Minggu, 04 Oktober 2020

Berkah Musibah : Menulis



Oleh Syaifuddin


Bunga tumbuh pada saat dahan kurus dan daun berguguran. Panas membuat bunga bougenvil menampilkan bunganya. Tanaman mampu mempersembahkan keindahan karena derita dan nestapa yang menimpanya. 


Mangga yang manis berbunga pada saat panas menyengat, buahnya segar karena kurang air. Sinar mentari yang terik diubahnya menjadi daya kehidupan, menghijaukan daun menebalkan dahan, menghasilkan buah yang banyak. Tetumbuhan mampu menyerap carbon dan polusi di udara, mengubahnya menjadi oksigen yang dihirup mahluk hidup lainnya.


Tanaman merica berbuah lebat pada saat panas mentari dan melemah pada saat udara teduh dan berlimpah hujan. Maka ketika panas sedang tinggi tingginya diberikan pupuk, sehingga semakin panas dan menyuburkan buahnya.


Alam memberi kita pelajaran kepada manusia. Sebuah kemampuan mengubah apa yang buruk buat manusia, adalah media untuk produktif. Tempaan adalah stimulus untuk menghasilkan. Ujian adalah cara menaikkan level. Kemudahan lahir dari kesulitan.


Pandemi yang hadir dalam tujuh bulan terakhir, terlepas dari apa penyebabnya, menjadi ujian bersama. Semua terpengaruh. Sudah ratusan ribu korban meninggal, jutaan menusia terinfeksi. Pendidikan terganggu. Sekolah sekolah tutup, universitas sunyi. Kantor kantor dan pabrik beroperasi sebagian. Ekonomi terpengaruh. Resesi mulai menyapa negara negara, satu demi satu. Depresi ekonomi sudah di depan mata. Resesi itu bila tetanggamu kehilangan pekerjaan, depresi itu jika kamu juga mulai kehilangan pekerjaan.


Dampak negatif pandemi semakin banyak bila kita kupas. Tapi tidak akan mengubah apapun. Seperti tumbuhan yang merespon dengan tepat kondisi alam yang menimpanya. Kering kerontang dan sengatan panas matahari tidak membuatnya mati, tapi melahirkan kreasi. Ujian menjadikan manusia berubah lebih baik.


Banyak produktifitas menulis lahir di masa pandemi ini. Tidak sedikit Covid-19 melahirkan banyak artikel ilmiah. Ada ratusan artikel scopus bertema pandemi. Tidak saja dari bidang kesehatan tapi multidisiplin. Banyak buku berterbitan, edisi cetak maupun digital. Jutaan orang tergerak untuk menulis. Pandemi memberikan iklim yang kondusif bagi manusia untuk menulis. Manusia hidup dalam ancaman hawatir dan takut, tapi kemajuan teknologi yang diperoleh manusia masih memungkinkan untuk menulis. Dalam 75 tahun terahir kita tidak bertemu dengan perang dunia, pandemi ini dampaknya lebih dirasakan daripada perang dunia.


Guru guru menulis tergerak untuk membuka kursus kursus menulis. Ada yang berbayar mahal, karena membidik sasaran penulis dengan tingkat kemampuan tinggi. Ada yang berbayar sedang, karena bertujuan menggerakkan sebanyak mungkin penulis. Berbayar dengan tujuan supaya serius mengikuti ste demi step kepenulisan. Dan tidak sedikit guru guru yang membimbing dan mendampingi proses menulis secara gratisan. Semuanya bertujuan menggerakkan kemampuan menulis masyarakat. Sebab menulis mempunyai multi manfaat, keterampilan menulis berguna dalam semua bidang kehidupan.


Semua orang dapat menulis, tergantung kemauan. Setiap orang dapat menulis setiap hari, asal konsisten dan mampu menjaga minat atau spirit. Supaya semangat menulis selalu terjaga, diperlukan kelompok yang bisa saling menolong. Mengingatkan, mengoreksi dan menjaga supaya gelora menulis tetap terpelihara. Sepertinya sederhana, kelompok penting untuk menjaga minat dan tujuan menulis dapat tercapai. 


Menulis itu pertarungan dalam diri sendiri, mengorganisirnya untuk dituangkan dalam bahasa simbol yang mudah dipahami oleh orang lain. Tulisan yang baik dan diproduksi secara terus menerus memerlukan energi besar. Dengan berkelompok energi itu dapat terus dipelihara. Grup penulis membuat optimal menggali potensi menulis, sebab jalan sendiri terlalu sepi, kecuali bagi yang sudah terlatih.


Kebanggan tersendiri dan menjadi kebahagiaan, bila tulisan menggerakkan meskipun hanya satu orang. Seorang pembaca yang puluhan tahun tidak pernah menulis buku, ahirnya menerbitkan buku, karena selalu membaca tulisan di blog dan melihat buku yang saya terbitkan. Dampak positifnya terus mempengaruhi, sehingga dia terus menulis lagi dan merencanakan menerbitkan satu buku berikutnya dalam waktu dekat. Menurutnya menerbitkan karya buku mempunyai kenikmatan dan menaikkan kepercayaan diri. 


Sama seperti yang kita alami. Tergerak menulis karena terpengaruh oleh orang lain. Untuk terus menjaga spirit dan konsistensi menulis diperlukan kesungguhan. Kesungguhan hanya bisa ditumbuhkan dan dijaga dalam diri masing masing. Keteguhan itu lahir dari kesiapan meminggirkan hambatan dan rintangan. Pada awalnya menulis itu tidak punya konsekuensi apapun. Menulis tidak mendapat ganjaran, berhenti menulis tidak ada sangsi. 


Seperti apa yang sudah dilakukan oleh tetumbuhan dalam merespon panas dan polusi dan hal hal negatif yang hadir, manusia juga harus lebih positif dalam menghadapi pandemi. Dengan akal dan budi yang dianugerahkan kepada manusia beriman, seyogyanya pandemi menghasilkan buah terbaik yang dapat kita hasilkan.


4 Oktober 2020

#147


2 komentar: