Minggu, 03 Mei 2020

Jembatan

Dermaga pelabuhan, masyarakat menyebutnya jembatan adalah infrastruktur paling penting penghubung dengan dunia luar. 

Bagi masyarakat kepulauan di Maluku Utara jembatan menjadi penghubung daratan dan lautan. Akses yang menghubungkan satu desa dengan desa lainnya, yang menghubungkan desa dengan kota adalah laut. 

Jembatan sama vitalnya dengan fungsi stasiun bagi kereta. Tanpa stasiun barang dan jasa tidak dapat dipindahkan. Tanpa jembatan barang dan jasa tidak dapat bergerak.

Tangkapan nelayan didaratkan terlebih dahulu ke daratan melalui jembatan untuk selanjutnya dikirimkan ke kampung dan kota terdekat untuk dipasarkan. Hasil kebun, kelapa , cengkeh dan pala dipasarkan ke pasar dipindahkan di jembatan, diangkut dengan kapal ke gudang untuk selanjutnya dipasarkan ke pabrik pengolahan.

Anak anak kampung yang studi lanjut harus pergi keluar kampung sejauh minimal 2 jam perjalanan laut. Di sini hanya ada sekolah dasar dan pendidikan pra sekolah. Veri atau kapal tidak setiap hari datang. 

Selepas sekolah dasar wajib hukumnya pergi merantau untuk sekolah atau kuliah. Karenanya banyak anak anak pulau yang mencari orang tua piara di kota kota terdekat, sebab sejak belia mereka sekolah jauh dari kampung halaman. Jembatan pula yang mengantarkan mereka melintas datang pergi dari kapal.

Desa desa di pulau besar atau kecil di propinsi Maluku Utara,  mayoritas berada di garis pantai. Kapal atau perahu sebagai penghubung antar tempat, maka jembatan menjadi penghubung daratan dan kapal. Tidak semua jenis  kapal dapat berlabuh sewaktu waktu, karena ombak dan angin tidak menentu.

Gempa yang berpusat di pelabuhan Babang, pulau Bacan telah menenggelamkan beberapa jembatan atau dermaga desa yang berhadapan langsung dengan episentrum gempa. Desa yang sudah terisolir makin 'tenggelam'. Empat desa yang pernah yang kami datangi, dua desa dermaganya hilang, dua desa sisanya jembatannya miring.

Untuk mengirimkan bantuan ke desa yang tak punya jembatan digunakan perahu pengumpan, yang mengangkut logistik bantuan secara berulang. Perahu kayu, masyarakat menyebutnya bodi. 

Bodi yang mengangkut logistik tidak bermesin, digunakan tambang sebagai titian pemandu dari kapal menuju daratan. Sejak gempa, masyarakat di dua desa yang tidak punya jembatan tidak pernah bepergian ke kota terdekat. Betul betul terisolir. 

Desa desa itu nyaman dan permai, berpasir hitam halus dengan pantai yang landai. Di sepanjang pantainya yang landai nampak berbagai tanaman kebun, kelapa, cengkih dan pala. Kadang kadang terlihat jambu monyet dengan buahnya yang warna warni dari kejauhan. 

Mungkin agak ke dalam hutan akan ditemukan bermacam buah dan bunga, anggrek nampak di kejauhan. Desa desa itu terisolir karena bentang geografisnya terhalang bukit dan ngarai di bagian tengah pulau, sehingga infrastruktur sulit atau terlalu mahal untuk menembusnya.

Tidak terlalu tahu persis jumlahnya, tapi sebagian besar desa desa di Maluku Utara sangat bergantung pada laut sebagai infrastruktur penghubung antar masyarakat. Kapal, perahu dan sejenisnya yang harus diperbanyak dan diperkuat, dengan jembatan atau dermaga sebagai penghubungnya.

Itulah konsekuensi dari negeri bahari, masyarakat maritim, menghadap laut tidak memunggunginya. Menjadikan laut sebagai sumber solusi, bukan sumber masalah.

Dalam program desa atau pemberdayaan masyarakat desa, harusnya  jembatan dan kapal laut   menjadi prioritas utama untuk membangun keterhubungan. Tanpa dua fasilitas itu, maka pembangunan dan perkembangan masyarakat berlangsung lambat, atau berhenti.

2 komentar:

  1. Semoga pemda bisa membangun jembatan yg baru

    BalasHapus
  2. Mudah mudahan jadi perhatian. Juga itu yang Makian luarπŸ‘πŸ¬πŸŸπŸ³πŸ§

    BalasHapus