Sabtu, 30 Mei 2020
MONDOK
Di laman media sosial bertabur aneka cerita. Kisah para orang tua santri mengirim, mudhif dan menjemput anak ke pondok pesantren. Ada banyak kesan, ada haru baru juga lucu, kadang menyentuh, tak sedikit yang gembira dan bahagia. Kisah yang tidak kita dapatkan pada zaman sebelum era madia sosial.
Mengirim anak ke pondok trend yg keren. Mondok itu tujuannya bukan supaya bisa bahasa Arab, bukan supaya pergaulannya internasional, bukan supaya masuk UIN, IAIN, , bukan supaya bisa kuliah di Mesir, Madinah, Turki, Rusia, Amerika, UGM, UI, bukan supaya jadi tentara, bukan supaya hafal al -Qur'an, bukan supaya bisa baca kitab kuning, dan yang bukan bukan lainnya. Itu semua hanya bonus. Yang paling penting memberikan fondasi agama yang kuat, yang lurus. Sehingga taqwa, sholeh, ikhsan, toleran, bermanfaat bagi sesama.
Kalangan menengah muslim, setidaknya teman teman saya di media sosial, menjadikan pondok pesantren sebagai tujuan mengirim putra putrinya. Ada beragam alasan, tapi terdapat kesamaan tujuan yaitu memberikan fondasi agama yang kuat untuk putra putrinya supaya siap menyongsong perubahan zaman.
Pondok pesantren telah mengalami kemajuan pesat dalam hal fasilitas dan manajemen kelembagaan. Lembaga pendidikan dapat disebut sebagai pondok pesantren apabila terdapat kyai, santri, masjid dan pondok atau asrama. Para ahli membagi tipe pondok pesantren dalam 4 model yaitu, salafi, khalafi, kilat dan terintegrasi.
Pesantren memiliki banya keunikan dan kelebihan sebagai lembaga pendidikan. Pertama, coraknya yang tradisional sehingga interaksi santri dan kyai lebih intensif, relasi dua arah tercipta secara alamiah. Kedua, proses pendidikan dilakukan secara demokratis karena santri dan kyai bekerjasama memecahkan problem non kurikuler bersama sama. Ketiga, sistem pondok pesantren mengandalkan kerjasama, kemandirian, kesederhanaan, idealisme, persaudaraan dan keberanian hidup.
Tantangan mengirim anak ke pondok tidak ringan. Baik dari sisi anak maupun orang tua. Anak dituntut mampu mandiri, membangun kecerdasan sosial, menata waktu, mengikuti aktivitas pendidikan mulai dini hari sampai dengan larut malam. Orang tua kerap tidak tega menyaksikan buah hati, yang harus berjibaku mengurus dirinya sendiri. Tak jarang derai air mata saat melepas dan berjumpa. Sebagian besar pesantren menutup komunikasi dengan dunia luar melalui gawai. Seringkali kerinduan orang tua jauh lebih besar dari yang dirasakan anak anaknya. Mendengar suaranya serasa sangat bahagia.
Orang tua zaman dulu mungkin lebih kuat, lebih tabah. Melepas anaknya di pesantren sampai puluhan tahun. Tidak diperbolehkan pulang sampai diijinkan kyai pulang. Abah saya yang mondok di pesantren Langitan di tahun 1940 sampai kurus dan tersuruk di makam makam Auliya'. Kyai sudah mengijinkan pulang, tapi santri merasa belum cukup berkhidmat di Pondok.
Ahirnya kakek datang dari Gresik, naik sepeda angin sejauh 80 km zaman belanda masih berkuasa, jalan Dendles masih lengang. Tidak memanggilnya pulang, tapi memberi bekal modal dagang. Lanjutkan pilihan hidupnya, kakek sudah merelakan melepas dengan ikhlas segala pilihan khidmahnya. Selanjutnya Abah mengajar kitab fiqh dan tasawuf dari kampung ke kampung, masjid ke masjid, sepanjang sisa hidupnya. Tidak sempat mendirikan pesantren, tapi banyak yang mengaku pernah menjadi santri dan muridnya.
Anak saya juga anak pesantren. Sudah menamatkan kuliyatul mualimin 6 tahun, sekarang berkhidmat di pesantren, rencananya 1 tahun. Walaupun model pesantrennya berbeda dengan kakeknya, tapi terasa langkah langkahnya seperti kakeknya. Apakah saya dapat ikhlas seperti kakek buyutnya?
ANGGARAN PENDIDIKAN
Dalam 4 tahun terakhir total anggaran tertinggi Indonesia bukan untuk pendidikan tetapi untuk pertahanan dan keamanan. Tiga besar APBN Pertahanan 448 triliun, infrastruktur 444 triliun, kepolisian 344 triliun. Anggaran Ristek 164 triliun dan pendidikan kebudayaan 152 triliun, jika ditotalkan 316 triliun.
Anggaran pendidikan berada di peringkat ke 8 dan 11. Jika kita amati postur anggaran yang demikian, pendidikan tidak dianggap penting. Padahal tuntutan perbaikan kualitas pendidikan disuarakan dari mana mana. Meskipun anggaran besar tidak dengan sendirinya menyelesaikan problem pendidikan, tapi dengan anggaran peringkat ke 8 dan ke 12, menunjukkan bagaimana visi pemerintahan terhadap perbaikan sumber daya manusia.
Yang cukup menggelikan adalah besarnya anggaran pertahanan keamanan, yang totalnya 892 triliun dalam 4 tahun. Apakah negara ini dalam bahaya pertahanan dan keamanan yang menghawatirkan? Sehingga bahayanya mengalahkan persoalan lost generation. Bonus demografi tidak dimanfaatkan pemerintah membangun SDM yang handal di masa depan.
32 tahun masa orde baru berkuasa militer sepenuhnya menguasai seluruh sektor kehidupan, demokrasi tiarap, kebebasan berpendapat terkekang, supremasi militer atas sipil luar biasa. Apabila pada masa masa itu anggaran militer besar mungkin dapat diterima, karena hegemoni anggaran sepenuhnya berada di tangan militer.
Tetapi 4 tahun terakhir kendali pemerintahan di tangan sipil, tetapi mengapa anggaran pertahanan keamanan lebih prioritas dibandingkan dengan pendidikan.
Apakah itu pertanda bahwa pemerintahan sipil kita dikuasai dan dikendalikan kekuatan polisi dan militer? Demokrasi yang kita nikmati masih berhenti pada demokrasi prosedural belum masuk kepada demokrasi substansial.
Negara negara maju yang dulunya lemah seperti Jepang dan Korea Selatan, memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia, melalui pendidikan. Celakanya negara kita, tidak belajar dari pengalaman keberhasilan negara lain.
Apakah anggaran pendidikan juga berada di pos anggaran kementerian agama? Mari kita lihat. Anggaran agama sebesar 250 triliun. Kementerian agama mengurusi segala urusan, segala agama dan segala pendidikan. Pendidikan Islam berada dalam satu direktorat jenderal. Direktorat pendidikan Islam mengurus mulai dari busthanul athfal, madarasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah dan PTK. Padahal di bawahnya ada pesantren yang jumlah puluhan ribu dengan santri jutaan, kurang mendapat anggaran pemerintah. Sekolah madrasah swasta dan madrasah diniyah juga berada di bawa direktorat jenderal ini, juga tidak mendapat perhatian yang sama.
Jika melihat postur anggaran APBN tersebut, mayoritas pendidikan di Indonesia ditangani oleh swasta, anggarannya dari masyarakat bukan dari negara. Jadi negara ini mau melangkah ke mana, lihatlah kecenderungan anggarannya. Indonesia, terutama pemerintah tahu persis masalah utama kita adalah sumber daya manusia, dan pendidikan adalah solusinya. Tapi dengan sengaja memprioritaskan anggarannya pada anggaran pertahanan dan keamanan, bukan pendidikan. Ada apa?
Joko sembung naik becak
Gak nyambung cak.
Anggaran pendidikan berada di peringkat ke 8 dan 11. Jika kita amati postur anggaran yang demikian, pendidikan tidak dianggap penting. Padahal tuntutan perbaikan kualitas pendidikan disuarakan dari mana mana. Meskipun anggaran besar tidak dengan sendirinya menyelesaikan problem pendidikan, tapi dengan anggaran peringkat ke 8 dan ke 12, menunjukkan bagaimana visi pemerintahan terhadap perbaikan sumber daya manusia.
Yang cukup menggelikan adalah besarnya anggaran pertahanan keamanan, yang totalnya 892 triliun dalam 4 tahun. Apakah negara ini dalam bahaya pertahanan dan keamanan yang menghawatirkan? Sehingga bahayanya mengalahkan persoalan lost generation. Bonus demografi tidak dimanfaatkan pemerintah membangun SDM yang handal di masa depan.
32 tahun masa orde baru berkuasa militer sepenuhnya menguasai seluruh sektor kehidupan, demokrasi tiarap, kebebasan berpendapat terkekang, supremasi militer atas sipil luar biasa. Apabila pada masa masa itu anggaran militer besar mungkin dapat diterima, karena hegemoni anggaran sepenuhnya berada di tangan militer.
Tetapi 4 tahun terakhir kendali pemerintahan di tangan sipil, tetapi mengapa anggaran pertahanan keamanan lebih prioritas dibandingkan dengan pendidikan.
Apakah itu pertanda bahwa pemerintahan sipil kita dikuasai dan dikendalikan kekuatan polisi dan militer? Demokrasi yang kita nikmati masih berhenti pada demokrasi prosedural belum masuk kepada demokrasi substansial.
Negara negara maju yang dulunya lemah seperti Jepang dan Korea Selatan, memprioritaskan pembangunan sumber daya manusia, melalui pendidikan. Celakanya negara kita, tidak belajar dari pengalaman keberhasilan negara lain.
Apakah anggaran pendidikan juga berada di pos anggaran kementerian agama? Mari kita lihat. Anggaran agama sebesar 250 triliun. Kementerian agama mengurusi segala urusan, segala agama dan segala pendidikan. Pendidikan Islam berada dalam satu direktorat jenderal. Direktorat pendidikan Islam mengurus mulai dari busthanul athfal, madarasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, madrasah aliyah dan PTK. Padahal di bawahnya ada pesantren yang jumlah puluhan ribu dengan santri jutaan, kurang mendapat anggaran pemerintah. Sekolah madrasah swasta dan madrasah diniyah juga berada di bawa direktorat jenderal ini, juga tidak mendapat perhatian yang sama.
Jika melihat postur anggaran APBN tersebut, mayoritas pendidikan di Indonesia ditangani oleh swasta, anggarannya dari masyarakat bukan dari negara. Jadi negara ini mau melangkah ke mana, lihatlah kecenderungan anggarannya. Indonesia, terutama pemerintah tahu persis masalah utama kita adalah sumber daya manusia, dan pendidikan adalah solusinya. Tapi dengan sengaja memprioritaskan anggarannya pada anggaran pertahanan dan keamanan, bukan pendidikan. Ada apa?
Joko sembung naik becak
Gak nyambung cak.
SISTEM EKONOMI ISLAM
Banyak sekali definisi sistem ekonomi. Saya menggunakan pendekatan pemahaman sistem ekonomi dengan cara yang sederhana. Sistem ekonomi adalah cara yang dipilih oleh suatu negara untuk mencapai kemakmuran atau kesejahteraan.
Negara kapitalis seperti Amerika, mengandaikan cara mensejahterakan masyarakatnya dengan memberikan kebebasan penuh kepada individu untuk kaya, untuk sejahtera, peran negara minimalis. Sebaliknya negara komunis dengan sistem ekonomi sosialis seperti Tiongkok, mengandaikan cara mensejahterakan masyarakat adalah negara mengatur semua perekonomian rakyatnya, peran individu sangat minimalis.
Sistem ekonomi Islam menganjurkan kesejahteraan masyarakat hanya dapat dicapai jika berpedoman pada sumber hukum Islam. Kesejahteraan hanya bisa dicapai bila ekonomi dijalankan dengan prinsip prinsip syariah. Karena ekonomi merupakan bagian dari prinsip muamalah, kebalikan dari prinsip ibadah. Ketentuan aktifitas muamalah adalah semua inovasi dapat dilakukan sejauh tidak melanggar apa yang dilarang atau diharamkan. Bagaimana peran individu dan negara dalam sistem ekonomi Islam?
Islam memberikan kebebasan kepada individu untuk meraih kekayaan secara bebas asal tidak melanggar yang diharamkan. Negara juga punya peran memberikan perlindungan terhadap warga negara yang lemah. Kepemilikan juga dibedakan menjadi tiga kepemilikan, yaitu milik individu, milik publik dan milik negara. Ada mekanisme agama untuk menjaga agar kesenjangan bisa dijembatani, misalnya peran zakat, infaq, sadaqah dan wakaf sebagai mekanisme pemerataan kesejahteraan. Negara berperan di aspek ini.
Jadi ketiga sistem ekonomi punya tujuan yang sama yaitu bagaimana caranya membuat masyarakatnya sejahtera. Secara ideologis, ketiganya bersumber dari tafsir agama. Kapitalisme lahir dari etika protestan, calvinisme, kamu harus kaya agar bisa masuk surga, bekerja keras, menabung dan mengembangkan secara disiplin. Sosialisme lahir sebagai bentuk perlawanan, antitesa dari kapitalisme. Kapitalisme dianggap sudah mendominasi dan mengesploitasi, yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin. Harus ada persamaan dan pemerataan, negara yang dapat menciptakan upaya itu. Ekonomi Islam sudah jelas, menggali ekonomi dari prinsip prinsip ajaran Islam.
Ekonomi kapitalis didirikan oleh Adam Smith pada tahun 1776 dan gagasanya disempurnakan oleh David Ricardo, M. Keynes dll. Melalui The Wealth of Nations, Smith menawarkan cara menciptakan kekayaan dan kesejahteraan. Namun gagasan itu ditentang oleh Karl Marx dan Hegel dengan menawarkan Sosialisme. Kritik Marx berjudul Das Kapital, menghabisi kapitalisme yang penuh kelemahan, dengan menawarkan solusi sosialisme.
Ekonomi Islam sebagai konsep ekonomi modern hadir pada saat pertarungan dua ideologi ekonomi mulai mereda. Negara negara komunis bertumbangan, dimulai dari rintuhnya tembok berlin, pecahnya uni sofiet, kapitalisme Tiongkok, terbukanya Kuba dan yang terakhir fenomena Korea Utara. Ekonomi Islam diharapkan sebagai ekonomi alternatif, jalan ketiga menuju kesejahteraan.
Pertarungan ideologi ekonomi tidak sesengit ideologi politik. Silaturrahmi gagasan antara ideologi biasa terjadi. Bank misalnya, sebagai lembaga perekonomian yang sangat kafir, dapat diislamkan dengan cara lembut, lahirlah bank syariah. Karena itu kemudian ada kritik, bahwa bank syariah adalah kapitalisme dalam Islam. Lembaga Amil Zakat atau organisasi pengelola zakat, sebagai manivestasi dari rukun Islam yang ketiga, dicopy paste di negara negara kapitalis sebagai lembaga vilantropi, tentu ada modivikasi sesuai kebutuhan.
Sebagai kelanjutan dari silaturrahmi ideologi ekonomi banyak negara yang sistem ekonominya mix, campuran. Tiongkok misalnya menjalankan sistem ekonomi kapitalisme dan sisialisme bersamaan, dan size perekonomiaannya masuk 2 besar dunia bersaing ketat dengan Amerika. Negara Prancis ideologi ekonominya kapitalis, tetapi sambil mengadopsi gagasan sosialisme dengan menetapkan pajak sangat tinggi untuk mendorong pemerataan.
Indonesia adalah negara dengan sistem ekonomi paling ngemix, campur campurnya banyak dan kadang tidak jelas. UUD 45 mencerminkan ekonomi sosialis, pasal 33 dan seterusnya. Dalam sistem ekonomi Pancasila, nilai nilai agama menjiwai perekonomian. Dalam praktik dan perundang undangan ekonomi jelas sangat liberal dan kapitalisme. Dalam lingkup moneter dan keuangan menggunakan dual sistem, bank kafir dan bank Islam jalan sama sama, atau sama sama jalan.
Jumat, 29 Mei 2020
MBAH MOEN SAREH DI MA'LA
Mbah Moen dan Ma'la adalah dua keistimewaan yang berjumpa dan menyatu. Mbah Moen merupakan ulama kharismatik yang istimewa, lahir di Indonesia, wafat di Saudi Arabia. Ma'la adalah tempat yang spesial, makam istimewa tempat peristirahatan terakhir keluarga nabi.
Orang jawa menyebut makam atau pekuburan sebagai pesarean, umumnya dipilih di tempat yang tinggi, seringkali disebut astana hinggil, istana di ketinggian. Orang yang sudah wafat dianggap sareh, tidur atau istirahat, makanya dipilih tempat yang teduh, rimbun di ketinggian, sunyi dan tenang. Yang menghuni istirahat dengan tenang , yang berziarahpun damai.
Jamaah tarekat Naqsabandiyah menyebut mursid yang sudah wafat dengan sebutan berlindung. Sebagai muslim kita percaya, mereka berada di alam barzakh, perjalanan menuju ke alam akhirat. Pemakaman mursid dan kyai kyai Tarekat At Tijani di Surabaya juga dimakamkan di perbukitan Gununganyar. Makam Sunan Giri juga berada di ketinggian, di perbukitan Giri Kedaton. Makam Sunan Muria berada di ketinggian Gunung Muria. Bahkan makam sultan sultan Ternate juga berada di ketinggian, desa Foramadiahi, lereng gunung Gamalama.
Pemakaman Ma'la atau lengkapnya, Maqbarah Jannatul Ma'la, merupakan kuburan umum bagi masyarakat setempat ataupun jemaah haji yang wafat di daerah Makkah. Ma'la sudah ada sejak zaman Arab Jahiliyah. Ma'la berarti tanah yang lebih tinggi. Letaknya memang agak tinggi berada di kaki bukit Hujun.
Dari keluarga Nabi yang dimakamkan di Ma'la terdapat : Khadijah binti Khuwailid ( istri Nabi), Abu Thalib (paman Nabi), Syaibah bin Hasyim, Abdullah bin Abdul Muththalib (ayah Nabi), Abdu Manaf bin Qushay, Qasim bin Muhammad (putra Nabi), Sufyan bin Uyainah.
Selain Mbah Moen (2019) dan gurunya Syaikh Yasin Padang (1990) , terdapat sejumlah ulama nusantara yang dimakamkan di Ma'la, diantaranya: Syaikh Ahmad Khatib Sambas (wafat tahun 1875), Syaikh Nawawi Banten (1897) Syaikh Junaid Betawi (akhir abad 19 M) Syaikh Abdul Haq Banten (1903) Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau (1916) Syaikh Abdul Hamid Kudus (1916), Syaikh Mahfuzh Tremas (1920) Syaikh Mukhtar Bogor (1930) Syaikh Umar Sumbawa (1930-an) dan Syaikh Abdul Qadir Mandailing (1956).
Kyai Maemoen Zubair, kerap dipanggil mbah Moen. Semasa hidupnya adalah ulama kharismatik, Gusdur sering menggunakan istilah panggilan Kyai Khos. Mbah Moen dapat dibilang sebagai Habib atau Sayyid, sebab nasabnya sampai ke Rasulullah Saw. Datuknya nun jauh di sana dimakamkan di Madinah, keturunannya yang mulia menghendaki meninggal hari Selasa pada musim haji dan berwasiat untuk dimakamkan di Ma'la. Semua yang diharapkan dikabulkan oleh Allah Swt. kekasihnya. Kehendaknya yang kuat tidak hanya dimohonkan dalam do'a, tetapi juga diihtiarkan. Mbah Moen nyaris setiap tahun berangkat haji dengan alasan dan dalih apapun. Sampai harus menyaru sebagai pelayan rumah makan saat diinterogasi askari di Arab Saudi.
Saat mbah Moen wafat, pemerintah Kerajaan Arab Saudi (KSA), memberikan visa khusus, imunitas kepada 8 putra mbah Moen. Visa di musim haji tidak bisa diterbitkan sembarangan, karena dalam manajemen haji pemerintah KSA menetapkan kuota. Warga negara Asing juga tidak bisa sembarangan dimakamkan di Ma'la, pengaruh dan kharisma Allahuyarham serta upaya gigih pemerintah Indonesia melalui dubes Agus Maftuh Abugibrail, membuahkan hasil persetujuan pemerintah KSA.
ORGANISASI PROFESI EKONOMI SYARIAH INDONESIA
Berkembangnya ekonomi syariah di Indonesia, memasuki fase yang menggembirakan. Untuk memperkuat praktik keuangan syariah dan ekonomi syariah, maka hal paling penting adalah tersedianya sumber daya insani yang handal dan profesional.
Munculnya organisasi profesi syariah adalah sebuah indikasi kabar baik.
Yang paling awal lahir MES, Masyarakat Ekonomi Syariah. Organisasi profesi ini berisi praktisi dan akademisi ekonomi syariah. Karena itu MES berkembang pesat baik di dalam maupun di luar kampus. Selanjutnya adalah IAEI, Ikatan Ahli Ekonomi Islam. IAEI berisi para akademisi di kampus kampus yang mengembangkan studi ekonomi syariah. Selain itu juga ada ESEI, Ekatan Sarjana Ekonomi Islam. Organisasi profesi ini ibarat yuniornya IAEI.
Khusus IAEI nyaris ketua umumnya selalu menteri keuangan. Jika pada dua periode sebelumnya ketua IAEI adalah Bambang Brojonegoro, maka pada periode keempat ini kemungkinan akan dipegang oleh menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati. Hijrahnya pelaku ekonomi konvensional ke ekonomi syariah diantaranya dapat kita catat Bambang Brojonegoro, Anggito Abimanyu dan Sri Mulyani. Merupakan berita baik, karena para ekonom itu merupakan ekonom yang sudah kaliber internasional. Darah segar untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi Islam di Indonesia.
Khusus IAEI. Organisasi ini dilahirkan oleh akademisi, terutama dosen dosen ekonomi syariah. Karena sektor ekonomi syariah yang berkembang di tahap awal adalah keuangan syariah, maka anggota IAEI awal yang terbanyak adalah akademisi keuangan syariah. IAEI dideklarasikan di Universitas Indonesia pada 3 Maret 2004. Pada usia 15 Tahun, IAEI berganti nahkoda, dari Bambang Brojonegoro menteri BPN, kepada Sri Mulyani Indrawati, menteri keuangan dan mantan managing direktur Bank Dunia.
Bambang Brojonegoro dalam 2 periode kepemimpinannya mampu menarik ekonom ekonom konvensional masuk dalam gerbong ekonomi Islam. Selain meluasnya pangsa pasar keuangan syariah dan ekonomi syariah, ekonom syariah pun turut melebar. Kabar baik bagi masa depan ekonomi syariah di Indonesia.
Sesuai dengan perkiraan saya sebelum pemilihan presiden tahun 2019. Masuknya wakil presiden terpilih Kyai Ma'ruf Amin sebagai orang kedua di Republik ini, akan memperkuat posisi ekonomi syariah. Kesediaan SMI menjadi ketua IAEI adalah salah satu ihtiar Kyai Ma'ruf memperkuat ekonomi syariah di Indonesia. SMI dikenal ekonom neo liberal. Masuknya SMI ke dalam IAEI sangat dihawatirkan banyak kalangan. Ekonomi syariah anti riba, sementara SMI dengan bank dunia, adalah dedengkot riba.
Tapi kehawatiran itu dapat ditepis dengan pernyataan dan visi SMI dalam kepemimpinan IAEI kedepan. SMI mempunyai pemahaman ekonomi syariah yang cukup baik, ia bahkan sudah memasukkan prinsip prinsip syariah dalam policy dan kebijakan serta implementasi ekonomi syariah pada departemen keuangan. Ia menggaris bawahi prinsip utama keadilan dalam ekonomi syariah sangat dibutuhkan Indonesia. Posisinya sebagai menteri keuangan akan memudahkan terlaksananya praktik ekonomi syariah dalam sistem ekonomi Indonesia.
SMI mempunyai visi membawa ekonomi syariah tidak hanya di sektor moneter saja, tetapi ekonomi syariah sudah seharusnya memasuki sektor riel. Punya dampak terhadap pengentasan kemiskinan, penciptaan kesejahtreraan, produktifitas sektor produksi, berkembangnya indsutri halal peningkatan UMKM dan seterusnya.
SMI juga mengusahakan sumber daya insani ekonomi syariah dapat berkiprah di dunia internasional misalnya di Islamic Development Bank dan lembaga kerjasama ekonomi internasional lainnya. Sehingga ekonomi syariah memainkan peran yang lebih penting di dunia internasional. Karenanya kerjasama internasional dan peningkatan SDM IAEI akan menjadi concern SMI.
Munculnya organisasi profesi syariah adalah sebuah indikasi kabar baik.
Yang paling awal lahir MES, Masyarakat Ekonomi Syariah. Organisasi profesi ini berisi praktisi dan akademisi ekonomi syariah. Karena itu MES berkembang pesat baik di dalam maupun di luar kampus. Selanjutnya adalah IAEI, Ikatan Ahli Ekonomi Islam. IAEI berisi para akademisi di kampus kampus yang mengembangkan studi ekonomi syariah. Selain itu juga ada ESEI, Ekatan Sarjana Ekonomi Islam. Organisasi profesi ini ibarat yuniornya IAEI.
Khusus IAEI nyaris ketua umumnya selalu menteri keuangan. Jika pada dua periode sebelumnya ketua IAEI adalah Bambang Brojonegoro, maka pada periode keempat ini kemungkinan akan dipegang oleh menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati. Hijrahnya pelaku ekonomi konvensional ke ekonomi syariah diantaranya dapat kita catat Bambang Brojonegoro, Anggito Abimanyu dan Sri Mulyani. Merupakan berita baik, karena para ekonom itu merupakan ekonom yang sudah kaliber internasional. Darah segar untuk mengakselerasi perkembangan ekonomi Islam di Indonesia.
Khusus IAEI. Organisasi ini dilahirkan oleh akademisi, terutama dosen dosen ekonomi syariah. Karena sektor ekonomi syariah yang berkembang di tahap awal adalah keuangan syariah, maka anggota IAEI awal yang terbanyak adalah akademisi keuangan syariah. IAEI dideklarasikan di Universitas Indonesia pada 3 Maret 2004. Pada usia 15 Tahun, IAEI berganti nahkoda, dari Bambang Brojonegoro menteri BPN, kepada Sri Mulyani Indrawati, menteri keuangan dan mantan managing direktur Bank Dunia.
Bambang Brojonegoro dalam 2 periode kepemimpinannya mampu menarik ekonom ekonom konvensional masuk dalam gerbong ekonomi Islam. Selain meluasnya pangsa pasar keuangan syariah dan ekonomi syariah, ekonom syariah pun turut melebar. Kabar baik bagi masa depan ekonomi syariah di Indonesia.
Sesuai dengan perkiraan saya sebelum pemilihan presiden tahun 2019. Masuknya wakil presiden terpilih Kyai Ma'ruf Amin sebagai orang kedua di Republik ini, akan memperkuat posisi ekonomi syariah. Kesediaan SMI menjadi ketua IAEI adalah salah satu ihtiar Kyai Ma'ruf memperkuat ekonomi syariah di Indonesia. SMI dikenal ekonom neo liberal. Masuknya SMI ke dalam IAEI sangat dihawatirkan banyak kalangan. Ekonomi syariah anti riba, sementara SMI dengan bank dunia, adalah dedengkot riba.
Tapi kehawatiran itu dapat ditepis dengan pernyataan dan visi SMI dalam kepemimpinan IAEI kedepan. SMI mempunyai pemahaman ekonomi syariah yang cukup baik, ia bahkan sudah memasukkan prinsip prinsip syariah dalam policy dan kebijakan serta implementasi ekonomi syariah pada departemen keuangan. Ia menggaris bawahi prinsip utama keadilan dalam ekonomi syariah sangat dibutuhkan Indonesia. Posisinya sebagai menteri keuangan akan memudahkan terlaksananya praktik ekonomi syariah dalam sistem ekonomi Indonesia.
SMI mempunyai visi membawa ekonomi syariah tidak hanya di sektor moneter saja, tetapi ekonomi syariah sudah seharusnya memasuki sektor riel. Punya dampak terhadap pengentasan kemiskinan, penciptaan kesejahtreraan, produktifitas sektor produksi, berkembangnya indsutri halal peningkatan UMKM dan seterusnya.
SMI juga mengusahakan sumber daya insani ekonomi syariah dapat berkiprah di dunia internasional misalnya di Islamic Development Bank dan lembaga kerjasama ekonomi internasional lainnya. Sehingga ekonomi syariah memainkan peran yang lebih penting di dunia internasional. Karenanya kerjasama internasional dan peningkatan SDM IAEI akan menjadi concern SMI.
IDEOLOGI NOVEL BUMI MANUSIA
Pernah membaca buku Bumi Manusia? Saya pernah membacanya, sekali saja. Waktu S2 di UINSA, di tahun 2006. Saya berharap dapat beroleh sesuatu, tapi kesan saya biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Mungkin itu ketebatasan saya. Ketertarikan saya terhadap buku buku Pramoedya Ananta Toer, karena sangat dilarang di masa orde baru, sebab alirannya kiri. Das Kapital yang terjemahan, karya Karl Marx, juga sangat kiri, saya pun pernah membacanya, saya tidak dapat apa apa, mbulet tidak ada kesan.
Bumi manusia telah diangkat ke layar lebar oleh sutradara tenar Hanung Bramantyo. Kita tentu tahu siapa di balik karya novel ini. Novel bumi manusia ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, pendekar Lekra saat dipenjara di pulau Buru. Sebagai penulis yang beberapa kali masuk dalam nominasi penerima penghargaan nobel di bidang sastra, ia punya sikap tersendiri tentang menuIis dan hasil tulisannya sebagaimana diceritakan Hanung.
Dengan modal nekad saya naik motor pergi ke rumah Pramoedya di Bojong Gede. Saya bermaksud untuk memfilmkan kisah Nyai dengan dalih untuk keperluan Pendidikan dan kebudayaan. Berharap sosok Pramoedya yang saya kenal sebagai manusia idealis, berbudaya, layaknya kawan-kawan seniman senior di Yogyakarta, dengan mudah memberikan ijin kepada saya dengan terbuka. Tapi beliau dengan tegas mengatakan : “Maaf sekali, bung. Tidak semudah itu. Asal bung tahu, Bumi Manusia itu sudah ditawar oleh Sutradara Hollywood (Oliver Stone) sebesar 60 ribu dolar dan saya bahkan belum memberikan. Sorry kalau saya terlihat seperti tidak mendukung kemajuan anak muda. Tapi inilah hidup saya. Saya hanya bisa menulis. Tulisan-tulisan saya adalah anak-anak Rohani saya yang harus bisa menghidupi keluarga saya baik secara materi maupun Non-Materi.
Mungkin sebagian kita punya penilaian yang sama dengan Hanung terhadap sosok Pram yang sosialis. Ternyata dalam kekomunisannya dia juga kapitalis. Karya tulis dan penulis seringkali punya hubungan unik dan tidak selalu linier. Hubungan karya tulis dan penulis bersifat kompleks. Sebagai pembaca, terlebih lagi penikmat sebuah karya sastra dan pengagum tentu ada rasa kecewa. Benci tapi rindu.
Sejak saat itulah saya mulai mengubur keinginan memfilmkan Bumi Manusia. Saya tinggalkan Minke, Annelies, Nyai Ontosoroh, Darsam, Khomers, Maghda Peters, si pengecut Suurhoff, si bangsat Herman dan Robert Mellema jauh dari imajinasi saya. Saya mulai berkelana dengan film-film saya sendiri, mengadopsi prinsip kreatif yang dikatakan Bung Pram. Karya saya adalah anak-anak rohani saya yang akan menghidupi saya dan keluarga saya.
Bumi manusia bukan novel biasa. Walaupun bahasanya sederhana, bahasa sehari hari dalam masyarakat yang diserap kejeniusan Pram, dituangkan dalam karya sastra. Pram hidupnya sederhana, tapi cara berpikirnya rumit, ramuan tulisannya canggih. Pram mengusung ideologi yang dikemas halus dalam karya sastranya, sehingga tidak kentara. Pram dedengkot ideolog sosialis dan komunis yang kerap berpolemik dengan kelompok islamis pada masa nasakom, orde lama.
Novel bumi manusia memuat pesan perlawanan diskriminasi dari bangsa negeri terjajah. Tokoh utama dalam novel, minke adalah representasi gagasan Pram. Penelusuran Hanung tentang sosok Minke yang diciptakan Pram. Dalam pengakuan Pram disebuah interview, dia mengatakan bahwa Minke adalah Tirto Adhi Suryo. Tapi dia juga mengatakan dalam interview yang berbeda bahwa sosok Tirto hanyalah sebagai sebuah acuan saja. Sejatinya Minke hanyalah tokoh fiksi tak ubahnya Forest Gump. Terbukti dalam Jejak Langkah, Pram tidak menyebut siapakah Dokter Jawa? Gadis Jepara? Padahal kita sebenernya bisa menebak bahwa mereka adalah Dr. Wahidin dan R.A Kartini. Jangan-jangan Pram, melalui sosok Minke, justru sedang menciptakan tokoh fiktif yang bertujuan merangsang anak-anak muda seperti saya agar menjadi sosok yang melebihi dirinya sendiri?
Bumi manusia telah diangkat ke layar lebar oleh sutradara tenar Hanung Bramantyo. Kita tentu tahu siapa di balik karya novel ini. Novel bumi manusia ditulis oleh Pramoedya Ananta Toer, pendekar Lekra saat dipenjara di pulau Buru. Sebagai penulis yang beberapa kali masuk dalam nominasi penerima penghargaan nobel di bidang sastra, ia punya sikap tersendiri tentang menuIis dan hasil tulisannya sebagaimana diceritakan Hanung.
Dengan modal nekad saya naik motor pergi ke rumah Pramoedya di Bojong Gede. Saya bermaksud untuk memfilmkan kisah Nyai dengan dalih untuk keperluan Pendidikan dan kebudayaan. Berharap sosok Pramoedya yang saya kenal sebagai manusia idealis, berbudaya, layaknya kawan-kawan seniman senior di Yogyakarta, dengan mudah memberikan ijin kepada saya dengan terbuka. Tapi beliau dengan tegas mengatakan : “Maaf sekali, bung. Tidak semudah itu. Asal bung tahu, Bumi Manusia itu sudah ditawar oleh Sutradara Hollywood (Oliver Stone) sebesar 60 ribu dolar dan saya bahkan belum memberikan. Sorry kalau saya terlihat seperti tidak mendukung kemajuan anak muda. Tapi inilah hidup saya. Saya hanya bisa menulis. Tulisan-tulisan saya adalah anak-anak Rohani saya yang harus bisa menghidupi keluarga saya baik secara materi maupun Non-Materi.
Mungkin sebagian kita punya penilaian yang sama dengan Hanung terhadap sosok Pram yang sosialis. Ternyata dalam kekomunisannya dia juga kapitalis. Karya tulis dan penulis seringkali punya hubungan unik dan tidak selalu linier. Hubungan karya tulis dan penulis bersifat kompleks. Sebagai pembaca, terlebih lagi penikmat sebuah karya sastra dan pengagum tentu ada rasa kecewa. Benci tapi rindu.
Sejak saat itulah saya mulai mengubur keinginan memfilmkan Bumi Manusia. Saya tinggalkan Minke, Annelies, Nyai Ontosoroh, Darsam, Khomers, Maghda Peters, si pengecut Suurhoff, si bangsat Herman dan Robert Mellema jauh dari imajinasi saya. Saya mulai berkelana dengan film-film saya sendiri, mengadopsi prinsip kreatif yang dikatakan Bung Pram. Karya saya adalah anak-anak rohani saya yang akan menghidupi saya dan keluarga saya.
Bumi manusia bukan novel biasa. Walaupun bahasanya sederhana, bahasa sehari hari dalam masyarakat yang diserap kejeniusan Pram, dituangkan dalam karya sastra. Pram hidupnya sederhana, tapi cara berpikirnya rumit, ramuan tulisannya canggih. Pram mengusung ideologi yang dikemas halus dalam karya sastranya, sehingga tidak kentara. Pram dedengkot ideolog sosialis dan komunis yang kerap berpolemik dengan kelompok islamis pada masa nasakom, orde lama.
Novel bumi manusia memuat pesan perlawanan diskriminasi dari bangsa negeri terjajah. Tokoh utama dalam novel, minke adalah representasi gagasan Pram. Penelusuran Hanung tentang sosok Minke yang diciptakan Pram. Dalam pengakuan Pram disebuah interview, dia mengatakan bahwa Minke adalah Tirto Adhi Suryo. Tapi dia juga mengatakan dalam interview yang berbeda bahwa sosok Tirto hanyalah sebagai sebuah acuan saja. Sejatinya Minke hanyalah tokoh fiksi tak ubahnya Forest Gump. Terbukti dalam Jejak Langkah, Pram tidak menyebut siapakah Dokter Jawa? Gadis Jepara? Padahal kita sebenernya bisa menebak bahwa mereka adalah Dr. Wahidin dan R.A Kartini. Jangan-jangan Pram, melalui sosok Minke, justru sedang menciptakan tokoh fiktif yang bertujuan merangsang anak-anak muda seperti saya agar menjadi sosok yang melebihi dirinya sendiri?
RELASI IMAN DALAM KEHIDUPAN MULTIKULTURAL
Beberapa wqktu yang lalu, di media sedang ramai pemberitaan tudingan penistaan agama terhadap UAS. Yang menarik bagi saya adalah dampak positif relasi umat beragama baik muslim maupun nasrani. Yang menjadikan momen ini sebagai kesempatan berpolemik juga banyak. Biarlah itu pilihan mereka.
Seorang kawan, ustadz dari Bandung membuat status di wall media sosialnya. Pada saat, muslim disebut sebagai domba yang tersesat oleh pendeta di hadapan jemaatnya, kami muslim tidak marah, karena itu sudut pandangnya, tidak masalah. Mengapa ketika UAS, ceramah perspektif ustadz tentang salib di hadapan jamaah solat subuh, orang kristen merasa terhina dan dilecehkan.
Saudara saya Chris, dari Manado menanggapi dengan sikap persaudaraan, tidak tersinggung. Wah kayaknya kalo ada pendeta yg mengistilahkan umat muslim itu domba, berarti pendetanya yg sesat deh.. 😅 Karna pemahaman yg benar bahwa Yesus diibaratkan sebagai "Gembala" yg menuntun jalan hidup umat kristen lewat firmannya, dan umat kristen sebagai dombanya.. dalam perjalanannya, banyak umat kristiani yg malah hidupnya tidak berpedoman pada ajaran sang "Gembala yg agung" tadi.. bukannya hidup sesuai firman, eeh malah hidup seenaknya sendiri.. nah mereka inilah yg disebut domba yg sesat. Dan Allah tidak berdiam diri.. dalam ajaran kami Allah sendirilah yg akan mencari domba2 yg sesat itu untuk kembali pulang lewat panggilannya yg dapat berbentuk apapun..
Nah konteks ini, sungguh tidak berlaku bagi umat muslim.. karna kan memang tidak dipimpin dan tidak mengakui Yesus sebagai gembala.. jadi yaaahh, intinya tidak bisa diibaratkan sebagai domba-NYA..
Kayaknya pendeta yg ngomong gitu harus sekolah lagi deh.. 😅
Dengan demikian, mohon maafkan sodara saya yg kurang pemahamannya itu Ustadz.. 🙏🙏🙏
Ustadz menanggapi dan bertanya secara langsung atas video viral ustadz Abdul Somad terhada Chris. Dan jawabannyapun tidak kalah simpatiknya dan ini dilakukan di ruang publik.
Tanggapan pribadi saya pak? Waahh apalah saya ini.. 😅
Cuman kalo mau objektif sih, secara iman saya tentu tidak bisa menerima apa yg disampaikan oleh beliau.. akan tetapi saya harus memahami bahwa beliau dan saya berbeda keyakinan. Beliau tidak dididik berlatar belakang pendidikan agama yg saya anut, dan begitu juga sebaliknya. Dan hal itu disampaikan di forum yg tertutup. Bukan di forum terbuka, dimana umat kristen juga hadir disana. Jadi bisa saja beliau memang tidak bermaksud buruk terhadap keyakinan saya, namun hanya sebatas memberi sudut pandang beliau pada umat yg hadir di forum itu..
Jadi kalo menurut saya pribadi, memang tidak perlu diperpanjang dan terlalu dipermasalahkan.. 😀
Perdebatan tentang tema yang sensitif dalam masyarakat yang majemuk menjadi dialog yang konstruktif dan saling menghargai. Masing masing punya versi kebenaran. Apalagi keyakinan dan agama tidak bisa saling memaksakan. Keyakinan bagi sebagian besar pemeluknya tidak pakai syarat logis.
Dua sahabat saya dan teman temannya, berada dalam lingkungan sosial yang sering bersilaturrahmi, maka persoalan paling 'sara' pun tidak bisa menjadikan alasan bermusuhan dan saling membenci. Beragama secara dewasa memang mempersaratkan toleransi terhadap perbedaan. Menghargai perbedaan tidak membuat keimanan kita menjadi lemah.
Pernyataan pengamat pendidikan Anita Lie dibawah ini memberikan pemahaman keragaman tanggapan orang kristen terhadap kita, kita bisa bertenggang rasa karenanya tanpa harus merasa keimanan kita dilemahkan.
Masih tentang pernyataan UAS tentang Salib. Tapi saya ingin merefleksikan reaksi-respon teman-teman Kristen/Katolik. Refleksi ini berangkat dari pertanyaan seorang sahabat beragama Hindu, "Kenapa (komunitas Kristen) tidak melaporkan kepada polisi secara resmi? Toh Muhammadiyah saja sudah mengeluarkan suara seperti itu. Tambah merajalela faham faham radikal yg seenaknya ngatain agama lain." Saya jawab, "Itu bukan jalan Kristiani." Lalu saya kirim puisi karya Gantyo Koespradono yang menyejukkan dan gambar Paus Fransiskus dengan tulisan "Anda sedang marah kepada seseorang? Doakanlah dia. Begitulah cinta kasih Kristiani."
Ada macam-macam reaksi terhadap pernyataan UAS. Kabarnya, ormas Brigade Meo NTT melaporkan UAS atas tuduhan penistaan agama. Jika memang benar, saya menghargai tindakan ormas yang memilih jalur legal. Yang saya rasakan lebih dahsyat beredar dalam jalur medsos dan WAG di lingkaran saya justru ungkapan penuh pengampunan dan kasih kepada UAS pribadi dan pengikutnya. Saya pribadi merasa se-irama dengan puisi Gantyo Koepradono (akan saya kutip di bagian komentar di bawah ini) dan pernyataan Paus Fransiskus.
Apalagi saya juga menerima permintaan maaf dari beberapa teman Muslim yang sungguh sangat berbaik hati dan mulia. Salah satunya dari Mbak Yeni, pengurus Fatayat NU. "Seandainya saya pantas meminta maaf atas nama ucapan ust abdul shomad karena agama kami sama, saya akan melakukannya. Saya sedih ada tokoh agama saya mengatakan hal senaif itu. Padahal kami diajari mencintai kepada yang berbeda."
Sungguh tindakan ini sangat menyentuh jiwa. Sedikitpun saya tidak pernah mengharapkannya karena saya tidak pernah mengaitkan kecerobohan seseorang sebagai manifes dari ajaran agamanya, apalagi mengharapkan orang lain yang tidak terkait untuk ikut bertanggung jawab.
Masih banyak ungkapan empati serupa yang ditulis secara publik di medsos. Di antaranya dari teman2 jaringan Gusdurian, misal Aan Anshori. Sungguh saya merasa diberkati mempunyai lingkaran pertemanan dengan orang-orang baik dan mulia. Jujur saja, entah mengapa tapi saya tidak merasa terluka dengan ucapan UAS. Tapi ketika teman-teman memberi saya obat penawar berupa ungkapan empati itu, ya saya terima saja dan gunakan sebagai vitamin penambah stamina kebangsaan. Persahabatan semacam ini sudah meneguhkan iman Kristiani saya dan menumbuhkan harapan terhadap Indonesia yang lebih damai dan bermartabat di masa depan.
Singkat kata, saya pikir orang-orang Kristen seharusnya "sudah selesai" dengan persoalan-persoalan semacam UAS, sesuai dengan ajaran Kasih. Maksud saya, persoalan semacam UAS masih jauh dari selesai di Bumi Indonesia. Namun, bagaimana orang Kristen merespon persoalan itu seharusnya sudah jelas.
Ternyata masih ada juga teman-teman Kristen yang masih merasa marah, bukan hanya terhadap UAS, namun juga terhadap ketidak-adilan yang dirasakan sebagai minoritas di Indonesia. "Kalau pihak sana , sini disuruh tidak menanggapi wkwkwkwkwkwk prett !! .... Kalau pihak kita yang begitu COBA ??? apa bisa pihak sana tidak menanggapi ???" Luka lama kasus-kasus penistaan agama pun muncul ke permukaan.
Tentunya saya berusaha memahami kegeraman dan kemarahan teman-teman. Tapi saya juga berharap teman-teman Kristen juga bisa mempunyai kesempatan untuk melakukan perjalanan multikultural sebagai warga bangsa Indonesia bersama dengan teman-teman yang berbeda. Seandainya saja mereka tahu betapa terlukanya sebagian teman-teman Muslim atas ucapan UAS itu, mereka tidak akan lagi menggunakan diksi "pihak sana" dan "pihak sini."
Dalam setiap komunitas, ada spektrum keluasan dan kedalaman karakter para anggotanya. Dalam komunitas Kristen, ajaran untuk mengasihi musuh yang menganiaya kita tentu sangat tidak mudah untuk dilakukan. Tapi, ya itulah patokan yang sudah ditetapkan. Tidak ada yang pernah menjanjikan menjadi Kristen itu mudah!
KERETA API TANPA API
Jalan Semarang tidak banyak berubah dalam empat puluh tahun terahir. Jalan yang membentang dari selatan ke utara di depan stasiun Pasar Turi Surabaya.
Sebagaimana pusat keramaian di Surabaya lainnya, wilayah Pasar Turi sudah menjadi pusat perdagangan sejak jaman Belanda. Stasiun terbesar yang menghubungkan Surabaya dengan Jakarta lewat jalur utara Jawa. Kakek saya dulu mengirim beberapa gerbong telur bebek menuju Jakarta. Sedemikian legendarisnya jalur kereta api ini, Elvi Sukaesi mengabadikannya dalam sebuah lagu yang penggalan syairnya "juk ijuk ijak ijuk kereta berangkat".
Jalan semarang di tahun 90 an banyak terdapat toko buku bekas. Harganya sangat murah, terjangkau untuk ukuran siswa dan mahasiswa. Saya pernah dapat majalah intisari dengan harga lima ratus rupiah. Sampai pernah beli 25 eksemplar, lumayan buat bacaan di kereta api. Buku buku pelajaran dan teksbook kuliah bisa didapat dengan harga 15% dibandingkan harga buku baru. Era berjayanya eleksmedia komputindo, saya kerap mendapatkan buku buku komputer yang masih bagus. Worldstar, lotus 123 dan dBase foxpro adalah program komputer awal yang bukunya saya dapatkan di pasar loak Jalan Semarang Surabaya.
Masa lulus SD, saya pernah termangu mengamati anak anak SMP dengan berbagai moda kendaraan yang sedang melintas di depan Stasiun Pasar Turi. Batinku, enaknya anak anak kota ini berangkat sekolah. Pakaiannya rapi, berdasi, cantik dan tampan. Berangkat berombongan, ceria, intelek, dengan masa depan cerah. Saya yang lulus SD tahun 1987 dengan Nilai Ebta Murni, 40 sangat berharap bisa masuk SMP Negeri. Nilaiku tertinggi di kelas dan nomor 2 se kecamatan. Nilai rata ratanya 8 dengan 5 mata pelajaran dalam ujian negara. Nyaris semua SMPN bisa menerima saya baik di kota atau di desa.
Tapi bagi keluarga saya, masuk SMPN merupakan kemewahan yang harus segera dikubur dalam dalam. Harga kualitas pendidikan yang tidak terjangkau oleh keuangan kami. Akhirnya saya masuk Madrasah Tsanawiyah di desa, gratis, tentu saja sekolah ala desa, gurunya kebanyakan hanya lulusan SMA atau Aliyah.
Setiap saya lewat jalan Semarang kenangan tentang sekolah itu selalu melintas. Stasiun Pasar Turi, banyak menyimpan kenangan pahit dan indah. Bayang demi bayang melintas dengan indah sekarang, setiap saya menapaki puzzel puzzel kenangan. Bangunan utama nampak tua, anggun dan antik, meski sudut sudut kecilnya mengalami modernisasi menyesuaikan mutu PT. KAI. Manajemen angkutan kereta api mengalami perbaikan beberapa lompatan, sejak dipegang Ignasius Jonan, yang arek Suroboyo.
Jika mengingat buruknya tata kelola kereta api masa itu, rasanya tak mungkin bisa berubah. Budaya kita masih 11-12 dengan India dan Bangladesh. Ternyata amat bisa kita berubah, jika ada upaya. Masih terbayang jelas tiket kereta api dari kartun tebal, ukuran 3x8 cm warna hijau. Di sisi mukanya terdapat tanggal terbit. Tanggal yg sering diedit manual supaya dapat dipakai lagi. Supaya tidak digunakan ulang penumpang nakal, polsuska dan kondektur kerap mengejar penumpang untuk melubangi tiket, sampai ke toilet dan tempat persembunyian lainnya.
Harga tiket memang sangat murah, tapi berakibat penumpang jadi murahan, dengan buruknya layanan. Kejar kejaran dengan petugas kerap terjadi untuk naik gratisan àtau mendapatkan harga kortingan, cincai dengan petugas. Penumpang buruk tingkah, petugas salah polah, tidak tahu siapa yang lebih buruk, sistem buruk yang terus memproduksi sikap salah pada semua.
Dengan harga 75 rupiah untuk jarak tempuh 50 km, penumpang berebut dan berjejal masuk ke gerbong kereta. Mimpi kalau penumpang dapat tempat duduk, siapa cepat dia dapat, siapa kuat dia nikmat. Bisa berdiri dan dapat menghirup udara segar, sudah merupakan anugerah tiada tara. Jangan bertanya tentang aroma. Semua jenis bau bauan dapat masuk ke kereta, karena gelandangan dan orang gila pun bisa naik kereta dengan leluasa. Pedagang dapat untung paling melimpah, dia dapat menguasai jumlah besar kavling wilayah tanpa biaya tambah. Jumlahnya bisa sampai 3 kubik. Barang barang inilah yang sering merenggut tempat penumpang. Apa boleh buat, nikmati dan jalani, tidak ada guna mengkritik dan mengeluh masa itu.
Sebagaimana pusat keramaian di Surabaya lainnya, wilayah Pasar Turi sudah menjadi pusat perdagangan sejak jaman Belanda. Stasiun terbesar yang menghubungkan Surabaya dengan Jakarta lewat jalur utara Jawa. Kakek saya dulu mengirim beberapa gerbong telur bebek menuju Jakarta. Sedemikian legendarisnya jalur kereta api ini, Elvi Sukaesi mengabadikannya dalam sebuah lagu yang penggalan syairnya "juk ijuk ijak ijuk kereta berangkat".
Jalan semarang di tahun 90 an banyak terdapat toko buku bekas. Harganya sangat murah, terjangkau untuk ukuran siswa dan mahasiswa. Saya pernah dapat majalah intisari dengan harga lima ratus rupiah. Sampai pernah beli 25 eksemplar, lumayan buat bacaan di kereta api. Buku buku pelajaran dan teksbook kuliah bisa didapat dengan harga 15% dibandingkan harga buku baru. Era berjayanya eleksmedia komputindo, saya kerap mendapatkan buku buku komputer yang masih bagus. Worldstar, lotus 123 dan dBase foxpro adalah program komputer awal yang bukunya saya dapatkan di pasar loak Jalan Semarang Surabaya.
Masa lulus SD, saya pernah termangu mengamati anak anak SMP dengan berbagai moda kendaraan yang sedang melintas di depan Stasiun Pasar Turi. Batinku, enaknya anak anak kota ini berangkat sekolah. Pakaiannya rapi, berdasi, cantik dan tampan. Berangkat berombongan, ceria, intelek, dengan masa depan cerah. Saya yang lulus SD tahun 1987 dengan Nilai Ebta Murni, 40 sangat berharap bisa masuk SMP Negeri. Nilaiku tertinggi di kelas dan nomor 2 se kecamatan. Nilai rata ratanya 8 dengan 5 mata pelajaran dalam ujian negara. Nyaris semua SMPN bisa menerima saya baik di kota atau di desa.
Tapi bagi keluarga saya, masuk SMPN merupakan kemewahan yang harus segera dikubur dalam dalam. Harga kualitas pendidikan yang tidak terjangkau oleh keuangan kami. Akhirnya saya masuk Madrasah Tsanawiyah di desa, gratis, tentu saja sekolah ala desa, gurunya kebanyakan hanya lulusan SMA atau Aliyah.
Setiap saya lewat jalan Semarang kenangan tentang sekolah itu selalu melintas. Stasiun Pasar Turi, banyak menyimpan kenangan pahit dan indah. Bayang demi bayang melintas dengan indah sekarang, setiap saya menapaki puzzel puzzel kenangan. Bangunan utama nampak tua, anggun dan antik, meski sudut sudut kecilnya mengalami modernisasi menyesuaikan mutu PT. KAI. Manajemen angkutan kereta api mengalami perbaikan beberapa lompatan, sejak dipegang Ignasius Jonan, yang arek Suroboyo.
Jika mengingat buruknya tata kelola kereta api masa itu, rasanya tak mungkin bisa berubah. Budaya kita masih 11-12 dengan India dan Bangladesh. Ternyata amat bisa kita berubah, jika ada upaya. Masih terbayang jelas tiket kereta api dari kartun tebal, ukuran 3x8 cm warna hijau. Di sisi mukanya terdapat tanggal terbit. Tanggal yg sering diedit manual supaya dapat dipakai lagi. Supaya tidak digunakan ulang penumpang nakal, polsuska dan kondektur kerap mengejar penumpang untuk melubangi tiket, sampai ke toilet dan tempat persembunyian lainnya.
Harga tiket memang sangat murah, tapi berakibat penumpang jadi murahan, dengan buruknya layanan. Kejar kejaran dengan petugas kerap terjadi untuk naik gratisan àtau mendapatkan harga kortingan, cincai dengan petugas. Penumpang buruk tingkah, petugas salah polah, tidak tahu siapa yang lebih buruk, sistem buruk yang terus memproduksi sikap salah pada semua.
Dengan harga 75 rupiah untuk jarak tempuh 50 km, penumpang berebut dan berjejal masuk ke gerbong kereta. Mimpi kalau penumpang dapat tempat duduk, siapa cepat dia dapat, siapa kuat dia nikmat. Bisa berdiri dan dapat menghirup udara segar, sudah merupakan anugerah tiada tara. Jangan bertanya tentang aroma. Semua jenis bau bauan dapat masuk ke kereta, karena gelandangan dan orang gila pun bisa naik kereta dengan leluasa. Pedagang dapat untung paling melimpah, dia dapat menguasai jumlah besar kavling wilayah tanpa biaya tambah. Jumlahnya bisa sampai 3 kubik. Barang barang inilah yang sering merenggut tempat penumpang. Apa boleh buat, nikmati dan jalani, tidak ada guna mengkritik dan mengeluh masa itu.
Kembali Ke Khithoh Ekonomi Islam Di Masa Pandemi Covid-19.
Di masa pandemi covid 19, ada kebutuhan baru mengembalikan konsep ekonomi Islam diperluas cakupannya sesuai dengan maqashid syaria yaitu perlindungan harta untuk tujuan kesejahteraan/falakh.
Ekonomi Islam adalah cara mencapai kesejahteraan umat manusia dengan nilai nilai Islam. Karena konsepsi ekonomi merupakan gagasan sekuler, sehingga ekonomi islam yang banyak dikaji dan dipraktikkan adalah aktifitas komersial dan mengeluarkan aspek sosial dalam aktifitas ekonomi. Gagasan ini perlu ditinjau kembali. Maqashid syariah atau tujuan syariah adalah perlindungan terhadap harta sebagai kebutuhan material untuk keberlangsungan hidup manusia, sehingga seharusnya pemahaman aktifitas ekonomi Islam adalah termasuk perpindahan kepemilikan yang syar'i diluar transaksi komersial, seperti zakat, wakaf, waris dan altruisme Islam lainnya.
Pada masa pandemi corona aktifitas ekonomi non komersial justru menguat. Penggalangan dana yang dilakukan oleh almarhum Dedi Kempot, inisiatif sejuta masker dan lain lain dapat dilihat sebagai bentuk menguatnya ekonomi Islam di masa pandemi. Karena di dalamnya ada aktifitas khifdhul mal, transfer kesejahteraan antar pelaku ekonomi yang tidak dapat disebut sebagai produsen konsumen. Konsep ekonomi Islam untuk tujuan falakh seperti ini yang terpinggirkan karena ekonomi Islam tersandera oleh paradigma ekonomi konvensional yang berorientasi pada keuntungan bukan kesejahteraan/falakh.
Selama ini terdapat perdebatan tentang penting mana pertumbuhan ekonomi atau pemerataan. Apabila pertumbuhan sebagai panglima, maka ketimpangan kesenjangan antar kelas antar demografi cepat terjadi. Ekonom sosialis mencita citakan perekonomian yang adil, yang relatif merata. Sama rata sama rasa. Negara negara yang menerapkan sistem demikian terjebak dengan mandegnya pertumbuhan ekonomi. Pada giliranya makin sedikit yang dibagi ratakan. Negara seperti Korea Utara atau Venezuela salah satu contoh ekstrimnya, sehingga nyaris disebut negara gagal.
Masuknya aspek sosial, altruisme agama seperti : zakat, infaq, sedekah dan wakaf, dalam wilayah aktifitas ekonomi Islam menjadi solusi dilema pertumbuhan dan pemerataan berjalan seiring seimbang. Ekonomi komersial bertugas mengakselerasi pertumbuhan, ekonomi altruisme atau ekonimi sosial berperan untuk memeratakan. Tidak perlu ada dikotomi baytul mal (lembaga bisnis) dan baytut tamwil (lembaga amal). Kedua fungsi dapat melekat dalam satu institusi ekonomi.
Mengutip hasil jajak pendapat dan survai yang dilakukan oleh Nielsen pada Mei 2020. Terdapat peningkatan signifikan 4 produk, keseluruhannya di sektor kesehatan. Tentu dapat dipahami fenomena ini. Karena covid 19 memang isu kesehatan. Tetapi juga ada sektor lain yang meningkat dan menurun karena faktor turunan dari Covid-19. Permintaan produk yang meningkat antara lain: 59% toiletries & cosmetics, 39% HH equipment, 28% food & beverages, 24% HH products,
22% financial, 12% obat dan kimia,
11% komunikasi, 3% retail dan jasa. Sebaliknya, beberapa produk menurun permintaannya, atau yang berkembang minus : -3% busana, -5% perawatan bayi dan ibu hamil, -15% produk industri,
-31% Automotive , -54% jasa properti
Keseluruhan aspek dari pertumbuhan ekonomi komersial ini dapat dipahami secara logis, dan penjelasannya mudah dipahami oleh awam. Yang menarik adalah tumbuhnya sektor financial dalam masa kontraksi ekonomi. Dalam analisis tersendiri akan dapat dijelaskan hadirnya pembiayaan syariah dan aktifitas ekonomi non ribawi yang memberi kontribusi terhadap berkembangnya sektor financial di masa pandemik covid 19.
Survai Nelson juga memotret perubahan perilaku di masa pandemi donasi meningkat pesat, bersama dengan meningkatnya kebutuhan pokok, e-learning dan konsultasi medis.
Meningkatnya sektor financial dan donasi masyarakat menunjukkan bahwa ekonomi syariah justru geliatnya terasa dan memberikan kontribusi paling signifikan di masa pandemik covid 19. Apakah ekonomi syariah perannya hanya di masa krisis sedangkan pada masa normal tidak?
Suatu sistem ekonomi mendapat pengakuan setelah mampu memberikan solusi krisis ekonomi. Great depression 1930 an akibat perang dunia I dan pandemi flu Spanyol tahun 1918-1920, menempatkan sistem ekonomi kapitalis sebagai sistem ekonomi terbaik bersama dengan sistem politik demokrasi. Banyak negara modern kemudian berpaling kepada sistem ekonomi kapitalis, termasuk sebagian besar negara negara imprealis kaya seperti Belanda, Inggris dan Perancis. Ekonomi Syariah semakin dikaji dan dikembangkan di Indonesia setelah krisis ekonomi 1997-1998. Setelah perang dunia ke-2, terjadi krisis di sebagian besar negara negara yang terlibat perang, dampaknya sistem ekonomi kemudian laku keras, yang menonjol Soviet dan RRC. Akankah Ekonomi Syariah mempunyai momentum untuk digunakan sebagai sistem ekonomi negara negara terdampak covid 19? Tanda tanda dan presedennya memungkinkan.
RUKUN ISLAM DAN EKONOMI
Apakah Islam agama yang menjauhkan ummatnya dari kemakmuran? Islam berorientasi pada Tuhan dan akhirat saja? Mengapa kehidupan orang Islam kumuh dan miskin. Indeks pembangunanan manusia juga meletakkan negara negara dengan penduduk mayoritas muslim berada pada tingkat rendah. Apakah kemiskinan orang Islam berhubungan dengan ajaran Islam?
Lima pilar agama Islam syahadat, sholat, puasa, zakat dan haji. Empat pilarnya adalah penggerak ekonomi, hanya satu saja yang tidak bernuansa ekonomi yaitu syahadat. Ritual Islam bertujuan spiritual tapi aktifitasnya produktif menghasilkan dimensi material. Muamalah yang muncul akibat empat jenis ibadah itu menggerakkan ekonomi secara langsung dalam jumlah ribuan hingga puluhan ribu triliun Rupiah.
--------
Masjid masjid dibangun untuk menunjang pelaksanaan sholat. Triliunan uang dibelanjakan untuk pendirian maupun pemeliharaan masjid. Jutaan manusia menerima pembayaran untuk proses pembangunan maupun aktifitas memakmurkan masjid. Ratusan ribu masjid di Indonesia menebarkan kesejahteraan bagi pengelola maupun jama'ahnya. Masjid juga melahirkan madrasah, aljami'ah, pesantren dan pusat pusat bisnis maupun profit center. Pasar selalu muncul di sekitar masjid. Di Masjidil Haram ada Pasar Seng, di Masjid Aga Sophia Turki ada Bazar, di Masjid Qum Iran ada Bazar. Masjid melahirkan pasar sudah jamak terjadi di negeri negeri muslim.
Penunjang keperluan ibadah juga menghasilkan industri yang tidak kecil. Produk perlengkapan sholat, busana muslim, baju, sarung, songkok, mukena, gamis, jubah, sajadah dan aneka ragam lainnya yang itemnya bisa ribuan sesuai dengan budaya negara tempat Islam berkembang. Berapa triliun yang berputar dari industri perlengkapan solat. Ekonomi yang bergulir dari ibadah solat tidak main main.
----------
Diwajibkannya puasa Ramadhan pada saat pertama kali di jazirah hijaz yang gersang, tandus, tak pernah terpikirkan dampaknya pada ekonomi masyarakat muslim di wilayah tersebut. Seiring penyebaran dan perkembangan Islam, akulturasinya dengan negeri negeri jauh yang makmur dengan kelimpahan sumberdaya alam. Ramadhan menjadi puncak ekonomi di negara negara muslim. Ramadhan selalu dimulai dengan inflasi di pertengahan sya'ban dan ditutup dengan inflasi di pertengahan syawal. Kenaikan harga dalam waktu lama menunjukkan tingginya permintaan barang. Puasa Ramadhan dan ritual yang menyertainya menggerakkan ekonomi dunia Islam dalam sekala besar di masa 60 hari.
---------
Fungsi Zakat adalah fungsi anggaran, fungsi ekonomi pada masa masa awal Islam. Sebelum inisiatif pungutan pajak, maka APBN pemerintah bersumber dari Zakat. Tanpa Zakat mungkin eksistensi negara Islam sudah punah ratusan tahun lampau. Meskipun zaman berubah, warna politik bergeser, sistem pemerintahan berganti, tapi peran zakat dalam perekonomian tidak pernah surut.
Zakat sebagai lokomotif ekonomi kemudian dalam perkembangannya memunculkan kelembagaan wakaf, infaq dan Sedekah. Negara negara dengan mayoritas muslim mengembangkan kreatifitas sesuai dengan aspirasi mazhab dan kebutuhan dalam bentuk yang berbeda. Badan wakaf menjadi tulang punggung operasinal kampus Al Azhar selama ribuan tahun. Palestina dapat eksis dalam kurungan zionis Israel selama 70 tahun karena peran wakaf yang berusia ribuan tahun. Baznas dan Lembaga Amil Zakat dengan usianya yang baru sekitar 20 tahun, sudah mampu menghimpun dana ratusan triliun setiap tahunnya, apabila dikelola dengan profesional, kemampuannya bisa setara pajak dalam APBN.
Zakat sebagai jembatan antara mustahik dan muzaki perannya melampaui fungsi awalnya. Zakat telah bermetamorfosa sebagai instrumen penting pemerataan ekonomi yang berat untuk dicapai oleh sistem ekonomi kapitalis maupun sistem ekonomi sosialis.
-------
Kalau tidak ada Ka'bah, tidak ada arofah, Islam tanpa haji mungkin ekonomi Kerajaan Saudi Arabiah (KSA) sudah lama runtuh. Minyak bisa habis, harga minyak dapat jatuh, selama ummat Islam masih ada, maka ekonomi haji dan umrah akan terus menghidupi KSA.Selama penyelenggaraan haji dengan tamu Allah sebesar 3 juta, devisa KSA bisa menggelembung sampai dengan 750 triliun, belum termasuk penerimaan negara dari Umrah. Pendapatan haji dan umrah KSA bisa setara dengan 50 persen APBN Indonesia. Itulah sebabnya KSA mempertahankan perannya sebagai khadimul haramain. Tidak sedikit negara negara teluk yang ingin mengambil alih, yang paling getol merongrong Iran.
Ekonomi sampingan yang dihasilkan dari penyelenggaraan haji juga bermacam macam. Di Indonesia dana haji yang dikelola oleh Badan Pengelola Dana Jamaah Haji sudah mendekati 100 triliun, menjadi rebutan para manajer investasi untuk dapat mengelolanya. Banyak negara negara muslim yang mengelola dana haji menjadi bisnis yang sangat besar dan menguntungkan negara seperti yang dilakukan oleh Malaysia.
Jadi apabila empat pilar Islam semuanya bermuatan ekonomi dahsyat, mengapa pemeluknya miskin. Penyebabnya bukan Islam dan ajarannya, bukan pula cara menafsirkan Islam. Memerlukan penelitian tersendiri untuk mencari penyebab masyarakat muslim banyak yang miskin.
MELEMAHNYA MODERASI BERAGAMA DI PERGURUAN TINGGI KEAGAMAAN ISLAM NEGERI
Konsep moderasi seringkali merujuk pada konsep Islam sebagai rahmatan lil alamin, Islam rahmat bagi semesta (QS Al Anbiya’: 107) dan ummat Islam merupakan ummat yang moderat (QS Al-Baqarah 143). Bersamaan dengan konsep Islam adalah agama fitrah (QS Al-Rum: 30), agama yang benar/hanif (QS Al-Rum: 30), agama yang adil (QS Al-Maidah: 8) membentuk sebuah kerangka konsep pentingnya bersikap moderat (tawasuth) karena sesungguhnya Islam adalah agama yang moderat dan umat Islam adalah umat yang moderat.
Ada dua pendapat terkait dengan moderasi, apakah umat atau agamanya yang moderat. Yang pertama berpendapat bahwa Islam adalah agama yang moderat, sebagian yang lain berpendapat bahwa yang moderat adalah ummat Islam. Umat yang moderat atau ummatan wasathan nampaknya lebih dekat dengan pernyataan QS Al-Baqarah 143.
Perbincangan moderasi mengemuka kembali setelah munculnya gejala radikalisasi berbagai bidang. Di perguruan tinggi misalnya disinyalir terdapat gerakan radikalisasi yang sudah mengakar kuat. Menguatnya politik identitas dapat dilihat pada fenomena pemilihan umum kepala daerah, gubernur Jakarta yang berlanjut pada pemilihan presiden 2019.
Akhir Januari 2019 Menteri Agama menyampaikan 3 prioritas program kementerian agama yaitu moderasi beragama, kebersamaan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada ummat beragama. Sejarah keberadaan PTKIN ditujukan untuk memberikan ruang kajian keislaman dan ilmu ilmu keagamaan di tingkat perguruan tinggi. Karena latar belakang demikian sehingga calon mahasiswa PTKIN berasal dari pondok pesantren dan madrasah aliyah.
Moderasi bukan hanya pekerjaan rumah umat Islam tetapi semua agama. Relevan dikemukakan di awal tulisan ini pengalaman Syamsi Ali berdialog dengan penganut Kristiani di sebuah perjalanan menuju New York. Setelah perbincangan akrab, Kristiani bertanya: “What kind of Islam do you folow? It is a radical or moderate one?” Setelah menjawab seperlunya Syamsi merasa penasaran, kemudian balik bertanya: “Are you Christian? Moderate or radical Christianity?” Mendapat pertanyaan seperti ini terlihat raut muka tidak senang kemudian dia menjawab : Kristen menurut saya adalah agama yang moderat. Syamsi Ali kemudian menetralisir perbincangan dengan menyampaikan pendapat : “ All religions are inherently moderate. It is the followers who pull it into radical view and behaviors”.
Moderasi beragama merupakan pekerjaan rumah bersama semua agama, termasuk Hindu di Bali. Ditolaknya Logo Bali bersholawat oleh tokoh masyarakat di Bali menunjukkan masih ada kehawatiran terjadi peng Islaman Bali. Bali adalah mayoritas Hindu, dan Bali hanya milik umat Hindu, sehingga logo Bali bersholawat menunjukkan kehendak Islam mengislamkan Bali. Kehadiran Habib Luthfi bin Yahya seorang tokoh tarekat yang sangat moderat tidak mampu meyakinkan dan jaminan untuk menghalau kehawatiran Bali diIslamkan. Sikap tidak moderat ternyata menjangkiti mayoritas terhadap minoritas pada penganut Hindu. Apabila kita singkap lebih jauh pada semua agama di Indonesia, niscaya akan kita temukan sikap yang tidak moderat pada semua agama, terutama pada masyarakat yang mayoritas terhadap minoritas. Meskipun berbeda satu dengan lainnya dalam kadar sikap intoleran dan radikalisme di setiap agama, tetapi fenomena dalam Islam menjadi paling mendapat perhatian.
Moderasi beragama, radikalisme dan intoleransi tidak terlepas dari gerakan politik di Indonesia. Gerakan politik di Indonesia setelah reformasi dapat dipilah menjadi 4 kelompok yaitu Kanan Konservatif, Kanan Liberal, Kiri Konservatif dan kiri radikal. Islamisme sebagai ideologi politik, juga mempunyai banyak varian yakni Islam modernis, Islam tradisionalis konservatif, transformisme Islam dan Islam fundamentalis. Moderasi beragama dapat ditemukan pada gerakan politik yang beraliran Islam modernis, tradisionalis konservatif dan transformisme meskipun dalam kadar yang berbeda beda.
Islam fundamentalis sebagai aspirasi gerakan politik satu satunya rumah dominan bagi radikalisme dan intoleras, mempunyai pengikut yang relatif kecil dibandingkan Islam moderat, tapi mempunyai manajemen organisasi yang militan dan konsisten melakukan pembinaan dan kaderisasi di sekolah menengah dan perguruan tinggi, terutama sekolah negeri dan perguruan tinggi negeri. Di luar lembaga pendidikan tersebut organisasi Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah serta organisasi keagamaan Islam lainnya cukup efektif mencegah infiltrasi masuknya paham radikal dan intoleran.
Demikian pula pondok pesantren yang sebagian besar dikelola oleh yayasan atau badan wakaf yang berafiliasi secara ideologis dengan ormas NU dan Muhammadiyah. Peran ormas Islam moderat cukup efektif melestarikan dan mengembangkan moderasi beragama, sekaligus mencegah masuknya paham radikal dan intoleran. Setelah tahun 1980 an mulai bermunculan pondok pesantren yang bercorak fundamentalis dan semakin meningkat dari sisi kualitas maupun kuantitas, sejak munculnya organisasi keagamaan berorientasi politis semacam Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Front Pembela Islam (FPI), Komite Persiapan Penegakan Islam (KPPSI), Lasykar Jihad, Jamaah Islam ahlussunnah Waljamaah, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Forum Ulama Ummat Islam Indonesia. Beberapa organisasi di atas bahkan mempunyai lembaga pendidikan berasrama dan pondok pesantren.
Apabila sebelum tahun 2010 an organisasi keagamaan membangun kesadaran ideologis dan mengkader pemuda pemudi Islam melalui sekolah menengah dan perguruan tinggi, maka setelahnya menggunakan cara cara yang lebih terstruktur dan terlembagakan. Caranya dengan membangun sekolah sekolah berdasarkan idiologi yang mereka yakini. Untuk menciptakan generasi yang militan dan tercampur keyakinan yang berbeda mereka mendirikan lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak Kanak atau Busthanul Athfal, Sekolah Dasar Islam Terpadu, Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu, dan Ma’had. Sebagai contoh di Jawa Timur Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) mempunyai lembaga pendidikan tingkat menengah pertama dan tingkat menengah atas berbentuk pondok pesantren di Nganjuk dan Probolinggo. Jamaah Salafi mendirikan pesantren putra di Jombang dan Pesantren Putri di Sedayu Gresik.
Mei 2018 ramai diberitakan, perguruan tinggi negeri terpapar radikalisme. Indikasinya beberapa dosen dari perguruan tinggi ternama, termasuk diantaranya guru besar, seolah olah merestui bom bunuh diri Surabaya, 13-14 Mei 2018. Mereka mengembangkan wacana publik, bahwa bom bunuh diri di Gereja yang dilakukan di Surabaya adalah rekayasa kepolisian. Tiga rektor perguruan tinggi negeri ternama segera memberikan klarifikasi, bahwa pernyataan para dosennya adalah pendapat pribadi, tidak merepresentasikan institusi.
Walaupun tinformasi demikian tidak dapat digunakan untuk menggeneralisir sebagai fenomena umum yang dapat saja terjadi di perguruan tinggi manapun termasuk di Perguruan Tinggi Keagamaan Negeri (PTKIN), tetapi fenomena tersebut harus menjadi sinyal penting untuk kewaspadaan.
Radikalisme di perguruan tinggi berkembang menurut Ayzumardi Azra disebabkan oleh faktor dosen. Sebelum menjadi dosen yang bersangkutan pernah aktif di organisasi organisasi kanan seperti Lembaga Dakwah Kampus (LDK), Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) atau bahkan di Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Faktor lainnya adalah keilmuan para dosen yang eksakta, ilmu alam misalnya, yang melihat dunia hitam putih. Orang Islam yang hitam putih lebih mudah terpapar atau menerima ide ide radikalisme. Berikutnya dosen dosen di PTN tidak mempunyai pemahaman Islam yang komprehensif. Tidak mengenal dan memahami Islam dengan berbagai seginya. Pemahaman keagamaannya parsial.
Melemahnya moderasi beragama ditandai dengan larisnya radikalisme. Antara moderasi dan radikalisasi saling menihilkan. Radikalisme merupakan ideologi dan paham yang menginginkan perubahan sosial dan politik dengan menggunakan cara cara radikal atau ekstrim. Radikalisme dalam Islam dikaitkan dengan terorisme, meskipun radikalisme tidak selalu berakhir dengan terorisme, tetapi terorisme selalu dimulai dengan radikalisme.
Terpaparnya perguruan tinggi dengan radikalisme bukan sesuatu yang mengejutkan, karena hasil survei Badan Intelejen Negara (BIN) 23,3 persen siswa SMA setuju dengan ‘jihad’ dalam rangka menegakkan dawlah Islamiyah atau khilafah. Jika BIN menyatakan bahwa ada 3 PTN terpapar oleh radikalisme, maka Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menyatakan bahwa hampir seluruh perguruan tinggi negeri dan swasta telah terpapar pada paham dan praksis radikalisme.
Menurunnya jumlah mahasiswa yang berasal dari madrasah dan pondok pesantren turut menyumbangkan faktor melemahnya moderasi di perguruan tinggi. Madrasah dan pondok pesantren sejauh ini sulit ditembus penyebar dan penganjur radikalisme. Pendidikan di madrasah dan pondok pesantren sarat dengan nilai nilai moderasi beragama. Benteng pertahanan dari penyebaran radikalisme dan intelaransi. Ketika jumlah mereka prosentasenya berkurang di perguruan tinggi keagamaan Islam, maka moderasi beragama juga mengalami pelemahan.
Bersamaan dengan menurunnya prosentase lulusan madrasah dan pondok pesantren di perguruan tinggi keagamaan Islam negeri, meningkatnya jumlah kader kader global salafisme yang masuk di PTKIN. Pembinaan siswa berlanjut kembali saat mereka menjadi mahasiswa melalui Lembaga Dakwah Kampus atau lembaga ekstra kampus.
IAIN Ternate berdiri tahun 2014 , sebagai kelanjutan dari STAIN Ternate yang didirikan tahun 2001 dan Fakultas Tarbiyah IAIN Alauddin di Ternate tahun 1976 . Sebagai perguruang tinggi Islam negeri satu satunya di propinsi Maluku Utara, IAIN Ternate menjadi rujukan lulusan madrasah dan pesantren pada awalnya. Setelah 40 tahun asal mahasiswa IAIN Ternate lebih beragam lagi, sehingga alumni madrasah dan pesantren jumlahnya imbang dibandingkan lulusan SMU dan SMK, atau bahkan prosentasenya lebih kecil.
Sinyalir BIN maupun BNPT terhadap mayoritas SMA yang terpapar radikalisme menjelaskan mengapa di IAIN Ternate praksis radikalisme sudah dibawa oleh calon mahasiswa yang masuk ke kampus. Menurunnya prosentase jumlah lulusan madrasah dan pondok pesantren di Maluku Utara yang masuk ke IAIN Ternate memberikan kontribusi terhadap melemahnya moderasi keagamaan. Gerakan salafisme global dan gerakan sejenis yang mempunyai agenda daulah Islamiyah dan khilafah, secara sistematis memanfaatkan semua media online dengan agenda radikalisme. Media sosial dan madia online dibanjiri dengan konten konten yang menyuarakan agenda mereka. Sebaliknya penggiat moderasi beragama menanggapi dengan masygul dan nyaris tanpa agenda.
Sebagai wilayah dengan jumlah pondok pesantren dan madrasah yang sangat kecil, maka tidak ada alternatif lain yang lebih cepat menjangkau khalayak selain media informasi online. Informasi radikalisme dan intoleransi yang sampai kepada generasi muda Maluku Utara tanpa mendapatkan informasi moderasi beragama dari pondok pondok pesantren dan organisasi yang moderat, maka peluang untuk terinfiltrasi paham radikal dan intoleran jauh lebih besar. Berbeda dengan wilayah wilayah yang mempunyai pondok pesantren dan madrasah dalam jumlah besar, mereka memperoleh penyeimbang dari para ulama dan penceramah yang menyampaikan dakwah dakwah moderat. Generasi muda Maluku Utara yang tingkat perambahan media online cukup tinggi dimanjakan dengan melimpahnya informasi paham radikal dan intoleran sebelum memasuki perguruan tinggi.
Pondok pesantren di Maluku Utara berjumlah 14 pondok pesantren, terkecil dibandingkan propinsi lainnya bahkan dibandingkan Papua (33 pondok pesantren) dan Papua Barat (23 pondok pesantren) . Dari 14 pondok pesantren di Maluku Utara hanya satu pesantren yang mengajarkan kitab kuning, pesantren salaf. Selebihnya adalah pesantren yang santrinya tidak mukim, atau santri kalong. Jumlah madrasah aliyah di Maluku Utara 79, terdiri atas 70 MA negeri dan MAN 9 sekolah. Data data tersebut menjelaskan kecilnya lulusan pesantren dan madrasah aliyah di Maluku Utara.
Belakangan pegiat moderasi beragama mulai sadar dan memperkuat media online seperti NU online dengan menggandeng beberapa media online, untuk melakukan kontrawacana yang ditebarkan oleh media media penyebar intoleransi dan radikalisme seperti eramuslim.com, voa.islam dan nahimunkar.org. Salah satu penyebab kelompok muda milenial lebih tertarik dengan media online penganjur intoleran dan radikalisme, karena media online moderat kurang renyah dalam menyajikan berita. Media radikalisme sudah berlangsung lebih lama, dikelola secara terorganisir, dilakukan secara sistematis dengan para pengelola media yang fanatis. Media moderat lebih nampak reaksioner, masygul dan tergopoh gopoh. 10 besar media online, NU online sendirian, 9 lainnya adalah media penyebar intoleransi dan radikalisme,
Pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2018, IAIN Ternate dihadapkan dengan polemik penggunaan cadar mahasiswi baru. Di internal kampus, publik terbelah antara yang mendukung pengunaan cadar dan yang melarang penggunaan cadar di kampus. Mahasiswi Baru menolak tunduk pada peraturan tentang pelarangan penggunaan cadar selama perkuliahan. Mereka menolak melucuti cadar, jika tidak bisa diakomodir keinginannya mereka mengundurkan diri. Akhirnya kampus berkompromi dan membolehkan mereka tetap menggunakan cadar.
Yang dapat ditangkap dari kejadian tersebut adalah, bibit radikalisme sudah dibawa oleh calon mahasiswa sebelum masuk ke PTKIN. Gerakan pengusung radikalisme tidak hanya aktif di udara, sejak pertengahan sembilan puluhan mereka membina siswa siswi di SMA dan mahasiswa mahasiswi di perguruan tinggi. Melalui Liqo, Ushroh, Halaqoh dan tarbiyah dibina kader kader muda. Untuk kasus IAIN Ternate berkembangnya radikalisme lebih muda karena lahannya subur, bibitnya bagus. Lahannya subur karena lembaga lembaga keagamaan di luar kampus yang diharapkan dapat bersama sama membangun sikap beragama yang moderat dan toleran tidak cukup memadahi kuantitas maupun kualitas. Bibitnya bagus karena sejak berada di sekolah menengah atas calon mahasiswa sudah dibina dalam seksi Kerohanian Islam (Rohis).
Senior yang sudah berpaham radikal dan intoleran yang telah sukses dalam dunia kerja berjejaring dengan alumni antar perguruan tinggi melakukan pembinaan yunior di Rohis dan LDK. Siklus ini kemudian melembaga berkembang secara terstruktur dan sistematis, menggurita di berbagai bidang. Jika dulu paham radikal dan intoleran hanya laku di PTN umum, maka sepuluh tahun terakhir sudah cukup pula menguat di PTKIN.
Jika melihat fenomena melemahnya moderasi dan menguatnya radikalisme di kampus PTKIN umumnya dan secara spesifik di IAIN Ternate dapat dirangkum oleh beberapa sebab. Pertama Calon mahasiswa mayoritas berasal dari sekolah umum dan dalam jumlah yang lebih sedikit berasal dari pondok pesantren dan madrasah. Kedua, jumlah pondok pesantren dan madrasah aliyah yang mengajarkan dan mengembangkan moderasi kurang memadahi baik dari segi jumlah maupun kualitas. Ketiga, informasi penyeimbang atau kontra narasi konten di media sosial tidak cukup kuat sampai kepada generasi milenial Maluku Utara yang sangat netizenship. Akibat tidak cukup informasi moderasi beragama sampai, akhirnya mereka lebih mudah menyimpan dan mengamalkan informasi radikalisme dan intoleran. Keempat, kesadaran untuk memperkuat program moderasi beragama di kampus tidak dilakukan, atau kalaupun ada kalah renyah dengan yang disuguhkan oleh penganjur radikalisme dan intoleran.
Keasadaran membendung laju radikalisme dan intoleransi adalah dengan memperkuat moderasi beragama di kampus sambil melakukan program kontra radikalisme sejak dari luar kampus melalui beberapa program. Pertama penguatan pondok pesantren dan madrasah Aliyah dengan meningkatkan dan memperluas daya tampung dan kualitas pengajaran di lembaga tersebut, termasuk juga peran dakwah pondok pesantren moderat di masyarakat. Pada solusi ini juga meningkatkan penyerapan alumni pondok pesantren di PTKIN. Kedua, pembinaan Rohis di sekolah menengah atas harus mendapatkan perhatian dari organisasi masyarakat yang moderat. Jika pemotongan mata rantai ini tidak dilakukan maka sumberdaya radikalisme dan intoleran tidak pernah habis. Ini hampir mirip ketika masjid masjid NU dan Muhammadiyah yang harus diambil alih dari kelompok radikal. Ketiga, kontra narasi dan konten konten moderasi harus lebih diperkuat oleh media media online yang moderat. Karena penguasaan media radikalisme dan intoleran sudah sangat dalam dan luas. Jika tidak segera dilakukan maka generasi milenial yang terpapar konten konten radikalisme dan intoleran tidak terhindarkan. Bahaya ini terasa lebih besar di wilayah yang jaringan internetnya bagus, budaya aksesnya berkembangan tapi organisasi keagamaan moderat frekwensi dakwahnya kurang seperti wilayah Maluku Utara. Empat, kampus harus mempunyai program yang terencana dan terukur dengan sasaran yang jelas untuk menjangkau mahasiswa dan mungkin pula dosen yang sudah terpapar dengan radikalisme dan intoleran. Kampus harus memperbanyak program kerja untuk mahasiswa yang mampu meningkatkan pemahaman dan budaya beragama yang moderat.
Kiat menulis artikel ke jurnal scopus 'Berkatan' dari klinik menulis jurnal internasional
Menulis artikel yang baik memerlukan tahapan dan proses, memulai dari yang tingkat kesulitan rendah sampai ke tingkat kesulitannya tinggi. Bisa mulai dari sinta 5, 4, 3, 2 ke sinta 1,
Anda sudah harus menentukan jurnal yang akan dituju dengan mempelajari dan mengenal secara mendalam corak jurnal, selingkung dan gaya penulisannya. Unduh beberapa artikel, pelajari terus menerus, lebih bagus jika mengambil banyak kutipan dari artikel artikel yang diterbitkan jurnal tersebut.
Buatlah 3 artikel, dan kirimkan ke 3 jurnal yang berbeda. Supaya kita cukup waktu dan selalu ada kesempatan untuk merenung, menimbang, merefleksikan setiap tulisan kita jika dikembalikan. Setiap artikel membutuhkan waktu untuk menjadi bagus, dengan cara ditolak, dievaluasi dan diperbaiki. Artikel masuk ke Jurnal scopus memerlukan waktu yang panjang untuk menjadi sempurna dan layak untuk terbit. Rata rata 4 s.d 8 tahun. Jika dalam waktu 1 tahun artikel anda masuk ke scopus, sebuah raihan yang luar biasa.
Artikel yang akan dikirim harus diterjemahkan ke bahasa internasional, bila tidak cukup kemampuan, gunakan jasa alih bahasa yang kompeten. Setelah alih bahasa serahkan kepada native, untuk proofreader sehingga rasa bahasanya sesuai dan tepat. Jadi naskah yang dikirim sebaiknya beres dari sisi substansi, sistematika dan patuh pada tata bahasa.
Struktur artikel sesuaikan dengan selingkung dan sistematika jurnal yang kita tuju. Jumlah kata secara umum 6.000 s.d 10.000 kata. Abstrak 150 s.d 250 kata. Jumlah referensi 30 s.d 60 rujukan 80 persennya dari jurnal internasional termutahir, maksimum terbit sebelum 5 tahun. Pendahuluan maksimum 3 paragraf. Judul dan pendahuluan dibuat setelah artikel selesai. Pendahuluan berisi pengantar atau pintu gerbang penyampaian isi artikel. Pendahuluan berisi literatur review. Di dalam abstrak, pendahuluan, isi dan kesimpulam wajib menjelaskan dan menyinggung tesis atau temuan utama artikel. Artikel ekonomi Islam memerlukan jumlah tulisan yg lebih ringkas, kurang dari 6.000 kata. Referensi tidak lebih dari 3 tahun, karena dinamika ekonomi Islam lebih cepat (Prof Almakin).
Abstrak berisi tesis utama artikel, penjelasan metode riset, dan novelty/kebaruan yang diberikan oleh tulisan. Isi utama dari artikel yang kita susun berupa teori, argumen, bukti dan data. Teori di artikel bukan teori yang besar dan lengkap. Keterbatasan jumlah halaman tidak memungkinkan. Oleh sebab itu teori dimaksud adalah fenomena praktik berbentuk literatur review dari temuan temuan penelitian terkini.
Untuk membiasakan menulis jurnal scopus, maka biasakan setiap hari mengunduh dan membaca semua artikel, terutama artikel dari jurnal yang akan kita tuju. Ada 5 jurnal studi keagamaan yg terindeks scopus Q1 s.d Q4, yaitu IJIMS (IAIN Salatiga), JIIS (UIN Surabaya), Studia Islamika (UIN Jakarta), Aljamiah (UIN Jogja) dan QIJIS (IAIN Kudus).
NASEHAT DIRI DI IDUL FITRI
Tidak ada alasan untuk tidak bersyukur dan tidak bergembira. Lebaran kita punya, bahagia kita yang menentukan. Kemenangan kita yang raih, Covid tidak akan dapat mengambil alih.
Lebaran berbeda, tidak meriah.
Alhamdulillah, masa ada kenangan indah dengan aneka kisah
Rindu pematang sawah dengan segala cerita
Rumput yang menyisakan embunAroma angin dan tarian emprit
Manyar, peking, belalang dan kepik aneka rupa
Kecipak ikan di sela padi yang manis bergerak gemulai
Padamu aku ingin kembali desaku yang permai
Lebaran sendiri, tidak bersama anak istri.
Alhamdulillah karena masih ada yang dimakan dan tidak punya hutang. Tidak sakit dan tidak punya masalah yang menghimpit.
Tidak bisa rekreasi.
Alhamdulillah masih dapat berkunjung ke kawan saudara di rantau meski terbatas. Dapat menyusur pantai, ke puncak gunung yang asri, ke hutan hutan yang sunyi, datang dan bersyukur dalam sendiri. Bertafakur, uzla, khalwat dan meditasi.
Tidak bisa anjangsana.
Alhamdulillah masih punya keluarga, banyak handai taulan dan kawan. Ada WA, ada video call, bisa bertelpon, bisa SMS, bisa berkirim ucapan selamat melalui media sosial. Bisa tetap senda gurau, bercanda.
Lebaran, makanan terbatas dan menu apa adanya.
Alhamdulillah bisa hidup lebih sehat, lambung bisa istirahat dari kerja berat. Makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan.
Penghasilan menurun.
Alhamdulillah masih punya penghasilan tetap, cukup untuk menunaikan kewajiban. Masih terlindungi, masih punya jaminan. Tidak madesu, masa depan suram.
Terkurung di rumah, tidak bisa ke mana mana.
Alhamdulillah masih bisa bertemu muka dan berbicara melalui media. Bisa produktif menulis dan membaca. Banyak waktu untuk berdoa dan olahraga
Frustasi sebab stress tanpa batas.
Alhamdulillah tidak disertai rasa takut dan lapar seperti kondisi perang, seperti di Yaman, Suriah dan Palestina. Atau berada di negara yang tidak melindungi seperti Korea Utara, Myanmar atau Yaman. Masih lebih baik karena tidak dikejar setoran kewajiban. Masih bisa tidur nyenyak, kenyang dan tertawa lepas.
Kerjanya membosankan.
Alhamdulillah masih bekerja tidak di PHK. Masih jauh lebih baik dibandingkan yang mencari nafkah pagi, untuk makan sore. Lebih baik daripada yang dibayangi rasa hawatir pengurangan jam kerja. Lebih baik dibandingkan yang ingin bekerja tak punya keterampilan atau yang menyandang keterbatasan, atau yang dikejar kekhawatiran.
TIPS SEDERHANA MEMPERSIAPKAN PERJALANAN LUAR NEGERI
Pada era 'di rumah saja', pergerakan manusia amat terbatas. Jangankan antar negara, antar propinsi, antar kabupaten, antar kecamatan, antar desa dan antar kampung tidak mudah. Pencegahan penularan virus menjadi alasan terjadinya mobilitas manusia. Setelah tiga bulan berlalu, batas daya tahan manusia untuk berdiam sudah di ujung. Beberapa negara sudah melonggarkan lockdown dan pembatasan sosial, tentu saja diikuti dengan protocol baru. Mudah mudahan tidak dalam waktu lama umat manusia mampu beradaptasi dengan lingkungan baru, kondisi baru, pergerakan manusia antar wilayah antar negara dapat berlangsung kembali
Perjalanan pesawat antar negara berbeda dengan penerbangan dalam negeri. Pemeriksaan juga dua kali, ada cek otoritas bandara dan cek imigrasi. Pemeriksaan imigrasi dalam negeri juga berbeda dengan imigrasi cek di negara tujuan. Di Bangkok, pada pemeriksaan imigrasi kedatangan pada bandara don muaeng internasional, pendatang diperiksa sidik 4 jari kanan kiri, jempol kanan kiri, biometrik. Untuk pengunjung dalam waktu tertentu mengisi aplikasi form yang harus diserahkan kepada petugas untuk memudahkan kita pulang kembali. Aplikasi form berisi data nama, asal, pekerjaan, tujuan kedatangan, berapa lama berkunjung untuk tujuan apa. Juga mengisi datang dengan pesawat apa, tinggal di mana selama di Bangkok. Aplikasi ini diserahkan ke petugas dan yang bersangkutan menyimpan potongan kecilnya sebagai bukti, yang harus disimpan baik baik, karena selama tinggal kerapkali ditanyakan paspor dan lembar kecil ini. Saat kembali ke tanah air proses pemeriksaan serupa dilakukan dalam versi terbalik urutannya dari waktu keberangkatan. Proses imigrasi kembali ke tanah air lebih mudah bila formulir kedatangan atau kunjungan dalam potongan yang disimpan pemilik paspor terisi dengan baik dan jelas.
Hindari mengambil gambar pada saat di imigrasi, apalagi di pemeriksaan imigrasi negara lain. Silahkan berselfi ria, foto bersama atau mengambil gambar sepuasnya di luar area imigrasi, sebagai bukti sudah sampai di negara asing. Sama seperti bandara bandara di Tanah air, tersedia beberapa spot foto yang menonjolkan ikon kota atau negara tujuan.
Persaratan dinas ke luar negeri memerlukan syarat yang berbeda dengan perjalanan pribadi. Pegawai yang akan melakukan perjalanan terlebih dahulu mengajukan ijin ke sekretariat negara melalui aplikasi SIMPEL, sistem informasi perjalanan dinas luar negeri. Persyaratan untuk mendapatkan ijin diantaranya undangan atau persetujuan dari instansi di LN, surat tugas, passport, visa ( negara ASEAN bebas visa). Pengalaman kami surat ijin sudah keluar dalam waktu satu minggu. Surat ijin, bahkan kami terima melalui email setelah kami 8 hari di Bangkok.
Setelah melewati kantor imigrasi bandara, penumpang biasanya diarahkan ke ruang boarding. Bagi penumpang yg terbiasa melakukan perjalan pesawat dalam negeri, biasanya segera membeli minuman untuk dibawa naik ke pesawat, apalagi penerbangan low cost semacam Lion Air Thai. Untuk penerbangan antar negara penumpang dilarang membawa minuman masuk ke ruang boarding. Penumpang diminta menuang atau meninggalkan minuman. Sebagai gantinya otoritas bandara menyediakan air isi ulang, panas atau dingin.
Juga perlu mempersiapkan colokan listrik yang berbeda beda antar negara terutama bagi calon pelancong yang tidak bisa lepas dari gadget. Bagaimana cara menyesuaikan dan menyediakan perangkat listrik yang sesuai untuk berbagai negara tujuan, silahkan mencari informasi di mbah google.
Untuk urusan tinggal dan tiket pesawat sebenarnya tidak terlalu sulit saat ini. Traveloka, tiket.com dan agen anline serupa sudah memanjakan pilihan untuk pemakai jasa. Tidak perlu harus membeli dengan mata uang negara tujuan. Dapat dibeli dengan rupiah dan dapat kita tuntaskan urusannya sebelum melakukan perjalanan. Jika urusan transportasi dan akomodasi tinggal selesai, yang perlu dipersiapkan urusan makanan halal dan mata uang. Tidak lucu pas mau beli makanan uangnya tak laku, pas naik angkutan tidak bisa membayar.
Kita dapat menarik dari ATM berlogo VISA mata uang asing, tapi biayanya mahal sekitar 150
Juga penting untuk mempersiapkan pulsa roaming atau kartu untuk telekomunikasi.
Wis semeneh sek, nanti sambung lagi.
Terimakasih.
ANOMALI EKONOMI SYARIAH DI TENGAH WABAH
Covid 19 akan melemahkan ekonomi dunia, tapi tidak berlaku untuk ekonomi syariah. Masalah ekonomi dunia terlihat dari pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat. Seluruhnya, jika tidak disebut sebagian besar negara mengalami kontraksi ekonomi. Tanda tanda bertahan atau malah menguatnya ekonomi syariah dapat dilihat dari tumbuhnya 3 sektor ekonomi Islam yaitu halal food, pembiayaan syariah dan ziswaf (zakat, infaq, sedekah dan wakaf)
------------
Kontraksi ekonomi sudah berubah menjadi resesi ekonomi, dan yang pertama kali digulung oleh badai ekonomi ini pasar tenaga kerja. Gelombang PHK di mana mana. Amerika mengalami PHK 33 juta, China 80 juta dan Eropa 60 juta, Indonesia 2 juta tenaga kerja dirumahkan (data terakhir HIPMI sudah 6,5 juta angkatan kerja). Amerika mengajukan utang baru 46 ribu triliun Rupiah, Eropa menggalang dana 2 ribu triliun Rupiah. Indonesia juga kebingungan mencari dana 600 triliun Rupiah apakah mau cetak uang atau terbitkan obligasi (surat utang). Menteri keuangan dan DPR berdebat keras soal pilihan ini. Bagai laju pesawat, posisinya masih menukik turun, karena semua ilmuwan masih menebak nebak covid 19 sampai kapan. Turbulensi ini semakin tidak jelas dengan langkah pemerintah di banyak negara yang membuat kebijakan blunder dan plin plan.
------------
Ekonomi Islam di Indonesia berkembang melalui jalur praktisi keuangan, kurang bersinggungan dengan jalur ekonomi politik, lemah dari aspek historis struktural. Islam sosiologis kurang mendapatkan tempat dalam kajian ekonomi Islam Indonesia. Kalah mentereng dengan pendekatan moneter dan keuangan. Inilah yang menjelaskan fenomena bahwa ekonomi Islam ya bank syariah. Lihatlah birokrat atau pejabat politik yang berkecimpung di ekonomi syariah, Bambang Brojonegoro, Bambang Sudibyo, Sri Mulyani Indrawati, Anggito Abimanyu, beberapa nama besar dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Sementara pemikir ekonomi Islam dari jalur ekonomi politik dan struktural Historis, sebutlah beberapa nama Dawam Raharjo, Abdurrahman Wahid, Suroso Imam Djazuli kurang mendapat sambutan hangat dalam pemikiran ekonomi Islam di Indonesia.
Pada masa pandemi ini praktik praktik ekonomi syariah yang disuarakan dan diperjuangkan kalangan struktural historis ini yang berkembang tanpa kerangka, tanpa desain, tanpa komando. Solidaritas ekonomi yang secara konvensional disebut sebagai solidaritas sosial menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia ditengah gelombang PHK senyap. Industri konsumsi halal (makanan, minuman, obat, produk halal lainnya) juga tumbuh pesat seiring dengan kesadaran konsumsi sehat untuk melindungi diri dari virus, untuk kehidupan yang lebih sehat.
------------
Untuk melihat gairah ekonomi syariah di Indonesia, silahkan lihat data data yang disajikan oleh Nelsen dalam survainya di bulan Mei, cari di google banyak sekali yang menyajikan riset bulanannya. Yang penting dicatat kaitannya dengan anomali ekonomi syariah di tengah wabah adalah berkembangnya sektor financial sebesar 54%. Hanya saja karena market share bank syariah di Indonesia hanya sekitar 5% , sehingga raihan positif bank syariah/keuangan syariah tidak cukup memitigasi kemungkinan krisis moneter. Kalau market share keuangan syariah (ekonomi Islam moneteris) 50% dan bergeraknya ekonomi sektor non moneter (kulturis struktural), maka kemungkinan besar tidak terjadi krisis moneter, tidak berlanjut ke krisis ekonomi.
Syaifuddin
Senin, 18 Mei 2020
Kamis, 07 Mei 2020
Khutbah di Santiong
Di banyak kota, pecinan dengan kauman menyatu, saling sambung, berjejeran. Kampung Cina dan Arab selalu berdampingan. Ciri Kota kota yang berusia lebih dari tiga abad di nusantara.
Masjid Nurul Iman Santiong, pagi itu meriah. Jalan depan masjid ditutup dari dua arah. Dari arah laut, masjid Mutaqin, pengendara bisa ke ara utara atau selatan Ternate. Dari darat, arah kuburan Cina atau Tabahawa juga ditutup. Kawasan Santiong, dapat disebut sebagai area Pecinan sampai dengan jalan Tapekong sekitar masjid raya Mutaqin.
Anak anak terlebih dahulu datang, berpakaian rapi dan wajah sumringah.
Sambil berlari lari mereka menggumamkan takbir.
Tak lama kemudian datang berduyun duyun gelombang remaja, berkelompok dengan busana muslim warna warni elok rupawan, enak dipandang mata. Tak henti melafalkan takbir, tahlil dan tahmid. Terakhir orang dewasa dan usia lanjut, laki perempuan. Suara takbir semakin gegap gemuruh, ujung gemanya sudah mengangkasa.
Ternate dan Surabaya punya kemiripan. Pecinan di Surabaya berdampingan dengan kampung Arab di antara Jembatan Merah dengan Kawasan makam Sunan Ampel. Pecinan di Ternate juga berdampingan lingkungan kampung Arab.
Masjid raya Mutaqin berdekatan dengan Klenteng Thian Hou Kiong di jalan Topekong kota Ternate. Klenteng yang sudah berusia, didirikan 1657. Klenteng yang menjadi saksi sejarah Ternate, bersama 48 orang raja Ternate, 20 orang gubernur Portugis, 53 gubernur VOC.
Jam sudah menunjuk angka 7.20, imam, muadzin dan bilal bergantian memimpin pembacaan shalawat, anak anak muda keliling membawa surban untuk menghimpun amal jamaah idul adha. Sekitar 10 menit kemudian seruan melaksanakan sholat Ied disampaikan, tanpa adzan tanpa iqamat.
Khutbah Ied yang saya bawakan saat itu mengetengahkan tema, Kurban dan Kesalehan Sosial. Idul adha Jamaahnya membludak, tiga kali lebih banyak dibandingkan jumat biasanya. Tema khutbah relevan, dengan kejadian yang baru menimpa masyarakat Maluku Utara, yaitu gempa bumi.
Kurban bukan semata mendorong kepedulian dan keikhlasan pada sesama, yang lebih penting kepedulian pada yang dilanda musibah dan kaum ardhalun mustadhafin.
Kesalehan sosial sama pentingnya dengan kesalehan personal. Puncak pencapaian ibadah personal adalah kesalehan sosial. Sebagai mahluk sosial, apa senangnya masuk surga sendirian? Persoalan yang dihadapi orang lain adalah ladang amal bagi kita. Puncak kebahagiaan adalah memberi. Sebaik baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain.
Jamaah sholat Iedul adha mendengarkan dengan khidmat. Belum ada jamaah yang meninggalkan tempat duduknya. Jamaah di dalam masjid lebih di dominasi kaum muslimat. Remaja dan kaum muslimin membuat shof di jalan raya.
Materi khutbah padat dan singkat, tidak sampai 20 menit dari salam mukadimah sampai salam penutup, atas pesanan ta'mir. Biasanya kalau materi khutbah panjang dan lebar, jamaah lebih cepat bubar. Mudah mudahan khutbah yang menenangkan dan menyenangkan.
Imam shalat Ied sengaja didatangkan dari luar. Shalat Ied kali ini dipimpin Ustadz Hasan, alumni Fathani University, Thailand. Bacaannya lantang dengan irama hijaz. Serasa suara Imam Masjidil Kharam, Prof Abdurrahman AsSudais, suara berat serak serak basah.
Senin, 04 Mei 2020
Sagu Makanan Pokok
Nasi disebut sego dalam bahasa Jawa, sangu dalam bahasa Sunda. Pelafalan kata tersebut lebih dekat ke bunyi Sagu.
Sebua Prasasti bernama Talang Tuwo yang dibuat Raja Sriwijaya pada 684 Masehi, tidak menyebutkan tanaman padi atau beras yang ditanam pada sebuah lanskap yang disebut Taman Sri Ksetra.
Terasa janggal apabila tanaman yang demikian penting tidak disebut. Juga pada relief di Candi Borobudur, tentang palma kehidupan seperti kelapa, lontar, aren dan sagu. Sekali lagi tidak pernah disebutkan kata beras atau padi dalam koleksi tumbuhan penting kehidupan masyarakat nusantara.
Hal ihwal sagu, mengingatkan saya pada sebuah perjalan pengabdian masyarakat, ke tujuan yang penuh ketidakpastian makanan. Tujuan ahir desa Tawa kecamatan Gane Barat Selatan. Total perjalanan darat dan air jika dilakukan tanpa menginap, 12 jam. Kalau bawa nasi sudah keburu basi, mau cari nasi dimana dibeli, jika bertahan dengan makanan ringan berapa lama energi terkendali.
Orang orang tua punya kearifan lokal, local genius, berupa warisan kuliner. Makanan berbentuk sagu merah atau sagu tumang dan ikan fufu yang digoreng kering. Makanan pokok dan lauk yang mampu bertahan sampai satu bulan. Cocok untuk perjalan yang penuh ketidakpastian. Dalam potongan kecil yang dilumat pelan atau dicelup dengan air atau teh panas.
Di Palembang sebagai pusat kerajaan Sriwijaya yang menguasai nusantara 1500 tahun lampau juga merekam peran fungsi sagu yang bertahan sampai sekarang dalam kuliner empek empek.
Sebagaimana dituturkan oleh Taufik wijaya tentang sagu dalam tradisi kuliner masyarakat Sriwijaya . Jika tepung sagu merupakan makanan pokok masyarakat era itu, adakah kuliner yang dapat dilihat dan dirasakan pada saat ini, khususnya di masyarakat Palembang, kota yang diperkirakan sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Sriwijaya selama lima abad?
Taufik menduga, makanan itu adalah kelesan, yakni makanan yang terbuat dari tepung sagu yang dicampur daging ikan yang diadon setelah diberi sedikit garam dan air. Kelesan ini kemudian dibentuk seperti bambu ukuran sedang dengan panjang sejengkal, lalu direbus hingga matang. Kelesan ini disebut lenjeran.
Lenjeran bukan hanya dikonsumsi masyarakat saat di rumah, tapi juga dikonsumsi saat melakukan perjalanan. Sebab sifat lenjeran yang tahan lama seperti halnya ikan atau daging asap. Selama perjalanan, lenjeran dibungkus dengan daun pisang atau daun jati.
Lenjeran yang mengeras dapat direbus kembali. Jika rasanya sudah tidak enak dimakan, lenjeran ini diiris tipis-tipis, dijemur, kemudian dipanggang menjadi kerupuk.
Dalam tradisi masyarakat Maluku Utara, sagu merah dapat menjadi obat diabetes yang efektif. Sagu adalah makanan pokok yang sesuai dengan genetik penduduk kepulauan (nusantara). Sebenarnya beras adalah makanan yang tidak sesuai dengan genetik masyarakat nusantara yang bercirikan kepulauan, beras dibudidayakan di daratan, di benua seperti Tiongkok misalnya, bercirikan agraris. Padi membutuhkan pemeliharaan yang menetap.
Mengapa kita temukan banyak penyakit diabetes pada masyarakat kita sekarang ini? Kalau menengok pengalaman penduduk Jawa, diabetes adalah penyakit orang orang kaya, penyakit itu disebut kencing manis.
Hanya orang kaya yang tiap hari bisa makan nasi putih, sementara yang lain mampunya nasi campur, nasi campur ubi, nasi campur tiwul nasi campur jagung, kadang jagung putih campur jagung merah. Semakin sulit hidupnya, semakin berkurang campuran nasinya, semakin terbebas dari risiko diabetes.
Sepulang dari perjalanan pengabdian masyarakat, kami berjumpa dengan seorang bapak dari Gita. Istrinya orang Tegal, lebih muda terpaut 20 tahunan usia mereka.
Dalam perjalanan veri yang lebih lama dari biasanya. Keduanya bercerita tentang makanan, lebih tepatnya keluhan tentang perbedaan budaya makan orang Jawa dengan orang Makian. Bapak ini belum merasa makan sebelum makan papeda dan ikan laut. Kalau bertemu nasi, ayam berapapun banyaknya belum merasa makan sebelum makan ikan dan papeda.
Papeda adalah makanan terbuat dari pati sagu, kadang kadang tepung ubi yang dicairkan dengan air panas sehingga berbentuk gel menyerupai bubur.
Bagi yang belum pernah bertemu dengan papeda, mengatakan mirip lem kanji. Sagu merah berbentuk roti tawar, sebenarnya makanan pokok serbaguna dan tahan lama. inilah salah satu warisa kearifan lokal (local genius), yang perlu dilestarikan dan diinovasikan agar tampilan dan citarasanya menyesuaikan dg selera pasar.
Sejak kapan sagu menjadi makanan pokok masyarakat Maluku Utara dan sekitarnya? Belum ada jawaban yang memuaskan. Sedang dilakukan penelitian antropologi sagu. Semoga temuannya dapat mengembalikan kepada jati diri konsumsi bangsa ini, sagu.
Jika di Maluku Utara warisan kearifan lokal makanan berbentuk roti tawar sagu merah, maka masyarakat Sumatera Selatan punya pempek. Sebenarnya pempek adalah kelesan.
Pedagang cina yang mempopulerkan pempek, berasal dari kata apek atau paman, panggilan untuk si pembuat pempek. Makanan ini metamorfosis dari makanan pokok masyarakat Sumatera Selatan berbahan baku sagu merah.
Makanan pokok itu sudah menjadi makanan pokok wong Palembang, dimakan pagi, siang dan malam. Tetap sehat, kuat dan bertenaga, meskipun tidak makan nasi dengan lauknya. Dalam kebiasaan makan wong Palembang, jika makan nasi terlalu banyak ditegur orang tua tua, karena takut kena diabetes. Sedang kalau makan pempek terlalu banyak tidak ditegur, karena tidak ada efek diabetesnya.
Kelesan, makanan berbahan baku sagu telah mengalami transformasi menjadi pempek yang dimodifikasi dengan isian telur dan diberi saus gula aren berempah dan pedas. Beras dalam sejarah masa lalu Kesultanan Palembang adalah makanan buruh kasar yang didatangkan dari Jawa, Cina dan India oleh kolonial Belanda.
Dapat dikatakan kelesan dan sagu merah adalah karakter masyarakat bahari memaknai daratan.
Wong Palembang dan Wong Jowo punya kedekatan sejarah yang panjang. Penduduk Sriwijaya masa lalu atau wong Palembang masa kini mendiami dua propinsi yaitu Sumatera Selatan dan Bangka Belitung.
Kita akan temukan banyak istilah Jawa yang dipakai dalam kebudayaan di dua propinsi tersebut, karena pengaruh kekuasaan Majapahit. Sampai sekarangpun wong Palembang sangat respek dan dekat dengan orang Jawa.
Orang Palembang menyebut Wong Kito Galuh. Padahal Wong dalam bahasa Jawa artinya orang. Wong Jowo, artinya orang Jawa. Penduduk yang tinggal di pulaubJawa sepertinya tidak punya budaya makan sagu.
Langganan:
Postingan (Atom)