 2020

Khutbah di Santiong


Di banyak kota, pecinan dengan kauman menyatu, saling sambung, berjejeran. Kampung Cina dan Arab selalu berdampingan. Ciri Kota kota yang berusia lebih dari tiga abad di nusantara. 

Masjid Nurul Iman Santiong, pagi itu meriah. Jalan depan masjid ditutup dari dua arah. Dari arah laut, masjid Mutaqin, pengendara bisa ke ara utara atau selatan Ternate. Dari darat, arah kuburan Cina atau Tabahawa juga ditutup. Kawasan  Santiong, dapat disebut sebagai area Pecinan sampai dengan jalan Tapekong sekitar masjid raya Mutaqin. 

Anak anak terlebih dahulu datang, berpakaian rapi dan wajah sumringah.
Sambil berlari lari mereka menggumamkan takbir. 

Tak lama kemudian datang berduyun duyun gelombang remaja, berkelompok dengan busana muslim warna warni elok rupawan, enak dipandang mata. Tak henti melafalkan takbir, tahlil dan tahmid. Terakhir orang dewasa dan usia lanjut, laki perempuan.  Suara  takbir semakin gegap gemuruh, ujung gemanya sudah mengangkasa. 

Ternate dan Surabaya punya kemiripan. Pecinan di Surabaya berdampingan dengan kampung Arab di antara Jembatan Merah dengan Kawasan makam Sunan Ampel. Pecinan di Ternate juga berdampingan lingkungan kampung Arab. 

Masjid raya Mutaqin berdekatan dengan Klenteng Thian Hou Kiong di jalan Topekong kota Ternate. Klenteng yang sudah berusia, didirikan 1657. Klenteng yang menjadi saksi sejarah Ternate,  bersama 48 orang raja Ternate, 20 orang gubernur Portugis, 53 gubernur VOC. 

Jam sudah menunjuk angka 7.20, imam, muadzin dan bilal bergantian  memimpin pembacaan shalawat, anak anak muda  keliling membawa surban untuk menghimpun amal jamaah idul adha. Sekitar 10 menit kemudian seruan melaksanakan sholat Ied disampaikan, tanpa adzan tanpa iqamat.

Khutbah Ied yang saya bawakan saat itu mengetengahkan tema, Kurban dan Kesalehan Sosial. Idul adha  Jamaahnya membludak,  tiga   kali lebih banyak dibandingkan jumat biasanya.  Tema khutbah  relevan,  dengan kejadian yang baru menimpa masyarakat Maluku Utara, yaitu gempa bumi. 

Kurban bukan semata mendorong kepedulian dan keikhlasan pada sesama, yang lebih penting kepedulian pada yang dilanda musibah dan kaum ardhalun mustadhafin.

Kesalehan sosial sama pentingnya dengan kesalehan personal. Puncak pencapaian ibadah personal adalah kesalehan sosial. Sebagai mahluk sosial, apa senangnya masuk surga sendirian? Persoalan yang dihadapi orang lain adalah ladang amal bagi kita. Puncak kebahagiaan adalah memberi. Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.

Jamaah sholat Iedul adha mendengarkan dengan khidmat. Belum ada jamaah yang meninggalkan tempat duduknya. Jamaah di dalam masjid lebih di dominasi kaum muslimat. Remaja dan kaum muslimin membuat shof di jalan raya. 

Materi khutbah padat dan singkat, tidak sampai 20 menit dari salam mukadimah sampai salam penutup, atas pesanan ta'mir. Biasanya kalau materi khutbah panjang dan lebar, jamaah lebih cepat bubar. Mudah mudahan khutbah yang menenangkan dan menyenangkan.

Imam shalat Ied sengaja didatangkan dari luar. Shalat Ied kali ini dipimpin Ustadz Hasan, alumni Fathani University, Thailand. Bacaannya lantang dengan irama hijaz. Serasa suara Imam Masjidil Kharam, Prof Abdurrahman AsSudais, suara berat  serak serak basah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar