Senin, 05 Oktober 2020

Belajar Dari Nilai Filosofis Pondok Pesantren

 

Oleh Syaifuddin



Pondok pesantren menjadi inspirasi lahirnya madrasah, berdirinya pondok pesantren lain  atau munculnya universitas Islam sesuatu yang lumrah. Tapi menjadi inspirasi lahirnya padepokan seni, yang didirikan oleh pak Bagong seniman keraton Jogjakarta, baru tidak biasa.


Tanpa modal harta yang memadahi, tidak dibekali ilmu pedagogi pak Bagong Kussudardja mendirikan Padepokan Seni Bagong Kussudardja (PSBK) gara gara kesengsem dan kesetrum kehidupan pesantren. Pak Bagong yang kristen sebelumnya ikut shooting film Al Kautsar, salah satu lokasinya di pesantren Pabelan, Mungkid, Magelang.


Pak Bagong kepincut kehidupan komunal dan sistem pendidikan pesantren. Takjub dengan ketekunan santri, hangatnya relasi ustadz dan santri, tentu juga kyai dan kehidupan pondok pesantren. Akrab, guyub, penuh kesantunan dan kesahajaan. Terpesona denga pemandangan yang elok dan langka, pak Bagong mbatin, pingin membuat “pesantren” seni, 70 persen praktik, 30 persen teori. Dan padepokan pesantren seninya Kiai Bagong melestarikan dan melahirkan seniman seniman handal sudah 42 tahun, diantaranya almarhum seniman Djaduk dan pak Butet Kertaredjasa.


Pondok pesantren punya ragam bentuk sistem yang sangat banyak, mungkin bisa ratusan model. Dari puluhan ribu pondok pesantren di Indonesia masing masing mempunyai strategi dan sistem yang berbeda beda.  Dari sekian banyak perbedaan pondok pesantren mempunyai satu persamaan yaitu dicirikan dengan adanya empat unsur Kyai, Santri, Masjid dan Asrama, kecuali pesantren online.


Para peneliti tentang pondok pesantren mengkalisifikasikan pondok pesantren berdasarkan model pendidikan kedalam 7 kategori : pesantren salaf klasik tradisional, pesantren modern, salafiyah modern, pesantren campuran (Mondok dan Kalong), pesantren takhassus, pesantren salafi, dan Boarding School bermodel pesantren.


Tradisi pendidikan Islam dalam bentuk pondok pesantren di Indonesia berumur 500 tahun lebih. Banyak pondok pesantren yang berusia diatas seratus tahun dan masih tetap bertahan. Pondok Modern tertua yang pernah ada diantaranya Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo, Jawa Timur. Pondok pesantren awal yang dikenal dalam sejarah diantaranya yang dikenal sebagai Langgar Bubrah di Jawa Tengah, Pondok Sunan Ampel di Surabaya yang sekarang bertransformasi menjadi pesantren di kawasan nDersemo, dan Pesantren Sunan Giri di Perbukitan Giri Kedaton Gresik yang menginspirasi lahirnya sistem pendidikan Islam Pangaji di wilayah Maluku  Kieraha (Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, sebagian Sulawesi dan sebagian Pilipina).


Apa yang mengilhami pendirian Padepokan Seni Bagong Kussudardja karena pesantren mempunyai tradisi pendidikan yang sangat kuat. Pendidikan yang dijalankan dengan kesungguhan, keikhlasan, tanggungjawab dan terlembagakan budaya pendidikan dengan nilai, mileu bersumber dari ajaran Islam. Pak Bagong hanya mengambil satu nilai dari sekian banyak nilai yang dipelihara di pondok pesantren. Kalau di pondok pesantren dari subuh sampai malam orang belajar agama, di padepokan dari subuh sampai malam : latihan seni, berpikir seni, mengolah dan berkarya seni.


Di Pondok Gontor misalnya mempunyai sistem pendidikan yang disebut sebagai Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI). Pendidikan setingkat SMP dan SMA yang dipersiapkan menjadi guru umat, pendidik bangsa. Sistem ini sudah diterapkan lebih dari 60 tahun, nyaris tanpa perubahan. Uniknya meskipun sudah tua kurikulumnya tetapi lulusannya tidak pernah ketinggalan zaman. 


Bukan berarti pondok tidak mengadopsi perubahan. Setiap kali perubahan kurikulum pendidikan setingkat SMP dan SMA yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia akan diadopsi, ternyata hasil kajian menunjukkan kurikulum dan buku daras KMI lebih relevan menjawab tantangan zaman. Misalnya dalam pelajaran bahasa Inggris, pernah ditawarkan buku ajar terbitan dalam negeri untuk menggantikan buku ajar terbitan oxford yang berusia lebih dari seabad, ternyata buku penggantinya tidak lebih baik. Kurikulum memang punya peran penting, namun yang lebih penting lagi sistem pendidikan yang dijalankan secara konsisten oleh para pendidiknya dengan budaya dan nilai pondok yang dipegang dengan kuat.


Di satu pondok Gontor saja, terdapat 450 guru yang mengajar 30 mata pelajaran, 100 kelas dan 4000 santri, yang harus dikelola dan dijadwalkan dengan rapi oleh Direktur KMI. Dua puluh orang staf KMI pada pagi buta, sebelum para santri mengganti sarung dengan celana panjang dan kemeja mereka sudah harus mengecek absensi, memeriksa kelas, menyediakan kelengkapan kelengkapan lain yang diperlukan Direktur. 


Kala mentari terbit, para guru telah berdasi rapi menyerbu dapur sebelum masuk ke kelas para staf KMI giliran melakukan tabkir, berdiri di sudut sudut pondok mengawasi santri yang menyemut berduyun duyun menuju kelas. Jam 7 tepat aktifitas pengajaran di kelas sudah dimulai tapi mereka terus bekerja: masuk kelas, menyiapkan rapat rapat, supervisi pelajaran kelas, mengkoordinasikan guru yunior, menyiapkan map map guru senior, memeriksa kelas, asrama rayon dan seterusnya.


Para staf KMI ini sibuk sepanjang waktu. Pada masa ujian pertengahan tahun atau akhir tahun bila di lembaga lain, pekerjaan lebih sedikit tapi bagi mereka itu waktu puncak kesibukan. Meskipun ada panitia ujian yang langsung disupervisi oleh Kyai dan Direktur KMI kesibukan mereka tetap tinggi. Mendamping para guru, menyelesaikan tugas tugas administratif berikutnya, mempersiapkan data prestasi santri untuk pengambilan kebijakan Direktur KMI, untuk penempatan santri di kampus kampus cabang, setelah kenaikan kelas ataukah di pertengahan tahun itu.


Ustadz Nasrullah Zarkasyi Allahu yarham menyebut mereka ini (staf KMI)  the real principal. Orang orang mengetahui dan sangat hapal dengan rinci tugas rutinnya, bekerja tanpa komando, dengan kesadaran dan keikhlasan tinggi. Ya betul. Mereka bekerja tanpa dibayar. Mereka lah nyawa KMI. Mereka bekerja tanpa imbalan jasa, tanpa gaji, tanpa fasilitas. Santri Gontor berhutang terima kasih kepada mereka. Sistem seperti ini tidak bisa berjalan baik hampir seratus tahun jika tidak dibangun berdasarkan nilai yang mendarah daging.


Pondok Gontor meletakkan keikhlasan sebagai nyawa penggerak inisiatif dan aktifitas pondok secara keseluruhan. Keberkahan itu timbul karena sistem dibangun dalam kerangka ibadah. Pengabdian dan kesungguhan memberikan pelayanan terbaik tidak berdasarkan materi yang diterima. Para staf yang bekerja fulltime, sepanjang waktu sepanjang tahun, bisa dikata sama sekali tidak digaji. Keikhlasan yang tinggi menimbulkan kecintaan pada tugas.


Dalam benak mereka suara lonceng pondok, lalu lalang para santri, gemuruh suara anak anak dari kelas yang mengulang pelajaran, waktu istirahat, atau berduyun duyun keluar dari kelas menuju berbagai rayon asrama santri, pemandangan yang melahirkan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri. Di usia muda, 20-25 tahun mereka sudah merasakan cinta dan kebahagiaan seorang guru. Guru yang berdedikasi pada santri dan menikmati pekerjaannya. Guru yang tidak pernah bosan melihat santri. Gaji menjadi tidak berarti, mengalahkan anugerah nikmat memberi. Mereka mendapat pelajaran hidup yang paling berharga dengan menjadi bagian dari penerapan nilai nilai pondok.


Itulah millieu pondok Gontor yang dijaga bertahun tahun dan menjadi etos, budaya kerja sejak pondok didirikan. Orang orang terlibat menjadi dinamis, aktif, penuh inisiatif dan bertanggungjawab, menjadi satu kesatuan sistem yang bergerak terus sepanjang waktu. Muncul kesadaran tinggi, tanggung jawab mengemban amanah masing masing dengan pengabdian total. 


Keunggulan seperti ini berbeda beda antar satu pondok dengan pondok lainnya. Setiap pondok mengembangkan nilai yang paling sesuai dengan tujuan pondok didirikan. Kekayaan khazanah yang membuat pendidikan Islam terus berjalan, agama terus terpeliharan. Pondok pesantren tidak akan pernah mati dan bahkan terus berkembang sebagai tulang punggung agama. Pondok pesantren menjadi benteng tanggu peradaban Islam dan kokohnya Republik Indonesia.


6 Oktober 2020

#148


Tidak ada komentar:

Posting Komentar