Sabtu, 02 Mei 2020

Asa Sanana

Malam masih lelap, jam menunjukkan pukul dua waktu Ternate. Udara dingin masih memeluk erat. Berat rasanya, subuh masih 3 jam lagi. Tapi jam lima sudah harus di bandara Babullah, penerbangan ke Sanana. Harus betul betul bangun, tidak boleh ketiduran. Tidak boleh terlambat. Untuk dapat tiket pesawat 2 minggu lagi, tiket kapal nunggu 5 hari lagi.

Untuk mengusir kantuk dan dingin, sebaiknya diisi dengan kerja. Masih ada beberapa materi presentasi workshop yg harus diperbaiki. Mcbook juga harus diselaraskan dengan infocus. Konektor yang tersedia tidak kompetibel. Perlu rencana cadangan,  presentasi dengan flasdisk dan laptop lain.

Jam lima, kicau burung mulai terdengar, tidak ada tanda tanda mau hujan seperti subuh subuh sebelumnya.  Sayup sayup alunan mangaji terdengar dari Masjid Al Awwabin, kelurahan Sangaji. Mata semakin awas dan terjaga. Secangkir kopi, semerbak aromanya, memberi energi ekstra di pagi buta. Segera bersimpuh berdoa pada yang kuasa, semoga sampai tujuan dengan selamat.

Lewat 30 menit, segera cari ojek. Pangkalan ojek depan rumah masih gelap, pertanda belum ada aktivitas abang ojek. Azan subuh belum lama berselang, segera kuraih gadget, pesan ojek online. Alhamdulillah langsung dapat driver, pengalaman pertama pesan ojol di Ternate.

Tidak terlalu sulit rupanya, abang ojol sudah siaga di lampu merah Sikko. Karena pagi masih gelap, langit cerah, lima menit kami sampai  Bandara Baabullah.

Koridor masih sepi, mobil masih satu dua masuk. Terlihat pintu keberangkatan sudah berpenjaga, pertanda sudah ada layanan boarding. Pesawat yang sedianya berangkat jam enam berangkat lebih lambat 1 jam. Tidak seperti Susi Air berpenumpang 9 yang sebelum penumpang dan barangnya harus ditimbang, Trigana Air berpenumpang lebih banyak, sekira 60 penumpang.

Singkat cerita pesawat terbang dan mendarat dengan selamat di Bandara Sanana. Tidak ada turbulensi, waktu melintas di atas pulau Mangoli. Bandara kondisinya sudah jauh lebih bagus, dibandingkan 2 tahun lampau saat kami mendarat dg Susi Air. Meskipun masih ada beberapa sapi yang merumput. Padang rumput yang jadi landas pacu, atau mendarat di padang rumput?

Alhamdulillah penjemput sudah siap. Segera kami meluncur ke Green Sula Hotel, lanjut menuju workshop penelitian dan publikasi ilmiah.

Worksop ini digagas oleh teman teman STAI Babussalam Sula. Pesertanya dosen dosen muda yang sedang bersemangat  meneliti. Meskipun STAI baru berusia 9 tahun dan berada di pulau yang jauh dari Ternate, namun perkembangannya sangat pesat. Faktor sumberdaya manusia yang punya motivasi tinggi untuk maju, membuat mereka tidak menyerah dengan keterbatasan.

Workshop ditujukan untuk membangun kapasitas dosen supaya punya kemampuan meneliti, sehingga pengembangan keilmuan di perguruan tinggi makin baik. Kami selenggarakan workshop di laboratarium SMKN Sanana, karena proses workshop memerlukan jaringan internet yang baik. Meskipun pulau Sula miskin infrastruktur, tapi tidak menghalangi kami membangun SDM  terbaik, demikian tekat para peserta.

Hari pertama workshop hari jum'at, kegiatan dimulai jam 8.30 berakhir jam 11.30. Peserta antusias, dari 23 peserta yang punya NID peneliti baru 5, sehingga semua berharap ber NID. Dengan kepemilikan nomor ID peneliti, diharapkan dapat mengakses ke hibah penelitian  yang disediakan kementerian agama.

Persoalan utama yg didiskusikan dalam sesi pertama adalah rancangan proposal dan merubah paradigma menulis. Memecahkan problem kemiripan tulisan dan tantangan melawan budaya plagiarisme. Kalau ingin membangun kemampuan menyusun proposal yang baik, harus dimulai dari cara menulis yang baik. 

Pharaphrase hanya menyelesaikan persoalan jangka pendek, tidak mampu merubah secara mendasar. Bila menulis dimulai dari kerangka besar dari renungan tentang apa yang mau kita kaji dan kita uji, maka penelitian punya memanfaat pencarian yang hakiki, meneliti.

Melimpahnya sumberdaya alam acapkali membuat terlena. Tidak sadar bahwa tantangan global datang lebih cepat dari yang diperkirakan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar